Dikhianati menjadikannya penuh ambisi untuk balas dendam.
Semua bermula ketika Adrian berniat memberi kejutan untuk kekasihnya dengan lamaran dadakan. Tak disangka, kejutan yang ia persiapkan dengan baik justru berbalik mengejutkannya.
Haylea, kekasih yang sangat dicintainya itu kedapatan bermesraan dengan pria lain di apartemen pemberian Adrian.
Dendam membuat Adrian gelap mata. Ia menjerat Naomi, gadis belia polos yang merupakan bekas pelayan kekasihnya.
Tadinya, Adrian menjerat Naomi hanya untuk balas dendam. Tak disangka ia malah terjerat oleh permainannya sendiri. Karena perlahan-lahan kehadiran Naomi mampu mengikis luka menganga dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : TIDAK CEMBURU?
“Silahkan masuk, Nona. Ini kamar Tuan Adrian,” ucap salah satu pelayan wanita sambil meletakkan koper milik Naomi ke lantai.
Naomi yang masih terpaku di ambang pintu menatap ke dalam ruangan besar itu. Ia menarik napas beberapa kali demi menetralkan perasaannya, setelah mendapat sambutan kurang menyenangkan dari sang mertua. Setelahnya, barulah ia melangkah masuk.
Wah, kamar ini lebih besar dari kamar di apartemen.
Naomi melihat-lihat seisi kamar, lalu memilih duduk di sebuah sofa empuk. Pandangannya pun mengarah pada pelayan yang masih berdiri di tempat.
Kenapa mereka masih di sini?
“Emh, Nona ... boleh aku tanya sesuatu?” tanya Naomi.
“Panggil saya Tina saja, Nona,” jawab sang pelayan memperkenalkan nama.
Naomi mengulas senyum ramah. Sepertinya ia dapat bernapas lega. Setidaknya ada pelayan yang memperlakukannya secara manusiawi di rumah itu.
“Baiklah, Tina, terima kasih. Ngomong-ngomong di rumah ini ada siapa saja selain Nyonya judes tadi?”
Pelayan wanita itu tampak cukup terkejut mendengar ucapan Naomi yang menyebut Nyonya rumah dengan kurang sopan, tetapi kemudian kembali menundukkan kepala. Tentu saja ia tak akan berani menegur istri tuannya. “Selain Nyonya Iriana, di rumah ini juga ada Nyonya besar. Ada Nona Erica juga.”
“Siapa itu Nona Erica? Apakah dia saudara Tuan Adrian?”
“Bukan. Tuan Adrian adalah anak tunggal. Nona Erica hanya kerabat dekat yang sudah tinggal di sini sejak kecil.”
“Selain itu?” tanyanya lagi.
“Tidak ada lagi, Nona.”
Naomi mengangguk mengerti. Setidaknya sedikit demi sedikit rasa penasaran di benaknya telah terjawab.
Tak berselang lama, terdengar suara ketukan pintu. Seorang pelayan tampak berdiri di ambang pintu sambil membungkukkan kepala.
"Nona, makan malam sudah siap. Anda sudah ditunggu di bawah."
"Terima kasih, tapi aku sedang tidak lapar," tolaknya dengan sopan.
Bagi Naomi lebih baik menghindar, dari pada harus merasakan tatapan tak bersahabat dari mertuanya di meja makan.
"Maaf, Nona. Tapi tuan yang meminta Anda untuk turun."
Pemaksa sekali dia! Aku harus menuruti semua keinginannya.
Naomi menghela napas panjang. Kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar.
.
.
Adrian mengulurkan tangan ke arah Naomi, membuat wanita itu terpaksa menyambut uluran tangan suaminya. Ia tersenyum layaknya wanita paling bahagia di dunia. Tetapi tentu tidak dengan hatinya. Dan sialnya, Adrian selalu dapat membaca raut wajah istrinya itu.
Sejak memasuki gerbang rumah, Naomi sudah merasa memasuki sebuah penjara. Tatapan ibu mertua bahkan masih sama seperti saat pertama kali Naomi menginjakkan kaki di rumah itu.
"Adrian!" Suara lembut itu berhasil mengalihkan perhatian semua orang.
Seorang wanita cantik datang dari arah pintu. Berjalan anggun dengan senyuman di wajahnya. Tanpa permisi, wanita cantik itu mendekat pada Adrian dan memeluknya.
Adrian pun melirik Naomi yang menatap tanpa ekspresi. Bukannya cemburu, wanita itu malah terlihat sangat santai seolah pelukan wanita lain dengan sang suami tak ada artinya.
Kenapa dia diam saja? Seharusnya dia menarikku seperti tadi aku menariknya saat ditatap Bruno, kan?
"Kenapa baru pulang? Apa kamu tidak tahu kalau aku sangat merindukanmu?" tanya wanita itu.
Adrian mendorong pelan untuk melepas pelukan. "Maaf, Erica. Aku sedang mengurus sesuatu belakangan ini. Oh ya, kenalkan, ini istriku ... Naomi." Adrian mengenalkan Naomi pada teman masa kecilnya itu.
Sejenak, Erica memandang Naomi seperti sedang menilai penampilannya. Kemudian tersenyum ramah sambil mengulurkan tangan.
"Hai, Naomi ... Aku Erica. Aku dan Adrian sudah berteman sejak kecil. Aku harap kamu tidak akan cemburu karena aku dan Adrian sejak dulu sangat dekat seperti ini."
Jadi ini yang namanya Nona Erica. Dia bahkan lebih cantik dari Nona Haylea.
"Tentu saja, tidak masalah bagiku," jawab Naomi santai.
Tiba-tiba tatapan Naomi mengarah pada suaminya, kemudian menunduk untuk melihat tangannya yang digenggam Adrian.
Sepertinya bukan menggenggam, tetapi meremas kuat.
Berani sekali dia berkata tidak masalah jika aku dekat dengan wanita lain.
...........