Gadis Gendut Milik Sang Idola

"Mau menikah dengan siapa, Liam?" Tanya Dad Devan sekali lagi pada Liam yang kini meringis.

"Calon menantu Dad!" Jawab Liam seraya menunjuk ke arah Yumi yang kini sudah bangkit berdiri dan menyapa Dad Devan serta Mom Belle yang malam ini terlihat begitu anngun, tampan, dan serasi.

"Malam Om," Yumi mencium punggung tangan Dad Devan dengan takzim.

"Malam, Tante! Selamat untuk anniversary pernikahannya yang ke dua puluh tiga tahun, " Yumi ganti mencium punggung tangan Mom Belle.

"Mom dan Dad!" Ucap Mom Belle mengoreksi panggilan Yumi pada dirinya dan juga pada Dad Devan.

"Hah?" Yumi merasa tak paham.

"Asyiik! Ada yang udah dapat restu," sahut Anne bersorak senang.

Senyuman lebar juga langsung tersungging di bibir Liam.

"Apa maksudnya, Belle?" Dad Devan terlihat bingung.

"Yumi ini yang sudah menyelamatkan nyawa Liam saat diserang begal dulu itu," cerita Mom Belle pada Dad Devan.

"Benarkah?" Netra Dad Devan seketika berbinar bahagia. Pria paruh baya itu segera menghampiri Yumi dan merangkul pundak Yumi.

"Terima kasih, Yumi!" Ucap Dad Devan tulus.

"Hanya kebetulan, Om," jawab Yumi merendah.

"Dad! Panggilnya Mom dan Dad, Sayang! Biasakan itu!" Timpal Liam mengoreksi kalimat Yumi sekali lagi.

Yumi sudah kembali duduk dan Liam segera merangkulkan lengannya ke punggung Yumi dengan mesra.

"Apa ini, Liam? Jaga jarak!" Tegur Dad Devan galak.

"Oh, ayolah, Dad! Liam pacarnya Yumi! Bukannya Dad dan Mom sudah setuju tadi?" Protes Liam yang mersa tak terima saat disuruh Dad Devan menjauh dari Yumi.

"Baru pacaran, kan? Jadi jaga jarak dan jangan mengajari Yumi yang aneh-aneh!" Dad Devan memperingatkan Liam.

Anne segera tergelak melihat sikap berlebihan Dad Devan pada Yumi.

"Abang Liam udah macam anak pungutnya Dad!" Ejek Anne pada Liam.

"Iya, Dad lebay sekali, sih! Perasaan anaknya Dad kan Liam. Kok Dad galaknya sama Liam?" Tanya Liam bingung.

"Justru karena kamu anaknya Dad, kamu Dad suruh untuk jangan berbuat macam-macam pada anak gadis orang! Menikah dulu nanti baru dekat-dekat!" Jawab Dad Devan tegas.

"Dad benar, Liam! Kamu udah nggak nginep-nginep lagi di kost-an Yumi, kan?" Tanya Mom Belle menyelidik.

"Liam nginep di kost-an Yumi?" Dad Devan terlihat shock.

"Cuma dua malam, Dad! Pas Liam babak belur kena begal. Lagian nggak ngapa-ngapain, kok! Orang Yumi tidur di kamar dan Liam tidur di depan. Tanya saja sama Abi kalau tidak percaya!" Kilah Liam membela diri.

"Lah, Bang! Jangan bawa-bawa Abi dong!" Abi kelabakan saat Dad Devan melempar tatapan horor ke arahnya.

"Hmmm! Jadi kalian berdua sekongkol waktu itu?" Mom Belle menjewer telinga Abi dan Liam.

"Mom! Abi jangan dijewer! Abang Liam itu yang nakal!" Anne dengan cepat melepaskan tangan Mom Belle dari telinga sang suami.

"Jadi kamu saat itu tahu keberadaan Liam dan kamu tidak memberitahu Mom dan Dad? Begitu, Abi?" Tanya Dad Devan minta penjelasan dari Abi.

"Abang Liam mengancam Abi, Dad!" Jawab Abi mencari alasan.

"Eh, jangan ngarang! Dasar adik ipar kurang ajar! Aku potong juga jatah bulanan kamu!" Ancam Liam mendelik-delik ke arah Abi.

"Tu! Dad lihat sendiri! Abang Liam sukanya ngancam Abi!" Lapor Abi mengadu pada sang mertua.

"Udah, Dad! Jangan kekanakan begitu!" Thalita menengahi perdebatan para kaum pria di keluarganya.

"Bentar lagi Abang Zayn ikut debat kaum pria di keluarga Halley juga kayaknya," kelakar Anne yang hanya disambut Zayn dengan tawa kecil.

Sepertinya calon kakak ipar Anne itu masih kaku dan kurang nyambung.

"Kamu masih kuliah, Yum?" Gantian kak Thalita yang melontarkan pertanyaan pada Yumi karena para kaum pria sudah selesai berdebat.

"Iya, Kak! Kebetulan satu fakultas sama Valeria," jawab Yumi masih sedikit malu.

"Dia kerja part time juga di Rainer's Resto," timpal Liam menyambung penjelasan Yumi.

"Asli mana?" Gantian Abang Zayn yang melontarkan pertanyaan.

Yumi menyebutkan salah satu nama kota kecil yang terdengar tidak asing di telinga Zayn.

"Kamu tahu, Zayn?" Tanya Kak Thalita kepo.

"Mama berasal dari kota itu juga," ujar Zayn sedikit mengingat-ingat.

"Mungkin Tante Hanni tetangga kamu, Yum?" Tanya Liam menerka-nerka.

"Nggak pernah dengar nama itu," Yumi mencoba mengingat-ingat.

"Mama udah lama pindah dari sana. Jadi mungkin Yumi nggak kenal. Sejak nikah sama Papa, Mama juga udah nggak pernah pulang ke sana lagi. Mama kan yatim piatu," cerita Abang Zayn panjang lebar.

"Aku pikir Mama Hanni itu anak pengusaha juga," Thalita menanggapi cerita Abang Zayn.

"Mama itu dulu perawatnya papa. Cinlok lah istilahnya," jawab Zayn melanjutkan ceritanya.

"Nah kan, berarti kayak aku sama Yumi," cetus Liam tiba-tiba yang sontak membuat semua orang mengernyit heran.

"Emang Kak Yumi perawat? Kak Yumi kan mahasiswi," sahut Anne seraya tergelak.

"Tapi Yumi kan yang udah menolong dan merawat luka-lukaku gara-gara kena begal." Sergah Liam mengada-ada.

"Itu beda cerita, Liam!" Timpal Kak Thalita tergelak yang juga diikuti gelak tawa Abang Zayn.

"Lebay banget sih, Kamu!" Yumi berbisik pada Liam.

"Aih! Nggak usah malu-malu begitu, Yum!" Liam kembali mendekatkan kursinya ke arah Yumi dan merangkulkan lengannya di pundak Yumi.

"Eheeem!" Deheman Dad Devan yang kebetulan melintas di dekat Liam sontak membuat Liam mendengus sebal.

"Lebay banget, sih, Dad!" Liam menirukan kalimat Yumi dan mencibir sang Dad.

"Jaga jarak, Liam!" Ucap Dad Devan tegas.

"Rangkul doang! Nggak Liam apa-apain juga si Yumi! Galaknya udah kayak Anne lagi PMS!" Gerutu Liam bersungut-sungut pada sang Dad.

"Jaga jarak! Jauh-jauh!" Yumi menggeser kursinya menjauh dari Liam.

Lah!

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.