Celine, seorang wanita pekerja keras, terpaksa menikah dengan Arjuna—pria yang bekerja sebagai tukang sapu jalanan untuk menghindari perjodohan. Selama pernikahan, Arjuna sering diremehkan dan dihina, bahkan oleh keluarga istrinya sendiri. Tapi siapa sangka, di balik penampilan sederhananya, Arjuna menyimpan identitas dan kekayaan yang luar biasa. Saat rahasia itu terbongkar, kehidupan mereka pun berubah drastis, dan mulailah babak balas dendam yang elegan dan penuh drama.
Siapakah Arjuna sebenarnya? dan apa yang akan terjadi jika semua orang mengetahui identitas Aslinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Setelah terdiam beberapa saat. Celine kembali melangkah masuk ke kamarnya.
"Arjuna, kenapa aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari dirinya?" gumam Celine bingung. Dia terus merasakan ada sesuatu yang berbeda pada suaminya akhir-akhir ini.
Disaat dirinya akan duduk di sopa panjang di kamarnya, Celine tak sengaja menangkap sesuatu dibalik bantal sopa di dekatnya.
"Apa ini?" Celine mengkerutkan dahinya.
"Buku Rekening?" Celine terkejut. Ia menemukan buku rekening atas nama Arjuna.
Setelah membuka isinya, kedua mata Celine membola dengan sempurna. Ada transaksi milyaran juta rupiah. Bahkan ini berjuta kali lipat sangat besar dari apa yang dia perkirakan.
Bagaimana mungkin?
...****************...
Disebuah ruangan. DI Kantornya. Celine duduk termenung memikirkan sesuatu.
Arjuna yang dia kenal adalah seorang pria miskin yang hanya seorang tukang sapu jalanan. Tapi, bagaimana bisa? Arjuna, suaminya itu memiliki uang sebanyak itu?
Akhir-akhir ini sikap suaminya itu juga sangat berbeda.
Arjuna lebih sering terlihat begitu sibuk dengan pekerjaan yang bahkan melebihi dari seorang tukang sapu jalanan.
Bahkan, buku tabungan yang ia temukan membuatnya semakin mencurigai suaminya itu.
Selama ini, Arjuna yang dia kenal sangat sederhana dan tidak pernah menunjukkan sikap yang berbeda. Sikap suaminya seolah sangat meyakinkan bahwa dia adalah seorang tukang sapu yang miskin. Tapi, semua yang ia temukan sekarang jauh berbeda. Seorang pria kaya yang sangat mirip dengan Arjuna yang dia temukan di hotel tempo hari, apa itu memang benar Arjuna? Lalu, bagaimana bisa seorang tukang sapu seperti Suaminya memiliki buku tabungan dengan uang sebanyak itu?
Celine semakin merasa bingung dengan semua yang dia pikirkan? Sebenarnya siapa Arjuna?
"Nona. Kita harus berangkat ke Anatarna Grup sekarang" Anton mendadak datang, membuat Celine seketika terkejut.
"Ah iya. Maaf, ayo kita berangkat" jawab Celine kemudian.
"Apa ada sesuatu yang menganggu pikiran Nona?" tanya sekertaris nya itu lagi.
Anton merasa Celine agak pendiam hari ini sejak kepergian mereka dari rumah. Jadi, dia memberanikan diri untuk bertanya.
Celine diam sesaat, "Tidak ada. Aku hanya memikirkan beberapa masalah pekerjaan saja" jawab Celine berbohong.
"Sebaiknya kita berangkat. Jangan sampai terlambat, karena kita harus memenangkan tender kita kali ini" ucap Celine lagi mengingatkan. Anton mengangguk mengerti dan mereka pun segera pergi.
Kini, Celine sudah berdiri di depan kantor ternama milik keluarga Federick. Sebelum itu, Celine terlihat menarik nafas, lalu menghembusnya pelan.
"Kita harus memenagkan tender ini, Anton. Karena ini adalah masa depan ku" lirih Celine penuh tekad.
Keduanya pun melangkah masuk untuk menemui pemilik perusahaan untuk penentuan pemenang tender.
Langkah kaki wanita itu terdengar mantap menyusuri lorong kantor yang dingin. Ia mengenakan setelan formal warna biru tua, wajahnya tegas namun tetap anggun. Namanya Celine. Pagi ini ia akan menghadiri rapat final penentuan tender terbesar dalam sejarah perusahaannya.
Saat pintu ruang rapat terbuka, Celine melangkah masuk. Belum sempat ia duduk, terdengar suara yang sangat ia kenal, dan menyindir tajam.
“Oh? Kak Celine juga diundang?” ujar seorang pria muda dengan senyum sinis di sudut ruangan.
Celine menoleh. Itu Bagas, adik tirinya. Berdiri di dekatnya adalah Laura, adik tiri perempuan mereka yang selama ini selalu mendukung Bagas dalam segala hal, termasuk dalam usaha menjatuhkannya.
“Kupikir ini rapat serius, bukan tempat untuk yang masih berharap tanpa peluang,” lanjut Bagas, menyilangkan tangan dengan angkuh.
Celine menahan diri, tidak merespons sindiran itu. Ia tahu adik tirinya senang bermain provokasi.
Laura menambahkan, sambil menyeringai:
“Kakak datang hanya untuk lihat pengumuman saja, ya? Bagus, jadi bisa belajar bagaimana tim yang solid bekerja. Tender ini jelas milik kak Bagas. Semua petinggi perusahaan juga sudah bisa menebaknya.”
Bagas mengangguk percaya diri, lalu melirik Celine dari ujung kepala sampai kaki.
“Maaf, Kak. Dunia bisnis bukan tempat untuk orang yang hanya mengandalkan nama keluarga tanpa pencapaian,” ucapnya, lalu terkekeh pelan.
Suasana menjadi tegang sejenak.
Tak lama kemudian, Direktur Utama masuk ke dalam ruangan dan membawa map bersegel. Semua mata langsung tertuju padanya.
Kakek Mario datang bersama orang kepercayaan nya.
“Terima kasih atas kerja keras semua tim,” katanya sambil membuka segel tersebut.
“Dan setelah melalui pertimbangan panjang, dengan penilaian dari dewan pusat... pemenang tender proyek utama ini adalah...”
Ia menatap semua yang hadir. Detik-detik seakan berhenti. Semua orang menjadi tegang dan ingin mendengar nama siapa yang akan mendapatkan tender kali ini.
“Tim dari Celine Group.”
Keheningan menyelimuti ruangan. Mata Bagas membelalak, senyum di wajahnya lenyap seketika. Laura menunduk tak percaya.
Sementara itu, Celine hanya tersenyum tipis. Tatapannya tenang, namun penuh makna.
“Sepertinya masih banyak yang harus kamu pelajari lagi, Bagas,” ucapnya pelan, lalu duduk di kursinya dengan anggun.
"Bagaimana mungkin. Jelas Proyek milikku yang lebih bagus. Jelas ini ada kesalahan" protes Bagas.
Kakek Mario menatap tajam, "Kamu meragukan pilihan ku?" tanya Mario.
Nyali Bagas menciut mendapatkan tatapan sinis semua orang, "Bukan begitu, tapi aku rasa proyek yang aku ajukan jauh lebih bagus dan menjanjikan" jawab Bagas takut-takut.
"Pilihan ku tidak mungkin salah. Proyek yang diajukan nona Celine jauh lebih bagus dibandingkan dengan proyekmu. Jika kamu tidak setuju, silahkan keluar dari ruangan ini, karena saya tidak membutuhkan orang seperti mu"
Bagas diam. Dia terlihat berpikir ditengah kekesalannya, " Ayolah Bagas. Tenang Bagas. Jangan emosi. Jangan menyinggung tuan Mario. Jika tidak hidupmu dan karir mu akan tamat" batin Bagas.
"Maafkan saya pak." ucap Bagas kemudian. Dia duduk dengan tenang dan tidak ada protes darinya lagi.
.
.
.
Bersambung.