NovelToon NovelToon
Harga Sebuah KEHORMATAN

Harga Sebuah KEHORMATAN

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Contest / Cintapertama / Badboy / Cintamanis / One Night Stand / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Bad Boy
Popularitas:19.8M
Nilai: 4.5
Nama Author: Yutantia 10

"May, aku takut. Aku ingin mundur, aku ingin membatalkan semua ini." Ucap Rain dengan tubuh gemetaran.

Malam ini dia berada disebuah kamar hotel presiden suit. Ya, Rain terpaksa harus melelang keperawananannya demi uang. Dia butuh banyak uang untuk biaya rumah sakit adiknya. Selain itu dia juga tutuh uang untuk biaya pengacara, ayahnya saat ini sedang meringkut ditahanan karena kasus pembunuhan.

"Jangan gila Rain. Kau harus membayar ganti rugi 2 kali lipat jika membatalkan. Masalahkan bukan selesai tapi akan makin banyak. Jangan takut, berdoalah, semoga semuanya berjalan lancar." Ucap Maya.

Berdoa? yang benar saja. Apakah seorang yang ingin berbuat maksiat pantas untuk berdoa minta dilancarkan, batin Rain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DINNER

Gaza memecah gelapnya malam dengan mobil sedan warna putihnya. Dia tak bisa berkendara terlalu cepat karena hujan turun cukup deras.

Samar samar dia melihat seseorang berbaju pink berjongkok di teras sebuah toko yang sudah tutup. Melihat dari warna baju serta rambutnya yang terurai panjang, sepertinya dia adalah seorang perempuan.

Gaza tetap melajukan kendaraannya, tapi tiba tiba dia teringat Rain. Dia teringat cerita Rain yang ketakutan jika sendirian diluar, malam hari saat hujan deras.

Gaza memutar balik mobilnya, dia merasa perlu menolong wanita itu. Gaza turun dari mobilnya dan mendekati wanita itu. Samar samar dia bisa mendengar suara isak tangis.

Gaza tak bisa melihat wajahnya karena wanita itu membenamkan wajahnya diatas lututnya yang ditekuk. Tapi Gaza melihat sesuatu yang membuatnya yakin.

"Rain," panggilnya. Gaza melihat gelang yang dipakai wanita itu. Gelang emas putih pemberiannya saat ulang tahun Rain.

"Rain, kau tidak apa apa kan Rain." Gaza mengguncangkan bahu Rain perlahan.

Menderang suara yang tak asing ditelinganya, Rain segera mengangkat kepalanya. Dia tersenyum melihat siapa yang datang. Hatinya terasa lega.

"Gaza," lirihnya.

Gaza melihat wajah Rain yang sangat pucat. Bibirnya sudah membiru dan tubuhnya menggigil. Gaza segera melepas jaketnya dan memakaikannya pada Rain.

Perlahan Rain menutup matanya, gadis itu pingsan saat Gaza memakaikan jaket padanya.

"Rain, Rain, kau tidak apa apa kan?" Gaza menepuk pipi Rain berulang kali. Karena takut terjadi apa-apa Gaza segera mengangkat tubuh Rain kedalam mobilnya.

Dari tempat yang tak begitu jauh. Sean melihat Gaza mengangkat Rain kedalam mobilnya. Dia terpaksa melihat pemandangan yang kurang dia sukai. Pria itu menyesal karena terlambat menemukan Rain. Sean yang basah kuyup kembali ke hotel untuk mengambil mobilnya.

Gaza mengambil minyak angin yang dia simpan di mobilnya. Dia mengoles minyak angin ke beberapa bagian wajah Rain. Dia juga terus menggosok telapak tangan Rain agar menghangat.

Perlahan Rain mulai membuka matanya. "Rain, kau sudah sadar Rain?" Ucap Gaza sambil bernafas lega

"Ga, tolong aku Ga," Gumam Rain.

"Kau akan baik baik saja Rain. Aku bersamamu sekarang." Gaza memeluk Rain untuk menenangkannya. "Aku akan mengantarkanmu pulang."

Rain mengangguk perlahan. Ketakutannya sudah mulai hilang. Rain memberitahu Gaza alamat rumahnya. Karena hujan dan sedikit macet, hampir 1 jam mereka baru sampai dirumah Rain.

Gaza memperhatikan rumah itu dengan seksama. Beda sekali dengan rumah Rain jaman dulu. Rumah yang sekarang terlihat sangat kecil dan sederhana.

Rain mempersilakan Gaza masuk, dia pergi ke kamar untuk mengganti bajunya yang basah. Rain juga meminjamkan baju Alan untuk Gaza. Dia takut Gaza sakit jika memakai baju yang sedikit basah.

"Pakailah ini Ga, ini baju Al." Kata Rain sambil menyodorkan kaos oblong warna hitam pada Gaza.

"Terimakasih." Gaza mengambil baju dari tangan Rain dan segera menuju kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi, Gaza melihat Rain sedang membuat teh didapur mininya.

"Dimana Alan?" tanya Gaza.

"Dia belum pulang kerja, mungkin setengah jam lagi. Biasanya dia sampai rumah jam 11."

"Kenapa Alan bekerja Rain, kenapa dia tidak sekolah?"

"Alan tak mau Ga, dia akan mengikuti ujian kesetaraan tahun ini. Itu keputusannya, aku tak bisa memaksanya. Minumlah." Rain meletakkan secangkir teh hangat didepan Gaza yang sedang duduk di meja makan yang berada didapur.

"Apa kau lapar?" tanya Gaza sambil menyeruput teh hangatnya.

"Sedikit, apa kau lapar?" Rain balik bertanya.

Gaza mengangguk "Kau punya persediaan mie instan. Aku akan memasak untukmu."

Rain mengecek almari kecil yang ada didapur. Dia bersyukur masih ada 2 bungkus mie disana. Rain tersenyum sambil menunjukkan 2 bungkus mie pada Gaza.

Gaza meletakkan cangkir teh yang dia pegang lalu menghampiri Rain.

"Biar aku yang masak." Diambilnya dua bungkus mie instan dari tangan Rain.

"Kamu tamu Ga, biar aku saja." Rain mengambil panci kecil lalu mengisinya dengan air.

"Sudahlah, kau hanya perlu duduk dan menunggu mie nya matang." Gaza segera mengambil alih panci kecil tersebut dan mulai merebus air. Rain tak mau protes lagi, dia berjalan menuju kursi dan duduk disana.

Gaza membuka kulkas untuk mencari seseyaty yang mungkin bisa dia tambahkan pada mie. Disana, dia menemukan telur dan sawi hijau. "Mau ditambah sayur ?" tanya Gaza sambil menoleh pada Rain.

"Boleh."

Baru pertama kali Gaza ke rumah Rain, tapi dia merasa sangat nyaman disana. Dia memasak tanpa canggung didapur kecil itu. Netra Rain tak lepas dari menatap Gaza. Beberapa kali senyumnya merekah taktala memori masa lalu kembali hadir di kepalanya. Sejak dulu, Gaza memang sering memasak untuknya.

"Siap." Gaza meletakkan dua mangkok mie instan kuah dimeja makan. "Ini untukmu Rain, 2 cabe, dan untukku 4 cabe." Rain tak menyangka jika Gaza masih ingat dengan seleranya.

Gaza mengambil duduk tepat didepan Rain. Sebelum mulai memakan mie mikiknya, Gaza mengambil kuning telur di mangkuknya dan memindahkannya ke dalam mangkok milik Rain.

Rain menatap nanar kuning telur didalam mangkuknya. Dia tak menyangka jika Gaza masih mengingat semua kesukaannya. Gaza bahkan sama sekali tak membencinya meski dia dengan sadisnya memutuskan pertunangan hanya melalui chat.

"Kau masih ingat Ga?" Rain tak kuasa menahan air matanya. Dua tahun diluar negeri, sama sekali tak membuat Gaza berubah.

"Mana mungkin aku melupakan kesukaanmu Rain." Gaza tersenyum sambil menghapus air mata Rain dengan ibu jarinya. "Kau tahu, aku kangen sekali dinner denganmu seperti ini."

Rain tersenyum mendengar perkataan Gaza. Apakah ini bisa disebut dinner? entahlah. Rain mengambil putih telur dimangkuknya dan memindahkan ke dalam mangkok milik Gaza. Sebenarnya Gaza juga suka kuning telur, tapi setiap makan bersama Rain, dia selalu mengalah dan memberikan miliknya pada Rain.

"Kenapa kau bisa ditempat tadi sendirian malam malam Rain?"

Membicarakan hal itu, Rain kembali teringat Sean. Sumpah demi apapun, dia benci sekali pada pria itu.

"Ceritanya panjang Ga. Oh iya, pakaianmu yang basah ditinggal disini saja Ga, biar aku yang cuci." Rain berusaha mengalihkan pembicaraan.

Gaza mengangguk, dia sadar jika Rain sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Tak ingin membuat Rain tak nyaman, Gaza memilih untuk tidak menanyakan lagi.

Mereka mengobrol ringan sambil menikmati Mie instan. Tak lama kemudian, terdengar suara salam dari luar rumah. Ternyata Alan yang datang.

"Mas Gaza." Alan terkejut melihat malam malam Gaza ada dirumahnya.

"Hai Al, apa kabar?"

"Baik Kak." Alan bisa mencium aroma mie instan yang membuatnya menjadi lapar. "Aku mau juga dong, tiba tiba lapar nih." Kata Alan sambil memegang perutnya.

"Kau belum beruntung Al, mie nya sudah habis. Tadi cuma tinggal 2 bungkus."

"Yahh." Alan tampak kecewa.

"Oh iya Al, aku pinjam bajumu. Bajuku basah tadi," kata Gaza sambil menarik sedikit kaos yang dia kenakan.

"Pantesan kok aku ngerasa gak asing liat kaos yang kamu pakai Mas. Tapi jangan lupa dikembalikan, gajiku dikit, gak ada uang buat beli baju lagi," gurau Alan sambil menyeringai kecil.

"Tenang aja, besok aku ganti 3 buat kamu."

"Cie yang banyak uang," goda Alan.

"Bisa aja kamu Al. Ya udah Rain, aku pamit dulu ya. Udah terlalu malam."

Rain mengantar Gaza sampai depan. Meskipun hari ini terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, setidaknya bisa bertemu Gaza dan makan malam dengannya menjadi penutupan malam yang sempurna.

"Lain kali aku boleh kesini lagi kan Rain?"

"Hem." Rain mengangguk dengan senyum manis dibibirnya.

1
Sella Darwin
Luar biasa
Nur Aulia
knp berhong rain,,jujur ajj harusnya
Ruzita Ismail
Luar biasa
Novano Asih
wah jangan "Delia ini
Novano Asih
kasihan juga kalau lihat Sean kayak gini cobaannya bertubi "😭😭😭
Novano Asih
kok dari tadi cuma pov aja
Novano Asih
😂😂😂😂dasar Sean gemblung
Maya
Rain…Rain…
Bisanya Nambah kesalahan mulu kerjaan loe
Novano Asih
kayaknya Amaira sakit parah deh kok pingsan melulu
Maya
Gemes sama Rain. Udh jelas salahnya sendiri malah masih gk sadar diri
Novano Asih
bukan hanya melihat tp udah megang😃😃
Siti Nurhajah
Kecewa
Siti Nurhajah
Buruk
komala
sean yg gebrak meja aku disini yg kaget wkwkkw
dhedoy wahyudi
Luar biasa
dhedoy wahyudi
Lumayan
菲菲 Dwi L Arema
Prasaa. Bacot nya aja gede
EsTefaYe
buat aq part ini yg paling mengharukan/Sob/
EsTefaYe
urusan ap lg sic.., pacar bkn... suami bkn.. buyer jg bkn/Panic/
EsTefaYe
sean dkk beneran sefrekuensi makanya somplak nya jg klop/CoolGuy/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!