~ Zhivana Khoirun Nisa ~
Seorang gadis bercadar yang mengalami kecelakaan tragis, harus kehilangan penglihatannya. Belum lagi kabar duka kalau kedua orang tuanya telah meninggal akibat kecelakaan itu.
Hingga suatu hari, tanpa diduga teman masa kecilnya yang dua tahun lebih muda dari zhivana akan menikahinya secara mendadak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewiprnmsi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 : Rahasia Azwar
"Aku dimata mu itu bagaikan Nun mati di antara idhgam bilagunnah, terlihat namun tak di anggap ada."
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Prov Muhammad azwar Haidar
Aku tak bisa mengumbar rasa yang telah tertanam di hati ini, bahwa aku begitu menganggumimu. Begitu mencintaimu. Dalam diamku, aku berdoa pada sang khalik, kalau memang kau adalah tulang rusuk ku, aku meminta untuk segera di sandingkan denganmu. Karena aku tak sanggup kalau harus memendam rasa yang besar ini.
Azwar memang dikenal sebagai sesosok pria yang ramah, dan baik hati pada semua orang. Azwar juga sangat akrab pada semua ustadz maupun ustadzah yang mengajar dipesantren abinya yaitu kiai husen. Sosok azwar sangat disegani oleh para penghuni pondok pesantren, tentu saja disegani selain memiliki kecerdasan di atas rata-rata azwar memiliki ketampanan bak nabi yusuf, italah kalimat yang selalu dilontarkan oleh para kaum hawa saat melihat azwar.
Keheningan malam membuat hati menjadi tenang, angin malam yang berhembus sangat menyejukkan tanpa membuat orang kedinginan. Nyanyian jangkrik menjadi lagu malam yang indah. Suara kendaraan yang berlalu-lalang menjadi pelengkap kebisingan malam. Bintang-bintang dan bulan menghiasi langit malam, seperti berebut tempat untuk memberi ketenangan pada manusia yang menatapnya.
Kini azwar tengah merebahkan tubuhnya di atas kasur, kamar yang bercat serba putih yang di dominasi oleh gorden berwarna biru langit nampak begitu kontras, rak jangkung yang berdiri disudut pojok kanan di isi oleh buku-buku favorit azwar bertenger rapi seperti tidak ada debu yang menempel di sana. Suara alunan jam dinding yang terdengar sangat mendominasi ruangan kamar.
Terdengar jelas helaan napas dari azwar, sebenarnya ada satu rahasia yang ia sembunyikan selama ini, bahkan umi dan abinya saja tidak tahu. Alasannya karena tidak ingin membuat kedua orang tuanya itu cemas dan khawatir pada dirinya.
"Rupanya sudah sangat lama aku menyimpan rahasia ini." Gumamnya.
Azwar memenganggi dada nya terasa sangat jelas detak jantung itu berdetak secara beraturan. Azwar tersenyum miris, awalnya ini seperti mimpi buruk yang tengah ia alami tapi ternyata ini kenyataan pahit yang harus dirinya alami seorang diri.
Selama ini aku memang terlihat sehat dan baik-baik saja ini berkat engkau Yalloh yang telah menutupi keadaanku yang sebenarnya. Dan berkat obat penahan rasa sakit itu yang membantuku. batin azwar
"Kak azwar" Teriak fazal, dari luar pintu kamar azwar.
Azwar bangun dan mendekat ke arah pintu untuk membuka pintu kamarnya.
Pintu pun terbuka dan terlihatlah adiknya yang tengah tersenyum manis pada azwar.
"Assalamualaikum, kak." Ucap fazal seraya tersenyum.
"Waalaikumsalam, fazal kenapa bisa ada disini."
Tanya azwar heran, pasalnya fazal selama satu minggu ini tidak pulang ke rumah, kata fazal sendiri dirinya betah tinggal di asrama pesantren.
"Aku malam ini pulang ke rumah." Ucap fazal yang tengah tersenyum-senyum.
Azwar mengerjit heran, karena melihat kelakuan aneh adiknya itu yang tersenyum-senyum.
"Kenapa tersenyum-senyum seperti itu."
"Senyum itu ibadah kak, masa kakak tidak tau"
"Kakak tau itu, tapi tidak biasanya kamu tersenyum-semyum seperti itu. Apakah kamu sedang bahagia."
"Tidak juga"
"Lalu kenapa."
"Aku sedang merasa senang saja, aku dengar abi dan umi saat bicara tadi bahwa kakak akan menta'aruf ustadzah zhivana, benarkah kak."
Azwar hanya tersenyum saja.
"Ternyata kakak ku ini sedang kasmaran, ya" Goda fazal seraya tertawa.
"Anak kecil tau apa, sebaiknya kamu tidur ini sudah larut malam"
"Baiklah aku pergi ke kamar dulu"
Fazal langsung pergi ke kamar yang ia sering tempati. Sesudah fazal masuk kamar, azwar langsung menutup pintu dan mengunci pintu kamar.
***
Seorang wanita bercadar sedang duduk bersila di bawah pohon sambil melantunkan shalawat. Bunyi kendaraan yang lalu-lalang tak ia hiraukan.
Yah duduk di bawah pohon sambil melantunkan shalawat ternyata sangat nyaman rasanya. Sepanas apapun sinar matahari yang kini tengah memancarkan panasnya tapi di bawah pohon besar ternyata sangat teduh.
Sebenarnya dirinya sedang menunggu salah satu temannya. Mereka sudah janjian untuk berbicara bersama.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam, udah selesai."
"Udah, maaf ya nunggu lama"
Gea ikut duduk bersama zhivana di bawah pohon besar, duduk diatas rumput hijau yang rapi dan bersih.
"Gimana kuliahnya" Tanya zhivana.
"Ya, seperti biasa zhi kamu sendiri tahu keadaannya sama seperti dulu, tapi semenjak kamu berhenti kuliah aku jadi kesepian"
"Bukannya ada jesica"
"Iya. Tapi, aku dan dia itu banyak perbedaan jadi sering tidak bersamanya, aku rindu kebersamaan kita waktu di kampus, aku juga rindu saat makan bakso dikanti bersamamu"
"Banyak perbedaan, bagaimana"
"Pokoknya beda deh, aku males ngejelasinnya"
Diam tidak ada lagi yang berbicara, zhivana tidak bisa melihat tapi ia bisa merasakan keadaan sekitar, tangan yang terbalut kain handsock itu meremas pelan rumput pendek, angin yang tertiup terasa sangat sejuk, suara kendaraan yang berlalu-lalang terdengar jelas, banyak riuh orang di luar sana masih bisa terdengar.
"Apakah di langit banyak awannya?" Tanya zhivana dengan penuh keinginan tahuannya.
Gea melihat zhivana yang berada disamping dirinya. Lalu, mendongakkan kepala untuk melihat langit, terlihat begitu cerah ada burung yang berterbangan diatas sana, langit begitu biru sangat cerah pula, bahkan awan putih pun tidak ada seperti hamparan air laut saja.
"Tidak ada, langitnya sangat cerah ada juga burung yang berterbangan ke sana kemari" Ucap gea yang masih melihat keatas.
"Bukankah masa kecil itu sangat menyenangkan? Ternyata benar jadi dewasa itu banyak sedihnya dan saat kecil banyak bahagia nya" Ucap gea, yang tiba-tiba teringat masa kecilnya.
"Itu tergantung hidup kitanya bagaimana. Ada juga sebaliknya, dimana masa kecil ada banyak kesedihan. Tapi, saat dewasa kebahagian datang dan menerpa begitu saja"
"Wanita salehah itu seperti matahari yang sinarnya dapat menundukkan pandangan, namun manfaatnya tidak dapat diragukan. Sedangkan wanita yang tidak menjaga harkat dan martabatnya seperti bulan yang sinarnya membuat orang ingin menatapnya berlama-lama, padahal bulan hanya bersinar ketika ia mendapat pancaran cahaya matahari. Kita sebagai seorang wanita seharusnya membuat benteng pada diri kita agar tidak sembarang orang dapat melihat kita, jangan menjadi wanita yang bisa dipandang seenaknya oleh laki-laki. Masih ingat tidak pelajaran ini saat dulu kita masih di pondok pesantren" Ucap zhivana seraya tersenyum manis.
"Ingat, kenapa tiba-tiba saja kamu berbicara seperti itu"
"Karena sedang ada di bawah panas nya sinar matahari aku jadi teringat kata-kata itu"
" Begitu, ya." Lirih gea.
Mereka pun saling terdiam, untuk menikmati suasana hari yang cerah ini, menghirup udara segar, dibawah pohon besar ini udara menjadi sangat sejuk. Membuat zhivana dan gea merasa nyaman.
'
'
Bersambung
tpi mantap 👍
semangat thor ceritanya bagus banget.
like and vote back ya... 😍😍😍
soalnya dia aktor China kan😊
pokoknya dia pernah main dracin tapi lupa judulnya 😌😌