Dipisahkan dengan saudara kembar' selama 8 tahun begitu berat untukku, biasanya kami bersama tapi harus berpisah karena Ibu selingkuh, dia pergi dengan laki-laki kaya dan membawa Nadira saja, sedangkan aku ditinggalkan dengan Ayah begitu saja.
Namun saat kami akan bertemu aku malah mendapatkan sesuatu yang menyakitkan Nadira mati, dia sudah tak bernyawa, aku dituntun oleh sosok yang begitu menyerupai Nadira, awalnya aku kira dia adalah Nadira yang menemuiku tapi ternyata itu hanya arwah yang menunjukan dimana keberadaan Nadira.
Keadaannya begitu mengenaskan darah dimana-mana, aku hancur sangat hancur sekali, akan aku balas orang yang telah melakukan ini pada saudaraku, akan aku habisi orang itu, lihat saja aku tak akan main-main untuk menghabisi siapa saja yang telah melakukan ini pada saudaraku. Belahan jiwaku telah hilang untuk selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
punya hubungan apa
Nadia yang sudah pulang terlebih dahulu dari pemakaman mengendap-endap masuk kedalam kamar Siska, mengecek semuanya, tapi yang Nadia dapatkan hanyalah sebuah buku yang dikunci.
"Sialan kenapa coba dikunci" dengan cepat Nadia mencari kuncinya, mengecek setiap laci dan sekarang mendapatkan Siska yang berfoto dengan banyak pria.
Tubuh mereka kekar, tindik juga dimana-mana, belum lagi tato "Apa tak salah dia bergaul dengan orang seperti ini"
Nadia yang penasaran kembali mencari bukti siapa tahu memang Siska yang sudah merencanakan semuanya.
Tapi saat lemari dibuka ada sebuah surat terjatuh, satu lagi sebuah alat pemuas nafsu berbentuk kelamin laki laki, Nadia tentu saja kaget memasukannya kembali dan mengambil surat yang terjatuh.
Isi surat
Kami sudah lakukan, mana bayaran kami jangan terus menunda dia sudah mati, Mayang sudah kami habisi, kami tunggu waktu dalam 2 hari kalau tak ada maka pembunuhan itu akan tersebar dan kamu yang akan menjadi tersangkanya.
"Mayang? Siapa dia" Nadia kembali menyimpannya ditempat semula, bukan tentang Nadira malah menemukan yang lain.
Nadia mengambil boneka di sudut kamar, melepaskan satu bola matanya dan menempelkan mata yang Nadia bawa itu adalah CCTV yang Nadia sengaja pasang untuk mengawasi Siska, sekarang yang Nadia curigai Siska, karena hanya dia saja yang tak menyukai Nadira dan bisa saja dia yang memancing Nadira dengan mudah bukan.
Setelah semuanya sudah dibereskan, Nadia keluar dengan mengendap-endap tak mau sampai ketahuan dan kacau semuanya.
Nadia pergi kebelakang rumah dan menemui kekasihnya, mereka duduk dan kekasih Nadia mengeluarkan laptop nya.
"Lihat laki laki yang telah melakukan pemerkosaan pada Nadira adalah anak geng motor, mereka adalah buruan para polisi karena selalu membuat masalah bahkan beberapa kali membunuh orang tapi mereka sangat sulit untuk ditangkap apalagi dengan orang tua mereka yang punya uang mereka bisa melakukan apapun, apakah kita akan menjebak mereka, tapi taruhannya nyawa kita sendiri"
"Kenapa Nadira bisa kenal orang orang itu"
"Entahlah aku tidak tahu, tapi kita tak bisa gegabah Nadia, bisa saja kita yang mati nanti, meskipun kita sudah sering menghabisi seseorang tapi resikonya akan lebih besar. Kita harus menyusun rencana yang begitu matang untuk memancing mereka"
"Ya aku tahu, tadi aku masuk kedalam kamarnya Siska, aku menekan sebuah surat dan foto Siska dengan laki laki berotot dan bertato juga, ini lihatlah" Nadia memberikan ponselnya.
Kekasih Nadia segera mengeceknya dan "Mereka bukan dari bagian geng motor ini, sepertinya berbeda kelompok"
"Benarlah, aku sudah sangat curiga sekali dengan Siska, apakah kamu tahu tentang Mayang"
"Hemm, Mayang ya dia adalah perempuan yang pernah dekat dekat Aldi dan temannya Mira"
"Hah Mira, kamu yakin temanya Nadira itu kan"
"Hemm iya, perempuan berambut pendek itu, apakah dia perlu di curigai juga, menurutku dia bisa saja menjadi orang yang perlu kita curigai"
"Tapi dia teman Nadira"
"Kamu yakin dia tak perlu di curigai? Menurutku dia juga harus di curigai, bahkan teman dekat banyak yang bisa membunuh temannya"
Nadia diam sejenak, tapi entah kenapa filling Nadia begitu kuat pada Siska dan teman temannya itu, mereka begitu jahat apalagi setelah menemukan surat tadi, Siska bisa menyuruh seseorang untuk membunuh orang lain berarti Siska juga bisa membunuh Nadira kan.
"Ibumu juga patut untuk dicurigai Nadia, bahkan mungkin semua orang pantas di curigai termasuk aku"
Nadia langsung menatap kekasihnya "Apa sih kamu ini"
"Kita tak akan tahu kan siapa dalang sebenarnya"
"Hemm tapi ga kamu juga kali"
Laki laki itu hanya tersenyum dan mengacak rambut Nadia dengan gemas "Masuk sebelum ada yang tahu kita disini, sebentar lagi mereka datang"
"Ya sudah aku masuk dulu"
Nadia segera bangkit dan meninggalkan kekasihnya, pikirannya sekarang kemana mana, rombongan mobil juga sudah datang yang tadi mengantar ke peristirahatan terakhir Om Rahman.
"Kenapa kamu tiba tiba pulang duluan" tanya Aldi dengan wajah tak suka.
"Aku tak enak badan"
"Eh udah pada datang" Dean datang dari belakang Nadia dan mendekati Aldi.
"Sejak kapan disini, tadi bukannya di pemakaman"
"Hemm, tadi ngebut kebelet jadi duluan emang kenapa"
"Aneh saja, ga mungkin kan cuman kebetulan" ucap Aldi menatap Dean dengan tajam.
"Kebetulan apa sih Di"
"Ga ada"
Aldi menarik tangan Nadia dan menjauh dari teman temannya, Aldi yang masih berduka menyempatkan untuk datang kemari dan ikut ke pemakaman agar bisa bersama Nadira tapi apa Nadira malah pulang terlebih dahulu menghilang begitu saja.
Saat tak ada orang satupun Aldi melepaskan genggaman tangannya dan tanpa bisa Nadia tebak Aldi langsung mencekik Nadia.
"Punya hubungan apa kamu sama Dean hah" tanya Aldi dengan pelan namun penuh penekanan.
Nadia memukul mukul tangan Aldi, Nadia tak bisa nafas dengan sekali tendangan tubuh Aldi mundur dan cekikan itu terlepas "Gila ya lo, bunuh gue sekalian cape gue hadepin lo yang kayak orang gila ini" uhuk ukuk, Nadia memegang lehernya yang sakit.
"Udah gue bilang lo akan terus ada disamping gue, bahkan kalau lo mati gue ga akan kubur mayat lo tapi gue awetkan dan simpen di kamar gue"
"Gila dasar gila" teriak Nadia yang tak habis pikir dengan jawaban Aldi.
"Emang, bukannya udah tahu dari dulu kalau gue gila dan lo masih mau sama gue, bahkan ngejar ngejar dan sekarang kenapa berubah hah, kemana Nadira gue, kenapa sekarang jadi pembangkang dan berani banget sama gue, lo mau gue kurung"
"Memangnya gue burung, jangan seenaknya sama hidup gue, gue nyesel pernah suka dan sekarang perasaan itu udah hilang sepenuhnya, ingat sepenuhnya ga ada yang tersisa sedikit pun, gue kalau nikah sama lo yang ada bisa ikutan gila juga"
Aldi malah tertawa, mendekati Nadia lagi namun tentu saja Nadia tak mau mundur beberapa langkah "Punya hubungan apa sama Dean, jawab" kembali pertanyaan itu yang ditanyakan.
"Menurut lo gimana" tanya balik Nadia "Gue ga punya banyak waktu deh buat urusin hal kayak gini, lo tuh terlalu banyak curiga bahkan gue juga ga marah kan saat lo sama Siska dan seharusnya lo juga ga marah kalau gue sama Dean"
"Murahan" hina Aldi dengan senyum mengejeknya.
"Lo yang lebih murahan dasar laki laki sialan, mati aja lo sekalian biar hidup gue tenang" bug, Nadia memukul dada Aldi cukup keras lalu pergi begitu saja meninggalkan Aldi sendirian.
Sialan memang dia, bisa mengatakannya murahan tapi dia sendiri bisi pergi dengan perempuan manapun, egois memang laki-laki itu.