Ini hanya kisah fiktif belaka.
Nirmala merasa tidak suka ketika anak majikannya membawa kekasihnya pulang, dia nekat pergi ke dukun agar pria itu mau menjadi suaminya. Dia memuja setan agar anak majikannya, Leo mau memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu.
"Aku bisa membantu kamu demi mendapatkan anak majikan kamu itu, tapi kamu harus memuja setan."
"Aku bersedia," jawab Nirmala dengan yakin.
Akan seperti apa kehidupan Nirmala selanjutnya?
Apakah dia akan mendapatkan Leo?
Yuk kita baca kisahnya, buat yang suka jangan lupa kasih bintang 5 dan komen yang menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telepati
Harjo dan juga Siti begitu bersedih saat pemakaman dilakukan, ditinggal meninggal oleh bayi yang lucu saja pastinya sangat sedih. Apalagi ditinggal meninggal oleh bayi yang tubuhnya ditemukan tidak sempurna, kedua orang tua itu merasa tidak becus menjadi orang tua.
Saat pemakaman dilakukan, semua tetangga merasa kasihan kepada kedua orang itu. Mereka semua mulai berbisik-bisik, mereka mulai mengira kalau di kampung halaman mereka ada pemuja setan.
Ada orang yang memuja setan dan ingin menumbalkan orang-orang yang ada di sana, demi kekayaan, atau keinginan yang sebetulnya tidak bisa diwujudkan, akhirnya bisa diwujudkan dengan jalan setan.
"Pulanglah, ini sudah siang. Kalian sejak tadi terus saja berada di pemakaman, ikhlaskan anak kalian. Aku yakin kalau anak kalian itu pasti akan menjadi pembuka pintu surga untuk kalian," ujar Juragan Bagus.
"Ya," jawab Siti dan juga Harjo.
Keduanya begitu enggan untuk pergi dari pemakaman, tetapi karena juragan Bagus terus saja membujuknya, keduanya merasa tidak enak dan akhirnya memutuskan untuk pulang.
"Aku harus meminta Nirmala dan juga Leo untuk tidak pulang terlebih dahulu,'' ujar Juragan Bagus.
Juragan Bagus selalu menelpon Leo, dia meminta agar putranya itu tidak pulang terlebih dahulu menuju kediaman Raharjo. Nirmala sedang hamil, dia takut kalau kehamilannya akan terganggu.
Padahal, tanpa juragan Bagus tahu, justru pemuja setan itu adalah menantunya sendiri. Wanita yang dengan tega menghabisi nyawa orang lain demi ambisinya, wanita yang sudah tidak punya hati nurani.
"Kamu pulang aja, Yang. Jangan kerja lagi," ujar Leo.
Kini keduanya sedang berada di toko perhiasan, Leo baru saja mengajak istrinya untuk makan siang bersama.
"Emangnya kenapa aku harus pulang? Kerja juga nggak capek, cuma duduk-duduk doang sambil ngitungin duit."
"Paham, tapi kata ayah sekarang kampung kita itu sedang tidak baik-baik saja. Ada pemuja setan yang ingin menumbalkan nyawa, kamu kan' lagi hamil. Takutnya jadi incaran, soalnya katanya kalau wanita lagi hamil itu wangi."
Nirmala kaget juga mendengar apa yang dikatakan oleh Leo, karena itu artinya warga kampung sudah mulai waspada. Namun, Nirmala merasa kalau dirinya harus tenang.
Dia tidak boleh menampilkan wajah cemasnya, karena nantinya bisa-bisa orang-orang curiga kalau dirinya-lah yang merupakan pemuja setan.
"Ya udah, aku pulang aja. Nanti kamu pulangnya mau ke rumah ibu aku atau ke rumah ayah?"
"Kayaknya mau ke rumah ayah, kamu jangan kangen."
Nirmala merasa senang mendengar jawaban dari Leo, tetapi dia pura-pura menampilkan wajah cemberutnya. Karena takutnya Leo curiga kalau dia menampilkan wajah senangnya.
"Kenapa harus pulang ke rumah ayah? Nanti justru kamu yang rindu sama aku dan juga calon buah hati kita," ujar Nirmala.
"Kangen sih udah pasti, tapi kan' di rumah ada acara tahlilan. Gak enak kalau aku gak hadir, oke?"
"Iya, deh. Jangan tergoda wanita lain, ingat! Aku lagi hamil anak kamu," ujar Nirmala mengingatkan.
"Iya," jawab Leo.
Nirmala akhirnya berpamitan kepada suaminya, dia berkata akan pulang ke rumah ibunya. Namun, sebelum pulang ke rumah ibunya, Nirmala pergi ke pasar tradisional.
Saat tiba di pasar dia meminta pak sopir untuk membeli dupa, minyak tanah, arang, kemenyan dan juga kembang 7 rupa. Pak sopir sempat merasa heran dengan apa yang dibeli oleh Nirmala, tetapi dengan cepat Nirmala berkata.
"Kata ayah kampung kita itu lagi nggak aman, makanya aku beli ginian. Biar bisa terhindar dari pemuja setan itu."
"Loh, tapi Nyonya, kalau misalkan kita mau terhindar dari setan, bukannya kita itu harus rajin salat dan mengaji ya?"
"Iya, tapi ini cuma untuk syarat aja. Bapak gak usah banyak omong, mending buruan beli, nanti saya kasih uang yang banyak."
"Siap, Nyonya."
Pak sopir akhirnya membelikan apa yang dibutuhkan oleh Nirmala, setelah itu Nirmala diantarkan menuju kediaman ibunya. Nirmala tentunya memberikan uang yang tidak sedikit kepada pak sopir, agar mulut pria itu tidak bicara macam-macam.
"Makasih loh, Nyonya."
"Ya, tapi ingat! Jangan ngomong yang macam-macam sama orang lain," ujar Nirmala setelah dia memberikan uang satu juta rupiah kepada pak sopir.
"Siap, Nyonya."
Pak sopir akhirnya pergi, sedangkan Nirmala masuk ke dalam rumah itu dengan membawa perlengkapan Untuk memuja. Dia langsung memasukkan apa yang sudah dibeli oleh pak sopir menuju kamar yang ada di pojok rumah.
"Ibu sama Bapak ke mana ya? Kok gak ada?"
Nirmala sudah mencari kedua orang tuanya ke mana-mana, tetapi ternyata mereka tidak ada. Nirmala akhirnya mengambil ponselnya, lalu dia menghubungi ibunya.
Ternyata bapak dan ibunya ada di kediaman Raharjo, mereka sengaja ke sana karena ingin membantu acara tahlilan untuk Harjo dan juga Siti.
Nirmala merasa kalau alam semesta selalu saja mendukungnya, karena ketika dia akan melakukan ritual saja, suami dan kedua orang tuanya itu sibuk mengurusi Siti.
"Ya udah, Ibu sama Bapak nginep aja di sana. Aku gak apa-apa di sini tinggal sendirian," ujar Nirmala.
"Eh? Tapi kalau kamu sendirian Ibu takut juga, nanti malam kalau selesai tahlilan Ibu suruh nak Leo ke sana."
"Iya, Bu."
Sambungan telepon terputus, Nirmala tersenyum penuh kepuasan. Lalu, wanita itu masuk ke dalam ruangan yang akan dia gunakan untuk dijadikan tempat ritual.
Pertama-tama Nirmala memasukkan arang ke dalam dupa, selalu menyiram orang itu dengan minyak tanah dan mulai menyalakannya. Setelah api menjadi bara, Nirmala memasukkan kemenyan ke dalam bara itu.
Tak lupa dia menaburkan kembang 7 rupa sambil membaca mantra yang sudah diajarkan si Cebol, wanita yang sedang mengandung itu nampak bersila dengan mulutnya yang terus saja komat kamit.
Cukup lama memejamkan matanya sambil memfokuskan diri untuk bisa berbicara dengan Ki Ageng, hingga tak lama kemudian dia pun mulai bisa berbicara dengan Ki Ageng.
'Apalagi yang kamu inginkan, Nirmala?"
Nirmala tersenyum penuh arti setelah bisa mendengar suara dari Ki Ageng, wanita itu tetap memejamkan matanya lalu mulai mengobrol lewat telepati dengan dukun sakti itu.
"Badan aku melepuh setiap kali ada orang melantunkan ayat suci Alquran, aku mau badan aku tidak terganggu sama sekali walaupun mendengar banyak orang yang sedang melantunkan ayat suci Alquran."
"Gampang, itu tentunya bisa diatur."
"Caranya?"
"Kamu harus meminum darah orang yang kamu tumbalkan, minimal 1 bulan sekali agar kulit kamu semakin cantik dan juga semakin kebal."
"Kenapa harus setiap bulan? Kenapa tak satu tahun sekali saja?"
"Itu syaratnya, Nirmala. Harus setiap bulan selama 1 tahun, kalau kamu tidak sanggup, kamu tidak usah melakukannya. Biarkan badan kamu melepuh semua."
"Tak mau, Ki. Aku pasti akan menuruti apa yang diinginkan oleh Aki," ujar Nirmala.
"Bagus!" jawab Ki Ageng disertai tawa.
"Oiya, Ki. Suami saya kini mulai dekat dengan Tuhan, bagaimana cara saya agar suami saya tidak dekat dengan Tuhan?"
"Tak sulit, tergantung cara kamu menghasutnya agar menjauh dari Tuhannya dan melalaikan ibadahnya."
"Baiklah, akan aku coba. Terima kasih, Ki."
Nirmala membuka matanya, dia merasa senang karena sudah mendapatkan solusinya. Tapi, di satu sisi dia juga merasa bingung untuk mencari tumbal dalam setiap bulannya.
"Sialan! Kenapa harus meminum darah tumbal selama 1 tahun dalam tiap bulannya? Ini Gila!" umpat Nirmala.
mungkin diruqyah iku si nirmala biar sembuh....
seandainya pun Nirmala tobat, tapi dia kan udah membunuh banyak nyawa. trus jiwanya udah digadaikan sama sayton. emang bisa ya lepas gitu aja,
justru anak kandungmu itu ditimbulkan sama Nirmala Loh... kok kamu biasa aja Leo... nggak marah...
padahal bagus banget. bikin geregetan.