Aku hanya seorang figuran dalam kisah cintamu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Aku masih bisa melihatmu. Aku masih bisa menyukaimu sebanyak yang Aku mau. Tidak apa-apa Kamu tidak melihatku, tapi tetap ijinkan Aku untuk melihatmu. Karena keberadaanmu bagai oksigen dalam hidupku. (Khansa Aulia)
*Update Senin-Sabtu
*Minggu Libur 😁
^ErKa^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 17 - Kamu Mau Jadi Pacarku?
"Kita tidak sekelas ya. Kamu di kelas apa?" tanya Alex padaku.
"Uhm..."
"Ya nggak mungkin sekelas lah Ay. Kan pembagian kelas tahun ini berdasarkan nilai raport. Itu kenapa Kita bisa satu kelas, karena Kita sama-sama berotak cerdas." Diana bergelayut manja di lengan Alex. Aku menunduk bukan karena takut, tapi karena tidak tahan melihat adegan itu.
"Kamu jadi masuk kelas apa Khans? Kamu belum menjawab pertanyaanku."
"Sudahlah Ay. Nggak penting juga tahu di kelas apa. Yuk ke kantin, Aku laper nih." Diana menarik tangan Alex. Akhirnya terpaksa Alex mengikutinya.
"Sudah Aku bilang, nggak usah care sama cewek lain. Aku nggak suka Kamu kayak gini." ucap Diana.
"Tapi dia temanku. Wajar dong kalau Aku tanya? Apa Kamu akan melarangku berbicara pada semua cewek di sini?"
"Nggak semua cewek. Cuman dia aja! Aku nggak suka Kamu bicara sama dia. Lihat aja matanya! Dia suka sama Kamu Ay! Sadar nggak sih?"
"Itu nggak mungkin. Kita hanya berteman. Pikiranmu terlalu jauh..."
Dan lagi-lagi Aku mendengar perdebatan mereka yang bisa di dengar orang lain dalam radius 10 meter itu. Aku tertunduk begitu melihat banyak orang yang menatapku. Tatapan tidak suka mereka arahkan padaku. Seolah-olah mengatakan bahwa karena Aku mereka bertengkar.
Sudahlah, Aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Aku harus menerima kenyataan tidak bisa satu kelas dengan Alex.
Kelas tanpa Alex akan seperti apa rasanya? Pasti sepi. Tidak ada punggung lebar yang bisa kutatap. Tidak ada senyum yang bisa kulihat. Tidak ada mata yang menatapku dengan tajam. Mungkin kehidupanku akan kembali seperti di awal-awal sekolah. Sendiri, kesepian, transparan, terbuang dan ditinggalkan.
Aku sudah pernah mengalami masa-masa itu. Aku pasti kuat bila harus mengalaminya lagi. Semangat Khansa!!
***
Seperti dugaan awal, di kelas baru ini benar-benar tidak ada yang menganggapku. Aku kembali duduk di kursi paling belakang, sendiri tentu saja. Tidak ada yang menggubris ketika Aku berbicara. Tidak ada yang menjawab ketika Aku menyapa. Semua menganggapku tidak ada.
Aku benar-benar merindukan Alex. Sedang apa dia? Apa dia senang bisa satu kelas dengan Diana? Ya, Alex pasti senang sekali. Hubungan mereka pasti lebih mesra.
Andaikan Aku punya kamera bagus, Aku pasti akan memfoto Alex dan mencetaknya. Agar Aku bisa menatap wajahnya ketika Aku kesepian seperti ini.
Sudah hampir dua minggu Aku tidak melihat Alex. Di minggu ketiga, Aku sudah tidak tahan lagi. Aku memberanikan diri sekedar berjalan-jalan ke kelas 2A yang letaknya cukup jauh dari kelasku. Setiap melewati kelasnya Aku menengok, berharap bisa melihat wajahnya meskipun hanya sekilas. Namun Alex tidak ada di sana. Sepertinya Alex pergi ke kantin bersama Diana.
Aku kembali berjalan ke kelasku dengan wajah tertunduk lesu. Pupus harapanku untuk bisa melihat wajah itu.
***
"Alkhans... Papamu akhir-akhir ini tidak datang melihatmu ya. Mungkin dia sudah lupa dengan keberadaanmu..."
"Meoong... Meooong..."
"Dia sudah bahagia dengan dunianya yang baru. Kali ini dia bisa satu kelas dengan Princess, pasti dia senang sekali..."
"Meooong... Meeoonnng..."
"Kamu jangan sedih ya. Meskipun keluargaku makannya sering kekurangan, tapi Aku akan memberimu makanan yang sama dengan apa yang Aku makan. Jangan sedih bila Papamu sudah melupakanmu. Masih ada Mama, oke..."
Aku berbicara sendiri seperti orang gila sembari mengelus-ngelus Alkhans, kucing liar yang Kami pungut bersama. Sebenarnya Alkhans tidak terpengaruh dengan keberadaan Alex, hanya Aku saja yang mencari-cari alasan. Aku yang bersedih karena sudah beberapa minggu tidak bertemu dengannya. Sepertinya Alex benar-benar melupakanku dan kucing ini.
***
Aku tiap hari berusaha dan berusaha. Namun Aku tetap tidak bisa bertemu dengan Alex. Bahkan Aku sudah mencoba ke kantin dan perpustakaan, namun Alex juga tidak ada di sana.
Aku mulai gelisah. Kita bahkan masih satu sekolah, tapi mengapa sulit sekali untuk bertemu? Apa Aku perlu ke rumahnya? Ahh, itu sangat-sangat memalukan dan tidak berharga diri. Ta-tapi... Aku hanya ingin melihat wajahnya. Aku janji tidak akan menyapanya, seperti itu tidak apa-apa bukan?
Mencari alamat Alex tidak semudah membalikan telapak tangan. Sikap teman-teman yang mengacuhkanku yang menjadi kendalanya.
Aku ke ruang TU untuk mendapatkan informasi. Tapi bukan informasi yang Aku dapat, hanya sikap judes, galak dan kemarahan. Aku kembali ke kelasku.
Mungkin Tuhan benar-benar tidak mengijinkanku untuk bertemu? Mungkin ini cara Tuhan agar menyuruhku melupakan Alex? Pria muda yang sudah ada pemiliknya itu?
Aku menelungkupkan kepalaku di atas meja. Rasanya Aku tidak semangat untuk melakukan apa-apa. Aku jadi malas belajar dan melakukan hal lainnya...
"Khansa..."
Mungkin Aku hanya berhalusinasi. Aku mendengar suara Alex memanggilku. Itu sangat tidak mungkin.
"Khans?" Aku merasa seseorang memegang bahuku. Seketika Aku terduduk untuk melihat siapa yang melakukannya.
Tenggorakanku kering. Orang yang selama beberapa minggu ini kucari ada tepat di depan mataku.
Penampilan Alex tidak seperti biasanya. Dulu dia sangat rapi. Rambut dan seragam rapi. Kali ini rambut Alex menjuntai acak-acakan. Baju seragamnya pun seperti itu. Dia tidak seperti Alex yang kukenal.
"Ada waktu? Ikut Aku sebentar ya." Ucapnya.
Aku otomatis menganggukan kepalaku dengan cepat. Dia tersenyum kecil.
Bagaikan kerbau di cocok hidungnya Aku mengikuti Alex. Aku tidak peduli dengan pandangan teman-teman sekelas yang merasa heran.
Alex membawaku ke belakang gedung sekolah. Tempat yang sama ketika Aku menangis karena mendapati nilai Fisikaku jelek.
Kami berdiri di sana bagaikan dua orang asing. Lama tidak berjumpa membuat Kami seolah-olah asing terhadap satu sama lain.
Tiba-tiba Alex mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya dan memantiknya. Alex merokok!!
Aku menatapnya dengan terpana. Kenapa Alex merokok? Ada apa dengannya? Apa dia punya masalah? Aku ingin mengambil rokok itu dari tangannya...
"Kenapa bengong? Kaget ya lihat Aku merokok?" Dengan santai Alex menghembuskan asap rokok ke udara. Aku masih tidak bisa berkata-kata.
"Jangan kaget. Aku masih Alex yang sama." Ujarnya tersenyum kecil. "Bagaimana kabar Fian dan Alkhans? Apa mereka sehat?"
Aku menganggukan kepalaku secara spontan. Aku masih menatap Alex dengan tidak berkedip.
"Aku tidak akan membuang rokok ini meskipun Kamu menatapku seperti itu." Alex tersenyum hambar.
Aku tetap diam, menunggu dia menceritakan semuanya. Dia pasti punya masalah. Dia tidak mungkin berubah seperti ini bila tidak ada apa-apa.
"Ada cewek cakep nggak di kelasmu?" tanyanya tiba-tiba.
"Hah?" Aku melihat Alex semakin bingung.
"Cewek cantik. Ada nggak di kelasmu?"
Aku masih tidak menjawab. Benar-benar bingung dengan segala tingkah Alex.
"Kamu bingung ya. Aku sudah putus dengan dia. Jadi sekarang Aku cowok bebas, hehe." Alex memasang tanda V menggunakan tangannya, senyum pahit dan dipaksakan tampak sangat jelas terlihat di wajahnya. Alex benar-benar patah hati!!
"Kenapa tidak jawab pertanyaanku? Ada cewek cantik nggak di kelasmu? Aku butuh pacar nih. Seorang pria muda sepertiku tidak bisa lama-lama menjomblo..." Alex masih asyik menyedot rokoknya. Asap rokok tampak semakin mengepul di udara. Dia menatap sekitarnya dengan tatapan hampa.
Tiba-tiba saja dia berbalik dan meraih bahuku.
"Atau Kamu saja yang jadi pacarku? Bagaimana? Kamu setuju kan?"
***
Happy Reading 🥰
akunya
Emg keren lu Thor/Ok/