Buat yang gak suka gerah, harap melipir!
Bukan bacaan untuk anak yang belum cukup umur.
Ketika Aishe didorong ke laut oleh Farhan tunangan tercintanya, semua rasa cinta berubah menjadi tekad untuk membunuhnya.
Aishe tidak pernah berpikir bahwa Farhan hanya mencintai uangnya, dan tega berselingkuh bahkan mendorongnya ke laut.
Ketika ombak menelan tubuh Aishe, dirinya berpikir akan mati, namun keberuntungan berpihak padanya. Aishe terdampar di sebuah pulau kosong selama 59 hari hingga suatu hari dia diselamatkan oleh Diego, seorang pengusaha yang tampan namun lumpuh.
Dengan kekuatan dan kekayaan Diego, Aishe memiliki identitas baru dan wajah baru, dia bahkan menjadi sekretaris pribadi Diego. Diego, pria yang kaya dan berkuasalah yang dapat membantunya membalas dendam pada Farhan.
Setelah balas dendam selesai, senyuman menyeramkan muncul di wajah Diego, yang membuat jantung Aishe berdegup kencang menunggu kalimat selanjutnya.
"Sekarang giliranmu untuk membalas budi padaku."
Aishe menatap pria yang mendekat di depannya, dalam hati dia berkata, "Lolos dari mulut buaya, malah masuk ke mulut singa."
Ini bukan novel garis lurus yang bisa diambil banyak pelajarannya. Jadi kalian bisa berhenti jika alir terasa berputar-putar, membosankan, jelek dan yang lain.
Silakan kembali tanpa meninggalkan kesan buru di komentar.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KAY_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Seorang pria duduk di tengah cahaya minim. Sesekali membalik lembar-lembar buku yang dia baca. Pria itu, sangat suka membaca di antara cahaya dari dua lampu berwarna warm white. Entah, mungkin matanya sudah terbiasa dengan cahaya seperti itu, atau ada alasan lain.
Suara ketukan tiba-tiba terdengar, disusul suara 'clak' dari pintu yang terbuka. Rupanya, Ashan datang untuk melapor kepada tuannya.
"Dia melakukannya sendiri?" tanya Diego setelah mendengar laporan dari Ashan.
"Benar, Tuan. Nona Aishe memberitahu jadwal tunangannya agar saya bisa berjaga-jaga. Sepertinya, nona Aishe telah merencanakan ini sejak lama."
Diego menutup buku dan menaruhnya ke atas meja. Lalu melipat tangan, sambil memandang Ashen.
"Apa menurut Anda … dia mampu?" tanya Ahsan.
"Kenapa buru-buru menyimpulkan? Ini masih terlalu dini." Diego memutar kursinya, menghadap buku-buku yang tertata rapi di sebuah rak besar.
"Awasi saja dia. Aku ingin lihat 'waktu satu bulan' yang sudah aku berikan padanya."
"Baik, Tuan."
Di pucuk kemuning sinar mentari yang menghadirkan senja. Angin berhembus menggugurkan dedaunan kering. Membawa serta musim panas dan menyambut musim gugur.
Aishe berdiri di atas balkon, sedang mengamati mobil yang berlalu lalang. Sesekali angin mengibas rambutnya yang terurai, seakan memperlihatkan bekas luka yang memudar.
Tanpa terasa, waktu berlalu begitu cepat. Hanya kurang satu hari saja, satu bulan genap berlalu. Kini waktunya Aishe membuktikan ucapannya pada Diego.
Ana Zoe, wanita berumur 35 tahun yang dikenal dalam dunia Fashion Stylist. Di Turki, siapa yang tidak mengenal dia?
Menjadi terkenal karena bakat tentunya membuat jadwal Zoe sangat padat. Hal itu juga yang membuat Aishe harus menunggu lama untuk bisa mendapatkan bimbingan dari Zoe. Beruntung, dia mendapatkan slot pada hari terakhir tantangannya bersama Diego.
Aishe, harus membuktikan bahwa dirinya cukup layak dan menarik, agar Diego bersedia membantunya membalas dendam. Dia sendiri telah meminta izin pada Diego agar bisa pergi besok, dan kembali sebelum malam untuk membuktikan bahwa dia benar-benar layak.
Keesokan paginya, Ashan sudah berdiri di depan mobil menunggu Aishe. Lagi-lagi, dia mendapatkan tugas dari tuannya untuk mengawasi Aishe dan menjaganya.
"Tuan Ahsan?" ucap Aishe menyapa Ahsan dengan raut wajah heran.
"Selamat pagi, Nona. Tuan Diego menugaskan saya untuk menemani Anda."
Hela napas Aishe terdengar jelas di telinga Ashan. Pria itu sebenarnya tahu, jika gadis yang ditolong tuannya sedang kecewa. Namun dia tidak peduli akan perasaan Aishe, karena hal yang utama adalah menuruti perintah tuannya.
Aishe sempat menoleh kebelakang, memandangi Diego yang ternyata berada di depan pintu, entah sedang mengamati siapa. Begitu Aishe memandangnya, dia pun langsung menjalankan kursi roda otomatis yang baru datang kemarin dan masuk ke dalam.
"Ayo pergi!"
Masih dengan mobil sedan yang sering dipakai Diego bepergian. Tidak terlihat mewah, atau berkualitas jika di lihat dari luar. Hanya siapa yang menyangka, mobil yang dikira murah justru punya onderdil terbaik di kelasnya.
Mesin yang di rombak, velg dan ban dengan kualitas super. Serta jok kursi dengan bahan kulit yang memberi kesan mewah dan nyaman. Benar, terlalu nyaman hingga membuat Aishe duduk bersandar tanpa berbicara.
Ashan mencoba mengintip dari kaca bagian tengah. Melihat Aishe yang hanya diam sambil melihat ke luar jendela. Raut wajah serius dengan sorot mata tegas, membuat Ashan teringat akan tuannya dulu.
Memori dalam pikiran Ashan tiba-tiba pecah, memperlihatkan beberapa adegan saat tuannya masih berjaya dulu. Sikap kewibawaan, sorot mata tegas seperti elang yang mengincar musuh, serta kegigihan yang luar biasa. Mengingat itu semua, membuat Ashan tersenyum getir.
Setidaknya satu jam berlalu setelah mereka meninggalkan Villa Luxury. Mobil yang dikendarai Ashan pun telah dipinggirkan di depan sebuah butik yang ada di distrik Başakşehir.
"Ada bisa saya bantu, Nona?" tanya salah seorang wanita dengan seragam biru dengan garis putih.
"Saya ada janji dengan Zoe?"
Wanita itu melihat Aishe yang nampak norak, meliriknya dari atas hingga ke bawah.
"Zoe? Apa Anda tidak salah, Nona?"
"Tidak!"
"Oh, saya pikir. Asisten Nay tidak terlalu bisa memilah klien untuk Nona Zoe." Gadis itu pergi begitu saja setelah berkata demikian, yang pada akhirnya membuat Aishe melirik tajam padanya.
Dipandang dan dilirik seperti itu, sudah biasa bagi Aishe. Jika dulu dia hanya diam tidak peduli, sekarang, dia mulai memperlihatkan emosinya. Bahkan, membuat semangatnya lebih bergejolak.
...||...
...☆TBC☆...