Alvino Dekta Adinata & Alvian Desta Adinata
Sampai kapan pun Vian dan Vino tak akan pernah sama.
Mereka kembar, bukan berarti apapun yg mereka lakukan akan sama bukan?
Mereka berdua adalah kembar yg memiliki kepribadian yg berbeda.
Kepribadian yg di tanamkan dari kedua orang tuanya, kepribadian yg seharusnya bersifat baik namun malah sebaliknya.
Vian anak pintar dan penurut yg menjadi kebanggaan kedua orang tuanya.
Sedangkan Vino adalah anak yg tak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang kedua orang tuanya.
"Menjadi pribadi yg mandiri itu tak semudah yg kau kira, kita di tuntut menjadi apa yg belum tentu orang lain bisa lakukan" Vino
"Aku...menyesal menjadi diriku, seharusnya aku yg ada di posisi itu, andaikan waktu bisa di putar aku ingin selalu berada di sini, di samping mu" Vian
Mereka sama namun berbeda
Karna aku adalah diriku dan dia adalah dirinya
•~•
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EpellynaA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
...Ini Hanya Mimpi Buruk...
...Bukan Sebuah Kenyataan Yg Terburuk...
...•~•...
Suara jam dinding terdengar memenuhi ruangan demi ruangan yg tampak sepi dan sunyi.
Malam hari yg menjadi waktu istirahat bagi setiap orang, terlebih mereka yg sudah bekerja keras seharian tadi.
Suara hewan malam yg saling bersahut sahutan serta angin yg menerbangkan dedaunan kering seakan memperlihatkan alam yg kembali hidup setelah kebisingan di siang hari.
Di balik jejeran rumah yg tampak berdiri dengan megahnya tak menutup kemungkinan seorang anak kecil menderita di baliknya.
Senyum yg biasanya tampak telah sirna bak di makan oleh kejamnya waktu dan perilaku.
Dari balik dinginnya tembok yg menjulang sayup sayup terdengar suara rintihan pilu yg seakan menggores hati sang pendengar.
"Maaa dinginnn"
"Paa sakit"
"Dingin maa"
Racauan demi racauan keluar dari anak laki-laki yg baru menginjak sekolah dasar itu.
Kriettt
Nampak seorang anak yg tak jauh berbeda dari dirinya memasuki ruangan dengan perlahan, kaki kecilnya menuntunnya pada anak laki-laki yg sedang meringkuk di pojok ruangan.
"Inooo" panggilnya perlahan.
"Inooo ini ian, ino bangun yaaa, jangan tidur di sini nanti inoo kedinginan"
Perlahan mata indah itu terbuka, mata yg tampak sayu dan lelah, banyak kesedihan yg tampak dari sorot matanya.
"I..iann"
"Iya ini ian ino bangun yaa, tidur di kamar sama iann, di sini dinginn, badan ino juga panas ino sakit?"
Vino kecil hanya menggeleng menjawab pertanyaan vian, cahaya lampu dari luar ruangan lah yg menjadi penerangan mereka berdua.
"Badan ino panas, ian suruh mama kasih obat yaa"
"Nggak ian, ino nggak papa"
"Ino bohong! Badan ino panas berarti ino sakit"
"Ino cuma..."
Tuk..tuk..tuk
Langkah kaki yg kian mendekat mengalihkan pandangan kedua laki-laki kecil itu, tampaklah orang tua mereka yg menatap mereka garang.
"Sudah mama bilang jangan masuk ke kamar ini vian, kenapa kamu tetap masuk?" Pertanyaan itu keluar dari sang mama yg merangkul vian dengan sayang.
Vian menatap sang mama dengan binar gembira, di benaknya pasti saat ini sang mama berada di pihaknya dan akan menolong saudara kembarnya.
"Ino sakit maa, di sini dinginn, biar ino tidur sama ian aja" ucap vian.
Sayangnya itu malah membuat ekspresi sang mama berubah, wajah yg sebelumnya ramah menjadi terlihat garang.
"Kenapa kamu peduli sama dia!?"tunjuknya pada vino.
"Ino adik ian maa, mama lupa?" Tanya vian dengan polosnya.
"Sejak kapan anak itu menjadi adik kamu vian!? Bahkan papa tak pernah merasa mempunyai anak seperti dia!?" Sela adi dengan nada tegasnya.
"Papa!!"
"Diam vian! Raya bawa vian ke kamarnya" perintah adi, dan langsung saja vian di bawa oleh sang mama secara paksa.
"Nggak! Ian mau nemenin vinooo!! Inoo sakit maaa, ian mau nemenin inoo hiks.. ino kedinginannn, nggak maaaa" dan suara itu berangsur hilang.
Brak!!
Dengan kerasnya adi menutup pintu itu hingga bingkai yg terpasang di dinding jatuh dan memecahkan kacanya.
"Kamu lihat!! Vian sekarang berani membantah karna kamu!! Tidak cukup kamu menjadi beban di keluarga saya ha!!" Bentak adi hingga membuat sekujur tubuh vino menegang, bahkan air mata sudah turun sedari tadi.
"Bu..bukan i..ino paaa"
"Apa kata mu!! Bukan kamu!! Padahal jelas-jelas kamu yg sudah membuat vian membangkang seperti sekarang!!!"
"Ini hukuman untuk kamu karna sudah merubah sifat anak saya!! Jangan harap kamu bisa keluar dari sini 5 hari kedepan!!" Setelah mengatakan itu adi mengunci pintu ruangan itu, meninggalkan vino yg menangis di tempat.
Ia tak mengeluarkan suaranya, di balik lututnya ia menyembunyikan air matanya, punggung yg nampak bergetar tak dapat di sembunyikan, menjadi pertanda yg sangat nyata.
Kamar ini, ruangan ini sudah menjadi saksi bagaimana tak adilnya mereka kepadanya, kepadanya yg jelas-jelas anak kandung mereka berdua.
"Maafin inoo ma paaa hiks, ino selalu nyusahin kaliannn hiks, ino bener-bener menyesal hiks"
"Sakit maaa, sakitt bahkan saat ino sakit mama nggak pernah tanya keadaan inoo hiks"
"Papa cuma baik ke ian, ino kapan paa hiks"
Bahkan dengan hebatnya hujan turun dengan lebatnya, seakan turut merasa sakit atas apa yg vino rasa.
Duarrrrrrr!!!!
•~•~•~•~•
Bebb...bebb..bebbb
"Sial mimpi itu lagi"
Keringat nampak bercucuran dengan derasnya di kedua pelipis vino, dengan nafas yg masih tampak tak beraturan ia mencoba menghilangkan pikiran negatifnya.
Cukup ini semua hanya mimpi, mimpi yg nampak buruk, namun ini bukan suatu kemungkinan yg teburuk bukan?
Karna alarm nya sudah berbunyi yg berarti sudah saatnya ia bangun dan menjalani hari vino langsung bergegas untuk melakukan rutinitas paginya.
Ia hanya menyiapkan roti panggang dan segelas susu untuk sarapannya dan bergegas mandi.
Tak membutuhkan waktu lama ia sudah keluar dengan baju olahraganya yg sudah melekat apik di tubuhnya.
Ia tak lupa bahwa hari ini adalah hari yg akan sangat panjang baginya dan juga tim nya, dimana lombar Or akan berlangsung.
Dengan mengayuh sepedahnya vino menelusuri jalanan yg masih nampak sepi pagi ini, sepeda? Ya vino membeli sepeda belum lama ini.
Tentu saja dari hasil kerja kerasnya sendiri, ia hanya tak ingin menggunakan mobil pemberian kakeknya terlalu sering, takut rusak saja.
Kayuhan demi kayuhan membawanya ke parkiran dimana teman-temannya sudah menunggunya di sana.
"Wihhh tumben vin sepedahan?" Tanya daren yg memang berada dekat dengan vino.
"Sepeda baru nii" goda nanda.
"Berisik"
"Hehe seloww, danu udah nunggu di lapangan indor, langsung masuk aja" ajak nanda yg membuat vino mengangguk.
Mereka berjalan beriringan di selingi candaan dan ke absurttan nanda yg aneh bin ajaib, membuat yg lain seketika ingin membuangnya ke lubang buaya.
Banyak juga kata-kata semangat yg keluar dari adik kelas yg mereka lewati, begini-begini tim vino tak bisa di remehkan tampangnya.
Ya dan tak terasa mereka sampai di lapangan, dan langsung bergabung dengan danu dan pembimbingnya yg sudah menunggu.
Hari yg akan panjang, dan hari yg butuh perjuangan.