Bagaimana jadinya jika seorang penulis malah masuk ke dalam novel buatannya sendiri?
Kenalin, aku Lunar. Penulis apes yang terbangun di dunia fiksi ciptaanku.
Masalahnya... aku bukan jadi protagonis, melainkan Sharon Lux-tokoh antagonis yang dijadwalkan untuk dieksekusi BESOK!
Ogah mati konyol di tangan karakternya
sendiri, aku nekat mengubah takdir: Menghindari Pangeran yang ingin memenggalku, menyelamatkan kakak malaikat yang seharusnya kubunuh, dan entah bagaimana... membuat Sang Eksekutor kejam menjadi pelayan pribadiku.
Namun, ada satu bencana fatal yang kulupakan
Novel ini belum pernah kutamatkan!
Kini aku buta akan masa depan. Di tengah misteri Keluarga Midnight dan kebangkitan Ras Mata Merah yang bergerak di luar kendali penulisnya, aku harus bertahan hidup.
Pokoknya Sharon Lux harus selamat.
Alasannya sederhana: AKU GAK MAU MATI DALAM KEADAAN LAJANG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
“Izinkan aku bicara!!!”
Semua kepala menoleh.
Althea berdiri di tengah pengadilan.
Gadis yang biasanya penurut itu kini berdiri tegak di tengah ruangan, tubuhnya bergetar tetapi matanya berkilat dengan keberanian yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya.
Para bangsawan terbelalak. Beberapa langsung bergumam:
“Tidak sopan…!”
“Mengganggu proses pengadilan seenaknya, siapapun hentikan dia!”
Namun Althea mengabaikan semuanya.Ia hanya menatap satu orang: Duke Lux.
Sharon menahan napas. “Apa yang kamu lakukan? Ini berbahaya, Kak Althea”
“Aya–Duke Lux,” suara Althea pecah—tapi tidak gentar. “Tolong izinkan aku bicara! Ini… Saya adalah korban jadi saya punya hak untuk berbicara dan mengadili tersangka, begitu sesuai hukum, bukan?.”
Duke menatapnya lama, dingin, seperti menimbang apakah akan mengusirnya keluar. Ruangan menjadi setenang kuburan.
Akhirnya Duke berkata, “Sampaikan.”
Hanya satu kata…
Tapi cukup untuk membuat Althea menggenggam rok erat-erat dan membuka suaranya.
“Sharon… tidak bersalah!” Suara Althea menggema keras.
Seluruh ruangan tercengang. Leon menatap Althea, shock. Beberapa bangsawan memukul meja kecil mereka, tak percaya.
Duke mengangkat alis.
“Berani sekali kau mengatakan itu. Apa kamu sudah lupa Althea? dia berencana membunuhmu tempo hari dengan racun, dan kemarin mengirim pembunuh ke gereja—meski dia menyelamatkanmu, tapi tindakannya yang seolah tahu itu mencurigakan, bisa saja itu tindakan sok heroik agar dosanya diampuni.
“Fakta bahwa kamu diserang kemarin dan Sharon tahu mengenai hal itu, bukanlah kebetulan. Itu sudah jadi fakta bahwa itu adalah rencananya sendiri. Terlepas dari dia berubah di tengah jalan dan menolongmu, meski itu tulus. Tidak akan merubah fakta bahwa dia ingin membunuhmu!”
Air mata mulai mengalir di pipi Althea, tapi ia terus berbicara. “Itu memang benar Duke. Tapi juga tidak merubah fakta Kalau bukan karena Sharon… aku sudah mati!”
Semua mendadak diam dan berbisik-bisik, ada yang muncul keraguan di hatinya, ada juga yang masih menuntut kehakiman dan mempercepat proses pengadilan.
Suara Atleha pecah menjadi seruan penuh emosi. “Dia datang… dia melindungiku! Bahkan saat semua orang memusuhinya! Saat semua orang memandang dia rendah hanya karena statusnya sebagai anak pelayan yang berbeda denganku, saat aku memang sepatutnya jadi sasaran kebenciannya, dia menolongku!”
Bisikan mulai menyebar cepat.
Sharon menutup mulutnya, hati bergetar. "Kak Althe?"
Althea melanjutkan, meski suaranya goyah:
“Apakah anda tahu perasaan sharon? Dia selalu dipandang rendah oleh beberapa orang, selalu anda abaikan padahal anda adalah ayahnya sendiri! Karena itulah dia selalu berbuat onar, walau pelan pelan ia terjerumus dalam kejahatan! Tapi itu karena Dia tidak punya siapapun disisinya!”
“Karena itulah sebagai kakaknya aku selalu berusaha untuk disisinya, karena aku paham dia akan selalu sendiri!”
Althea mengatur napasnya sebelum melanjutkan pidato tersebut.
“Tentu saja aku tidak bisa memaklumi perbuatan jahatnya, tapi kurasa dia tidak berbohong! Dia benar-benar berubah! Jadi … Mohon … Mohon beri dia kesempatan. Beri dia waktu untuk menebus semuanya.”
Dada sharon terasa panas, rasa panas dan sesak itu bukan berasal dari jiwa Lunar, tapi jiwa Sharon yang asli. Ia baru menyadari bahwa sang kakak begitu polos, begitu menyayanginya. Hal itu membuat dia tanpa sadar meneteskan air mata.
Sharon yang sebelumnya tidak pernah menyadari hal ini. Perasaan sebenarnya seorang kakak. Jika dia menyadari hasilnya pasti beda.
Tatapan Duke perlahan bergeser ke arah Sharon.
Untuk pertama kalinya, tatapan itu tidak penuh kemarahan…
melainkan evaluasi yang dingin, berat, dan menghitung.
Bangku para bangsawan langsung riuh. Beberapa protes keras:
“Tidak bisa! Ini manipulasi lagi!”
“Anak itu tertipu!”
“Dia mencuci otaknya!”
“Dia berbahaya, Duke!”
Leon tampak ragu. Ia ingin bicara… tapi tidak berani menantang sang calon mertua.
Gilbert—yang sejak tadi berdiri diam seperti bayangan—akhirnya angkat suara pelan:”izinkan saya bicara … “
Sharon manatap Gilbert. Dia juga dipihaknya?
“Saya… membenarkan ucapan Lady Althea.”
Semua mata menoleh padanya.
“Saya bersumpah atas nama tuhan, saya memang hanya mengawasi selama 24 jam, tapi Terdakwa… menunjukkan perubahan nyata. Baik dalam sikap maupun tindakan, entah dibuat-buat atau memang demikianlah. setidaknya, saya rasa ada nilai baik kalau kita mengawasinya lebih lama, tuan Duke.”
Duke mengetuk meja sekali. Hening kembali.
Gilbert jarang ikut campur masalah ini, sebagai orang yang paling ia percaya, Duke mungkin bisa mengakui bahwa argumen itu valid.
Sharon merasa jantungnya hendak meledak.
Duke Lux berdiri perlahan, aura kekuasaan menyelimuti ruangan. Ia menatap Sharon dengan dingin.
“Sharon Lux.”
Sharon menahan napas, lututnya bergetar. “Hukuman mati—ditangguhkan.”
Seluruh ruangan meledak dengan suara protes dan seruan kaget.
Leon terbelalak. Gilbert menghela napas pelan. Althea langsung menutup wajahnya, menangis lega.
Sharon sendiri… tidak yakin apakah ia sedang mimpi atau benar-benar hidup. Tapi Duke belum selesai. Ia melangkah sekali ke depan.
“Namun, pengampunan tidak diberikan begitu saja.”
Sharon langsung pucat.
“Ada tapinya… tentu saja.”
Duke lanjut. “Mulai hari ini, kau akan menjalani masa kurung selama tiga bulan.”
“Semua gerak-gerikmu akan diawasi. Semua perbuatanmu akan dievaluasi.”
Sharon menelan ludah.
Duke mengalihkan tatapan ke Gilbert, seperti memanggil prajurit perang. “Gilbert Nightray, kau bertanggung jawab penuh. Aku perintah untuk mengawasi Sharon Lux!”
Gilbert menunduk hormat. “Saya mengerti.”
Duke kembali menatap Sharon, tatapan tajam—tapi bukan lagi untuk menghukum.
“Kamu bilang ingin menebus dan melindungi kak Althea, katamu? Ini kesempatan bagus, dalam tiga bulan ini buktikan dirimu. Jika setelah tiga bulan kau terbukti berubah… barulah hukumanmu dipertimbangkan.”
“Jika tidak—hukuman mati tetap berlaku.”
Palu sidang diketuk keras.
“Sidang selesai.”
Sharon terpaku.Pingsan rasanya hanya satu napas lagi.
Berakhir, dia tidak melakukan apapun rasannya. Memang berbeda, tindakan protagonis wanita utama seperti Althea selalu berefek besar, Sharon sekali lagi menyadarinya.
“Memang karakter utama sebuah novel itu ngeri ya …”
Dia bisa mengubah pandangan orang dengan kalimatnya, berbeda jauh dengan karakter villain sepertinya.
Althea langsung berlari mendekat sebelum petugas menahan, menangis sambil memanggil:
“Sharon! Syukurlah!”
Gilbert mendekati Sharon pelan, menundukkan badan.
“Mulai hari ini… aku adalah pengawasmu.”
Sharon menatapnya dengan wajah kacau antara lega dan takut.
“kau sudah selalu menjadi pengawas ku.”
Lalu Gilbert menambahkan dengan suara yang hanya bisa didengar Sharon:
“…jadi pastikan kau tetap hidup. Jangan mati sebelum aku bisa menilai dirimu yang sebenarnya.”
Itu adalah jawaban dari perkataan Sharon sebelumnya.
malah meme gw😭
Sharon sebagai antagonis palsu tuh bukan jahat—dia korban. Dan kita bisa lihat perubahan dia dari bab awal sampai sekarang.
pokonya mantap banget
rekomendasi banget bagi yang suka cerita reinkarnasi
dan villain
semangat thor