NovelToon NovelToon
Terjebak Permainan Tuan Galak

Terjebak Permainan Tuan Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:260.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kopii Hitam

Saran author, sebelum membaca novel ini sebaiknya baca dulu "Gadis Bayaran Tuan Duren" ya kak. Biar ceritanya nyambung.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan putra dari Arhan Airlangga dan Aina Cecilia yaitu King Aksa Airlangga dan keempat adiknya.

Sejak tamat SMP, Aksa melanjutkan studinya di Korea karena satu kesalahan yang sudah dia lakukan. Di sana dia tinggal bersama Opa dan Oma nya. Sambil menyelesaikan kuliahnya, Aksa sempat membantu Airlangga mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana.

Tak disangka sebelum dia kembali, sesuatu terjadi pada adiknya hingga menyebabkan sebuah perselisihan yang akhirnya membuat mereka berdua terjebak diantara perasaan yang seharusnya tidak ada.

Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa dukungannya ya kak!
Semoga cerita ini berkenan di hati kakak semua.
Lope lope taroroh untuk kalian semua 😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TPTG BAB 23.

"Bang, kata Hendru setelah Inara kembali nanti dia akan dijodohkan. Apa tidak terlalu terburu-buru ya Bang? Inara kan belum wisuda. Lagian kenapa harus dijodohkan segala sih? Sekarang bukan jaman purbakala lagi."

"Abang sebenarnya juga tidak setuju sayang, tapi mau bagaimana lagi. Hendru ayah kandung Inara, dia yang lebih berhak menentukan masa depan Inara."

"Kita juga orang tuanya Bang, kita juga ikut membesarkan Inara. Aina tidak mau Inara tertekan dengan perjodohan ini. Biarkan saja dia menikmati hidupnya terlebih dahulu! Untuk apa menikah secepat ini? Lagian Aksa dan Avika saja belum, kenapa harus Inara yang didahulukan?"

"Aina tenang dulu ya, nanti akan Abang coba membicarakan ini dengan Hendru! Ada hal lain juga yang ingin Abang sampaikan padanya."

"Janji ya!"

"Iya sayang, Abang janji. Sekarang Aina tidur dulu ya, sudah malam!"

Begitulah percakapan Aina dan Arhan menjelang tidur. Setelah Aina benar-benar terlelap, Arhan melonggarkan dekapannya dan turun dari ranjang. Dia meninggalkan kamar dan turun ke lantai bawah mencari keberadaan Baron di paviliun.

"Tok Tok Tok"

Arhan mengetuk pintu.

"Ceklek!"

Pintu terbuka, nampak Baron tengah berdiri hanya mengenakan celana pendek sambil mengernyitkan keningnya. "Kau, ada apa? Malam-malam ganggu orang tidur saja."

"Ikut aku, ada yang mau aku bicarakan denganmu!" ajak Arhan. Dia berbalik dan berjalan menuju gazebo yang ada di taman samping rumah. Baron yang masih mengantuk terpaksa mengikutinya dari belakang.

Setelah Arhan duduk, Baron malah menarik bantal dan berbaring dengan posisi tengkurap.

"Woi, jangan tidur! Aku mau bicara," Arhan mengguncang lengan Baron dengan suara sedikit meninggi.

"Iya, bicara saja! Aku dengar kok," sahut Baron dengan suara serak menahan rasa kantuk yang teramat sangat.

"Awas saja kalau kau tidur, aku akan memotong umbi mu itu sampai habis!" Arhan bicara dengan nada mengancam.

"Hehe... Jangan kejam begitu! Kalau dipotong, apa lagi yang bisa kuberikan pada Inda?" Baron tertawa kecil.

"Makanya dengarkan aku, aku ingin membicarakan masalah Inara!" Arhan mulai terlihat serius.

"Kenapa lagi dengan gadis itu? Apa lagi yang dia lakukan?" cerca Baron.

"Tidak ada, Inara baik-baik saja. Ini mengenai Hendru," tegas Arhan.

"Ada apa dengan Hendru?" tanya Baron yang kini membuka matanya sedikit lebar.

"Dia ingin menjodohkan Inara dengan pria pilihannya. Aku dan Aina tidak setuju, ini bukan lagi jaman Siti Nurbaya. Bagaimana menurutmu?" Arhan balik bertanya.

"Apa yang harus aku katakan? Hendru Ayahnya Inara, dia berhak menentukan masa depan putrinya. Kita bisa apa?" jawab Baron enteng.

"Tapi Inara tidak hanya memiliki Ayah, dia juga memiliki Papa dan Om. Apa kau tega membiarkan keponakan mu terluka dengan perjodohan ini? Aku yakin Inara tidak akan mau menerima ini, Inara masih ingin mengejar cita-citanya." jelas Arhan.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Aku juga tidak ingin salah satu keponakan ku menderita." Baron mengerutkan keningnya.

"Sini, aku ada ide!"

Arhan menggerakkan tangannya di udara, bermaksud menyuruh Baron mendekatinya. Setelah Baron duduk dan mendekatkan telinganya, Arhan berbisik di telinga pria yang memiliki banyak tato itu.

"Hah?" Tiba-tiba mata Baron terbuka lebar dengan mulut sedikit menganga. "Apa kau yakin?" tanya Baron.

"Tentu saja aku yakin, aku sudah memikirkan ini sejak dulu. Bahkan sejak putra putri kita masih kecil." jawab Arhan enteng.

"Tapi aku tidak yakin, itu tidak akan mungkin terjadi. Aku tau betul bagaimana sifat keponakan ku yang satu itu. Salah-salah kita sendiri yang akan terkena imbasnya," Baron bergidik ngeri.

"Dasar bodoh! Kita pastikan dulu begok, kalau ada baru kita jalankan." Arhan mengumpat sambil memukul dada Baron.

"Ya sudah, aku setuju. Tapi kalau gagal, kau sendiri yang harus menanggung akibatnya. Aku tidak mau ikut-ikutan, bisa-bisa kepalaku di dor sama anak itu." Baron mewanti-wanti tindakan yang akan dilakukan Arhan.

"Dasar penakut, ngakunya preman tapi nyalinya cemen. Tato saja yang banyak tapi otaknya dangkal. Aku ini sudah berpengalaman akan hal itu, kau hanya perlu membantuku. Jangan banyak protes!" gerutu Arhan.

"Oke baiklah, besok aku akan mencari informasi tentang pria itu. Serahkan saja semua itu padaku! Sekarang aku mau kembali ke paviliun, mataku sudah tidak bisa diganjal lagi."

Setelah mengatakan itu, Baron berlalu meninggalkan Arhan sendirian. Pria tiga anak itu masih duduk sendirian, pikirannya menerawang menembus ruang angkasa. Banyak pertanyaan yang bersarang di benaknya.

...****************...

Pagi hari kota Bukittinggi diguyur hujan lebat yang tak kunjung berhenti sejak subuh tadi. Cuaca benar-benar dingin menusuk hingga tulang.

Inara masih setia bergulung dalam selimutnya sementara Aksa sudah bangun sejak tadi dan masuk ke dapur menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Inara.

Sejak tinggal bersama Inara sebagai Akbar, Aksa mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dia yang dulunya tidak pernah masuk dapur sekarang sudah lihai berkat bantuan Inara.

Pagi ini Aksa memasak nasi goreng jadul dengan bahan seadanya. Stok di dalam kulkas memang sudah menipis sehingga Aksa hanya bisa memanfaatkan bahan yang ada saja.

Biasanya Inara berbelanja bahan pokok melalui tukang sayur keliling, tapi karena hujan tukang sayur tidak masuk ke kompleks mereka.

Selesai memasak nasi goreng itu, Aksa menyalinnya ke dalam piring dan menatanya di atas meja makan. Kemudian Aksa berjalan menuju kamar Inara dan mengetuk pintu terlebih dahulu.

Inara yang masih terbungkus selimut nampak menggeliat saat telinganya sayup-sayup mendengar suara ketukan pintu. Dia mengiraikan selimut tebal itu dan turun dari ranjang dengan mata separuh terbuka.

Setelah membuka pintu, Inara langsung tersenyum dan membawa dirinya ke dalam pelukan Aksa. "Akbar, kamu sudah pulang?" gumam Inara sambil memeluk Aksa dengan erat.

Aksa bergeming, matanya membulat dengan sempurna. Tak disangka ternyata Inara salah mengenali orang. Apa Inara benar-benar sangat merindukan sosok Akbar?

"Jangan tinggalkan aku lagi Akbar! Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Tetaplah di sisiku, aku ingin hidup bersamamu!"

Setelah mengatakan itu, Inara menarik tubuh Aksa tanpa melepaskan pelukannya. Sesampainya di sisi ranjang, Inara mendorong tubuh Aksa hingga terhempas di atas kasur lalu Inara duduk di atas paha Aksa dan merebahkan tubuhnya di atas dada Aksa.

"Aku merindukanmu Akbar, aku tidak bisa hidup tanpamu."

Inara menautkan bibir mereka. Dia melu*matnya dengan rakus hingga deru nafas keduanya terdengar semakin memburu. Aksa benar-benar terperdaya dibuatnya, dia tak kuat menahan diri karena dia sendiri juga sangat merindukan Inara.

Pagutan keduanya semakin memanas saat Inara membuka mulutnya. Aksa menahan tengkuk Inara dan mengesap bibir mungil itu dengan lahap, suara decapan keduanya memenuhi seisi kamar. Aksa bahkan tak segan menyelami rongga mulut Inara, keduanya asik menautkan lidah dan sesekali menghisapnya.

Saat tangan Inara mulai bergerak mengangkat baju yang dikenakan Aksa, Aksa langsung tersentak dan tersadar seketika itu juga. Segera Aksa melepaskan pagutan nya dan membalikkan tubuh mereka lalu berjalan menuju pintu.

"Akbar, jangan tinggalkan aku! Aku mencintaimu, jadikan aku milikmu!"

"Deg!"

Jantung Aksa bergemuruh kencang mendengar itu, dadanya berdenyut ngilu. Apa yang sudah dia lakukan pada gadis itu? Kenapa sosok Akbar membuat Inara jadi tidak waras seperti itu?

Aksa meraih kenop pintu dan meninggalkan kamar itu dengan perasaan tak menentu. Inara benar-benar sudah jatuh cinta pada sosok Akbar, apa yang akan terjadi saat Inara tau bahwa dirinya sudah dijodohkan dengan pria lain? Aksa tak bisa fokus memikirkan itu.

Bersambung...

1
Anita Choirun Nisa
keren thor
Adila Ahmad
bgus
Aurora
Luar biasa
Ruk Mini
happy.. happy... seneng..bgt
Kopii Hitam: setia maksudnya 😄
Kopii Hitam: halo kk, maacinaaa udah setiap baca novel receh aku. Maaf kalau ado kurang2 ya kk, maklum masih pemula 🙏
total 2 replies
Ruk Mini
bisac.bunting madal ye thorrr..😆😆😆kau adil thorr
Ruk Mini
happy..smua...
Ruk Mini
Alhamdulillah..slamat ya mamud
Ruk Mini
heran ye pd gede ambek ... hadeuhhhh
Ruk Mini
dih..ko gtu sehh
Ruk Mini
kesian kau sar. sabar y nenk
Ruk Mini
roman .roman ye inara hamidun ye thorrr
Ruk Mini
sabar.. sabar...
Ruk Mini
dih...pake drama..sih dh tau ade bom..bank..bank...cari penyakit aje
Ruk Mini
tamat kau ciwi 😖😖😖
Ruk Mini
tuntas ye bank...smoga awet.ampe loucing debay y
Ruk Mini
ga ada kapok-kapok y ye
Ruk Mini
ky bocah..lo pa ..pa .
Ruk Mini
krjam kau bank ak..ngerjain org tua
Ruk Mini
bank baron ..kau ga enak y sm Boss mu .. sabar.. sabar..
Ruk Mini
ulu...ulu .babank ar. bisa ae
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!