Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan untuk Evan.
“Mama dan papa mau pulang sekarang, kenapa tidak besok aja ma.”
Evan menatap ke dua orang tuanya yang tengah berjalan menuju ke mobil, dia berharap Eros dan Emi masih akan tinggal lebih lama di rumah Deri.
“Maaf sayang, kami masih harus ke kota PPP, ada masalah di butik mama di sana. Kamu baik baik ya di sini ingat pesan mama tadi, buka mata kamu, jangan hanya ego sesaat bisa membuat kamu menyesal nantinya.”
Evan diam dan mencerna kata kata ke dua orang tuanya, kata kata yang penuh teka teki saat Eros dan Emi yang mengetahui hubungan caca dan Evan.
“Ma… kenapa tidak langsung ngomong aja sih, mama sama kayak papa. Kata katanya penuh teka teki,”
“Jika kamu cerdas dan berfikir memakai akal sehat, maka kamu akan tahu rahasia di balik semuanya. Dan kamu akan tahu maksud mama dan papa, jika mama dan papa berkata jujur pasti kamu tidak akan percaya. Lebih baik kamu cari tahu apa yang mama dan papa maksud, ya sudha kami pergi dulu. Kamu baik baik di sini ya, dan bersikap baiklah dengan dewi.”
Emi dan Eros berpamitan ke Evan, begitu juga dengan Deri dan dini. Sedangkan dewi berdiri dna menatap Emi dan Eros dengan membawa tas selempangnya, eros tadi sudah mengajak dewi dan akan mengantarkan dewi sekalian ke sekolah. Tapi dewi menolaknya dengan halus, jalur yang akan mereka lewati berbeda arah.
“Hati hati om, tante. Semoga selamat sampai di tujuan, jangan lupa kabari mama dan papa jika sudah sampai di sana.”
Dewi memberikan pesan untuk kedua orang tua Evan, seketika tawa pecah terdengar dia antara mereka.
“Baiklah kami pergi dulu,”
Akhirnya setelah berpamitan Eros dan Emi pergi, melihat kepergian kedua orang tuanya entah kenapa tiba tiba hati Evan merasa seperti kehilangan. Dia menatap kepergian Emi dan Eros. Sampai mobil mereka tidak terlihat.
Sebelum masuk ke dalam, Deri menepuk pundak Evan. Dia berharap Evan segera masuk ke dalam rumah, sedangkan dewi masih berada di luar.
“Kakak antar sekolah ya…?”
Dewi yang mendapat tawaran dari Evan seketika menggelengkan kepalanya, kedua alis Evan bertaut.
“Aku sedang menunggu seseorang yang akan menjemputku kak,” dewi melihat pintu gerbang yang masih terbuka.
“Cewek atau cowok…?” Tanya Evan memastikan.
“Cowok…” jawab dewi dengan nada santai.
“Lebih baik kakak antar kamu, sebentar biar kakak ambil mobil dulu.”
Dewi yang akan menghentikan gerakkan Evan mengurungkan niatnya, melihat Evan sudah berlari masuk ke dalam.
“Ish… kak Evan kayak manusia kilat, belum juga aku ngomong sudha ngacir tuh orang.”
Tak lama Evan datang setelah mengambil mobilnya, dia membunyikan klaksonnya sambil membuka kaca mobil. Dengan segera dewi masuk ke dalam mobil, setelah membalas chat dari seseorang.
“Chat dari siapa, serius amat balasnya.”
“Ish… kakak kepo.”
Melihat dewi yang lupa tidak memasang sabuk pengamannya, dengan sigap Evan memiringkan tubuhnya dan memasangkan sabuk pengaman milik dewi. Terasa hembusan nafas Evan yang dapat dewi rasakan, tercium bau wangi dari bekas parfum yang Evan kemarin.
“Sepertinya kamu terbiasa tidak memakai sabuk pengaman ya, atau berharap kakak memasangkannya. Hmmm…”
Dewi menelan lidahnya kasar, saat Evan sudah menjauh dari dirinya.
“Deket ini kak.” Jawab asal dewi sambil membenarkan tasnya yang akan terjatuh.
“Kita berangkat sekarang, dan nanti siang kakak jemput kamu. Selama kakak belum masuk ke kampus, maka kakak akan jadi supir pribadi kamu. Bagaimana….?”
Dewi berfikir lama tentang ucapan Evan, dia tidak akan bebas lagi seperti dulu jika Evan selalu menjemputnya dan mengantarkannya.
“Tidak usah kak, nanti kakak repot dan kakak tidak bisa ketemuan sama siapa tuh ca…”
“Caca…” Evan memberitahu akan nama wanita yang tengah dekat dengannya.
“Iya itu caca, itu pacar kakak bukan.”
Evan mengangukan kepalanya, saat lampu trafigt light berwarna merah Evan segera menghentikan mobilnya.
“Sepertinya kakak sayang banget sama dia ya.” Tanya dewi penasaran dengan isi hati Evan.
“Nggak juga.” Jawab singkat Evan.
“Tapi tadi malam kakak sama dia.”
“Ceritanya panjang wi, aku dekat dengan dia hanya sebatas rasa tanggung jawab. Selebihnya entahlah…”
Dewi menatap Evan yang terlihat serius dengan ucapannya, rasa penasaran dewi semakin menjadi. Tapi saat akan bertanya lebih lanjut dewi mengurungkan niatnya, melihat mobil yang mereka kendarai sudah sampai di depan gerbang sekolahan dewi.
“Nanti sepulang sekolah kakak ajak kamu ke suatu tempat, kamu jangan pulang dulu ya.”
“Oke…”
Dewi segera turun dari mobil, Evan tetap diam menatap kepergian dewi. Saat dewi menutup pintu mobil Evan sempat melihat handphone dewi yang sepertinya Yadi jatuh di jok mobil, dengan segera Evan menggambil ya dan segera keluar dari mobil.
Dia melihat dewi yang sepertinya menemui seorang laki laki, sepertinya dia teman sekolah dewi. Dilihat dari seragam yang dia pakai, tapi entah kenapa Evan merasa tidak suka melihat keintiman dewi dan laki laki tersebut.
Melihat Evan yang melangkah terburu mendekati dewi membuat para atensi para siswi sekolah tersebut tertuju ke arah Evan, Evan yang memakai celana pendemo dan kaos putihnya membuat dia terlihat sangat tampan walaupun belum mandi.
Kulit putih Evan dan badan tegap Evan membuat para hawa yang melihatnya merasa terhipnotis, Evan bagaikan sebuah pemandangan indah yang sangat sayang untuk di lewatkan.
“Dewi…”
seru Evan sambil berlari mendekati dewi, dewi yang mendnegar seseorang memanggil namanya dengan cepat menoleh melihat ke belakang.
“Kak Evan…” Seru dewi melihat Evan yang berlari ke arahnya.
“Ini handphone kamu ketinggalan.”
Evan menyerahkan handphone milik dewi, dan dewi dengan segera menerimanya.
“Terima kasih kak.”
Evan mengangukan kepalanya, pandangan mata Evan melirik menatap laki laki di sebelah dewi. Tatapan Evan seperti tidak suka melihat laki laki tersebut, Evan merasa laki laki tersebut memiliki maksud lain ke dewi.
“Aku masuk dulu ya kak,”
Evan masih setia berdiri, dia melihat dewi yang berjalan masuk dengan seorang laki laki di sampingnya. Melihat dewi yang sudha tidak terlihat Evan pun segera pergi dan masuk ke dalam mobilnya, tatapan para siswi di sekolah tersebut tidak membuat Evan memperhatikannya.
Evan sudah terbiasa dengan pandangan kaum hawa yang seolah ingin memilikinya, dengan cuek Evan berjalan masuk kedalam mobil dan dengan segera melajukan mobilnya pergi dari depan sekolah dewi.