Karena dendam pada Seorang pria yang di yakini merebut wanita pujaannya sejak kecil, Alvino Maladeva akhirnya berencana membalas dendam pada pria itu melalui keluarga tersayang pria tersebut.
Syifana Mahendra, gadis lugu berusia delapan belas tahun yang memutuskan menerima pinangan kekasih yang baru saja di temui olehnya. Awalnya Syifana mengira laki-laki itu tulus mencintainya hingga setelah menikah dirinya justru mengetahui bahwa ia hanya di jadikan alat balas dendam oleh sang suami pada Kakak satu-satunya.
Lalu, apakah Syifana akan terus bertahan dengan rumah tangga yang berlandaskan Balas Dendam tersebut? Ataukah justru pergi melarikan diri dari kekejaman suaminya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma Azalia Miftahpoenya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nutrisiku di rebut
Selesai membersihkan dirinya, Syifana segera keluar dari kamar bersama dengan suami yang belum genap sehari menikahinya itu. Mereka harus menemui keluarga sang ayah yang baru saja sampai dari pulau Sumatera.
Sepasang pengantin baru yang sedang dalam suasa berkabung itu menuruni tangga bersama, bergandengan tangan hingga sampai di lantai bawah. Disana, keluarga dari Ayah Hendra sudah menunggu.
Mereka tersenyum lega ketika melihat sang pengantin yang terakhir kali mereka dengar masih syok dengan meninggalnya sang ibu, sudah bisa beraktifitas normal kembali.
Syifana melepaskan gandengan tangannya pada lengan sang suami, lalu melangkah mendekati keluarga dari anggota tertua yang ada di sana. Gadis itu menyalim punggung tangan semua keluarganya bergantian, bahkan banyak dari mereka yang juga memberikan pelukan untuk gadis malang itu. Ketika hari bahagia untuknya berubah menjadi duka karena kepergian sang ibu.
"Nak, jadi ini suami kamu?" tanya salah satu keluarga tertua yang ada disana.
Syifana hanya mengangguk malu saat beberapa keluarga yang seumuran dengannya menggoda dirinya. Banyak dari mereka yang menyayangkan dengan keputusan keluarga yang menikahkan Syifana dalam usianya yang masih remaja.
Namun mereka merasa suami Syifana berusia jauh lebih dewasa dari gadis itu, mereka berpikir bahwa suami Syifana akan bisa membimbing Syifana dengan baik.
Suami Syifana mengenalkan dirinya kepada semua keluarga yang ada di tempat itu, mereka bahkan tercengang dengan latar belakang dari keluarga baru mereka. Suami Syifana bukanlah seorang laki-laki sembarangan, dia memiliki perusahaan ternama saat usianya belum genap 30 tahun.
Alvino Maladeva dengan sengaja memamerkan semua kelebihannya kepada keluarga Mahendra, pria itu begitu ingin di puji di hadapan Ali yang semakin menatap tidak suka padanya.
Semakin Ali membencinya, dia akan semakin bahagia karena bisa membuat laki-laki yang sudah berani merebut belahan jiwanya itu kebakaran jenggot.
Pujian terus terlontar dari mulut para keluarga Syifana, membuat Alvino semakin besar kepala. Pria dewasa itu dengan bangga dan berusaha menunjukkan kerendahan diri dengan pura-pura menolak semua pujian yang tertuju padanya.
Ali yang merasa semakin jengah dengan pujian semua keluarga pada pria yang pernah menghajarnya saat awal pertemuan mereka, memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Meninggalkan sang istri yang tetap duduk anteng tanpa memperdulikan keadaan yang terjadi disana. Wanita berperut buncit itu sibuk dengan cemilan yang di pegangnya sendiri. Setoples nastar buatan dari keluarga yang berasal dari Padang.
Wanita itu terlihat seperti orang rakus saat menikmati makanan itu seorang diri. Rasa nastar yang lembut saat berada di mulutnya membuat dirinya lupa dengan sekitarnya.
"Enak, yah, Kak! Sampai enggak rela bagi-bagi." Syifana duduk dan merebut toples yang sejak tadi di pegang oleh kakak iparnya.
Merasa kesal dengan perbuatan adik iparnya yang merebut paksa makanannya, Ara hanya mencebikkan bibir. Wanita itu tidak berkomentar apa-apa, hanya bangkit dari duduknya untuk mengambil air minum.
Sikap Ara yang lain dari biasanya, membuat Syifana merasa kakak iparnya itu kesal dan sengaja menjauhinya saat ini. Namun, gadis itu sama sekali tidak ingin memperkeruh suasana. Mereka yang sedang dalam masa berkabung, tidak seharusnya berdebat dengan hal yang belum pasti.
Gadis itu memakan cemilan yang sudah hampir separuh di habiskan oleh Ara. Gadis itu juga sama sekali tidak menawarkan cemilan yang di santapnya bahkan pada sang suami yang duduk tidak jauh darinya.
"Syifa, kalau makan itu, tawari suami lebih dulu! Kamu malah asik makan sendirian," ujar salah satu keluarga yang memang sudah berumah tangga.
Gadis itu hanya menjawab dengan cengiran kuda. Dia yang biasa hidup sendirian tanpa pasangan, memang masih merasa belum terbiasa menerima kehadiran seorang suami.
Gadis itu bahkan tadi menjerit saat keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk, dan mendapati sang suami duduk di sofa menatap ke arahnya. Lagi-lagi gadis itu tersenyum malu saat mengingat hal itu.
"Abang, Mau?" tanya Syifana mengulurkan toples yang di pegangnya.
"Tidak, Fana, kamu saja yang makan. Bang Vino masih kenyang," jawab Alvino dengan lembut.
Keluarga yang menyaksikan kelembutan yang di tunjukkan oleh suami Syifana, tersenyum bangga. Setidaknya gadis itu menikah dengan orang yang tepat, orang yang bisa memperlakukan Syifana seperti ratu untuknya.
Mendengar jawaban dari suaminya, Syifana tersenyum lalu kembali memakan cemilan itu. Cemilan yang dia rebut dari sang kakak ipar. Gadis itu lupa bahwa kakak iparnya itu sedang sangat sensitif semenjak mengandung.
Ara berada di dapur, wanita itu membuat minuman kesukaannya, jus tomat segar yang hanya di campur sedikit susu dan gula. Ara memutuskan untuk kembali ke kamarnya, membawa jus tomat buatannya sendiri.
Wanita yang membawa segelas minuman untuknya sendiri itu menaiki tangga untuk sampai ke kamar yang di gunakan bersama sang suami. Selama 7 hari ke depan, dia dan suaminya memang berencana menginap di rumah besar keluarga Mahendra. Selain untuk menemani sang ayah yang kini akan hidup sendirian, juga untuk mengurus pengajian hingga 7 hari ke depan.
Walaupun mereka memesan masakan dari catering terpercaya, akan tetapi mereka memang harus berada di rumah itu selama suasana berduka itu.
Ara membuka kamar lalu masuk ke dalam kamar yang ukurannya lebih kecil dari kamar yang berada di rumah pribadinya. Wanita itu melangkah mendekati sang suami yang tengah sibuk di depan sebuah layar laptop. Dia duduk di samping sang suami, meletakkan segelas jus yang di bawanya itu di meja samping sang suami meletakkan laptop.
Pria yang tengah kesal dengan tingkah menyebalkan dari adik ipar barunya itu, sekilas melihat sang istri meletakkan sesuatu di meja. Tanpa melihat dan memastikan apa yang di bawa sang istri, Ali mengambil gelas yang baru saja di letakkan di meja itu. Meneguk isinya hingga tandas, tidak sadar bahwa yang dia minum adalah minuman yang sangat tidak di sukai olehnya.
Sementara Ara hanya menatap sang suami dengan bingung. Pria yang biasanya selalu menolak jika dia meminta suaminya itu untuk mencicipi minuman kesukaannya itu, kali ini justru suka rela meminum jus itu hingga habis tidak tersisa.
"Sun, kamu doyan jus tomat? Bukankah selama ini, kamu selalu menolak jika aku menyuruh kamu minum itu. Apapun alasanku, sama sekali tidak membuat kamu mengalah dan minum minuman kesukaanku itu! Ya ampun, hari ini aku sial sekali. Semua nutrisi untukku dan calon baby twins di ambil oleh onty dan ayahnya sendiri!" gerutu Ara dengan kesal.
Ali baru sadar ketika sang istri mengomel. Pria itu menatap gelas yang memang sudah kosong di tangannya. Membayangkan jus berwarna merah itu masuk ke dalam mulutnya, membuat pria itu bergidik ngeri.
"Kamu sengaja mengerjai aku, yah! Moon!" decak Ali membayangkan betapa tidak enaknya minuman itu tadi.
Ara mendelik tajam. "Dasar maling teriak maling!" Ara bahkan melemparkan bantal yang berada di belakangnya itu ke wajah sang suami.
Bersambung...