Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon menantu baru
Hening, tidak ada jawaban dan Tut Tut Tut , mas Yudha mematikan sambungan telepon sepihak, aaah bodoh amat, aku tidak bisa bayangin bagaimana ekspresinya saat ini, aku yakin laki laki itu pasti shock dan belum bisa menerima dengan apa yang tadi aku sampaikan, tapi biarlah, itu urusannya, yang penting sekarang aku bisa bernafas lega, karena kemarin Aziz sudah mengabarkan jika gugatan ku sudah dikabulkan oleh hakim dan tinggal nunggu surat jandaku turun, astagfirullah kenapa hatiku begitu senang dengan status baru ini, mungkin karena setelah ini aku akan terbebas dari gangguan mas Yudha dan keluarganya itulah yang membuat hati ini lega dan ada setitik rasa bahagia, dan rasa sedih juga pasti ada, karena bagaimanapun status janda memiliki beban tersendiri untukku, Bismillah... semoga aku bisa menjaga marwah ku sebagai perempuan.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
'aaaaah sialan! Niatku menghubungi Halwa ingin membuatnya kembali patuh dan menuruti mauku, tapi justru aku dikejutkan oleh pernyataannya tentang fakta perceraian yang kini sudah diujung mata, Halwa bilang kalau tuntutan nya telah dikabulkan dan surat putusan cerai akan segera dia dapatkan, aaah sial dan bodohnya aku yang tidak mencari tau tentang cara mempersulit jalannya sidang, justru ketidakhadiran ku telah memperlancar prosesnya, rasaku pada Halwa memang tidak lagi seperti dulu, setelah dia melahirkan anak perempuan dan tubuhnya yang tidak terawat membuatku muak dan tak lagi memiliki rasa padanya, tapi bagiku dia masih bisa untuk dijadikan pembantu dirumah tanpa harus memberi gaji, bahkan dia juga bisa diandalkan dalam hal apapun termasuk untuk memenuhi isi perut kami sehari hari, itulah alasanku kenapa masih menginginkannya tetap menjadi istriku, tapi sepertinya itu sudah tidak mungkin lagi, jika benar apa yang tadi disampaikannya, maka pasti akan ada huru hara dirumah setiap harinya, ibu juga mbak Yani pasti akan ribut dan saling menyalahkan, aaaah membayangkan saja kepalaku sudah mau pecah.' Yudha meremas rambutnya frustasi, karena dipikirannya sudah bermunculan bagaimana kekacauan yang nanti akan tercipta, jika Halwa tidak kembali, pasti ibu dan kakaknya akan saling lempar pekerjaan, karena sama sama tidak akan mau mengerjakannya, dan pasti ibunya akan kembali merengek untuk dicarikan pembantu, pasti semakin mengurangi uang jatahnya bersenang senang, karena selama ini Yudha hanya memberi uang belanja kepada Halwa semaunya bahkan jauh dibilang dari cukup, sedang untuk ibunya, Yudha memberi dari setengah gajinya, sisanya Yudha gunakan untuk bersenang senang dengan wanita selingkuhannya.
" Yudha, buka pintunya, ibu mau bicara." Yudha terkesiap dari pikirannya yang melayang mendengar pintu kamarnya diketuk, terdengar suara ibunya diluar.
" masuk saja Bu, pintunya tidak dikunci."
Bu Imah membuka pintu dan langsung menerobos masuk, lantas dengan wajah lelah langsung duduk menyenderkan punggungnya dikursi yang ada didalam kamar Yudha.
" gimana yud, kamu sudah menghubungi istrimu, kapan dia akan pulang? ibu sudah capek tiap hari harus mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, mbakmu tidak mau sama sekali membantu."
sebelum menjawab pertanyaan dari ibunya, Yudha kembali menghembuskan nafasnya berulangkali.
"Halwa, tidak akan kembali kerumah ini Bu, gugatan cerainya sudah dikabulkan pengadilan." jawab Yudha lemah.
"apaaaaaa? ibu nggak salah dengar yud? bukankah kamu tidak pernah hadir dipanggilan sidang. kok bisa hakim memutuskan? harusnya ada persetujuanmu, bukan seenaknya mengambil putusan sepihak begini. kamu harus melakukan protes yud, tidak benar ini! pokoknya ibu nggak terima. Halwa harus balik kerumah ini, atau kamu Carikan pembantu untuk ibu." Bu Imah bersungut sungut, merasa kesal dengan apa yang disampaikan anaknya.
" sudahlah Bu, kita sudah nggak bisa lagi memaksa Halwa disini, tapi ibu tenang saja, aku akan bawakan ibu menantu yang jauh lebih baik dari Halwa, tentunya dia orang kaya dan punya pekerjaan yang cukup mapan, apalagi dia jauh lebih cantik dari si Halwa."
" beneran kamu Yud? kamu tidak hanya ingin menenangkan ibu saja kan?."
" kalau ibu nggak percaya, besok Yudha akan bawa dia kesini untuk berkenalan dengan ibu, Yudha yakin, pasti ibu akan langsung suka dengan wanita pilihan anakmu ini."
" sudah jangan banyak omong kamu Yudha, buktikan saja ucapanmu besok.
yasudah, ibu mau tidur dulu, dan tolong beri ibu uang untuk belanja besok, uang yang kamu beri kemarin sudah habis. Sekarang apa apa mahal, uang yang kamu kasih tidak cukup."
Yudha mengusap wajahnya kasar mendengar penuturan ibunya, padahal belum dua Minggu Yudha memberikan ibunya uang sebanyak empat juta, tapi ibunya bilang sudah habis, padahal ibunya tidak pernah memasak.
" aaah bisa bisa aku gila kalau terus seperti ini, dipikiran ibu cuma hanya ada uang saja."
" mulai perhitungan kamu Yudha sama ibumu ini? awas dosa loh, kamu mau masuk neraka?." Bu Imah menatap masam ke arah putranya.
" iya iya, Yudha akan berikan uangnya." dengan malas dan kesal yudha meraih dompetnya yang ditaruh diatas nakas, dan mengeluarkan uang pecahan seratus ribuan sebanyak empat lembar dan disodorkan pada ibunya.
" nah gitu donk, baru namanya anak berbakti." dengan senyum mengembang Bu Imah keluar dari kamarnya Yudha, dan semakin membuat Yudha frustasi, tanggal gajiannya masih dua Minggu lagi, sedang uang di dompetnya sudah mulai menipis,
" sepertinya, aku harus melakukan sesuatu sebelum surat putusan dari pengadilan turun, lihat saja, apa yang akan aku lakukan untukmu calon mantan istriku." Yudha menyeringai jahat dengan rencana liciknya.
beberapa hari lalu Yudha sempat mendengar perbincangan pegawai toko di mana Halwa bekerja, dan jujur itu membuat Yudha hampir tak percaya dengan apa yang dia dengar, mereka nyebut Halwa sebagai Bu bos, dan bahkan mereka memuji Halwa sebagai bos yang baik dan sering memberi bonus jika toko mendapatkan keuntungangan lebih, dan yang lebih membuat Yudha hampir pingsan saat salah satu pegawai toko membahas tentang novel online yang sedang hitz dengan bermacam nama aplikasinya, ternyata Halwa menjadi salah satu penulis di aplikasi aplikasi tersebut dengan pendapatan yang cukup memukau, masih dengan bersembunyi dibalik rak yang memampang aneka macam bumbu dapur yudha terus mencuri dengar obrolan para pegawai toko, hingga akhirnya Yudha mengetahui nama pena dan judul novel yang Halwa tulis, berbekal itu, Yudha mencoba mencari tau kebenaran ucapan dari apa yang sudah didengarnya, dari sekian banyak cerita yang Halwa tulis ternyata adalah kisah pribadinya sendiri terutama tentang perlakuan Yudha juga keluarganya.
" sial, ternyata dari menjual kisah rumah tangga dia bisa mendapatkan uang yang banyak, lihat saja kamu Halwa, kamu harus mempertanggung jawabkan ini, tulisanmu semua tentangku, kamu harus membayar ganti rugi yang tak sedikit padaku, lihat saja setelah ini aku juga akan banyak uang tanpa harus bekerja keras, karena kecerdasan Halwa istriku, hahahaaaaaaaa."
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Jangan lupa mampir juga di cerita aku ini ya, kasih like n komentarnya, juga menerima kritik dan saran, thank you sudah mau mampir di cerita aku.
Salam sayang dari Author Za ❤️
Happy ending ❤️