Di sebuah Desa hiduplah seorang anak perempuan yang sedari kecil sudah mandiri, seorang anak kecil yang jika menginginkan sesuatu ia akan mengusahakan sendiri untuk mendapatkan keinginannya..
Karena kehidupannya sudah sangat keras terhadapnya. Bagaimana mungkin anak kecil yang belum tau apa-apa harus hidup tanpa kedua orang tuanya.
Bagaimana kehidupan jatuh bangun yang akan dihadapinya di masa depan?.
Baca selengkapnya di Novel yang berjudul, Wanita Sukses itu.. Yatim Piatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ar Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 - Liburan 2
Indah, jadi ikut main ngga? tanya Alin, ikut Ka Alin tunggu bentar ya, iya, setelah beberapa menit menunggu Indah akhirnya keluar dari rumahnya, Ka, ayo aku udah siap, habis ini mau kemana lagi? kita ke Ani dulu yuk, ayo.
Ani, oh Ani, iya Lin, aku ikut, tunggu, setelah beberapa menit menunggu Ani juga keluar dari rumahnya, oh udah ada Indah juga ternyata, hehehe, iya kata Indah, tinggal Neli nih yang terakhir kita samperin.
Setelah beberapa menit berjalan mereka bertiga sampai juga didepan rumah Neli, setibanya didepan rumah Neli, Neli terlihat sedang duduk di sebuah kursi yang berada diterapkan sambil sedang membuat boneka, Neli jadi ikut, iya aku ikut bentar ya aku taro ini dulu kedalam, setelah beberapa waktu berlalu Neli pun keluar dari rumah.
Udah ayo, setibanya ditempat bermain yang sudah ditentukan, Sila sudah menunggu di rumah tempat mereka janjian, hai Sila udah lama nunggu? tanya Ani, ngga baru, aku kesini pas setelah sudah shalat Isya, oh gitu.
Mereka berempat pun akhirnya bermain India-Indiaan, siapa nih yang mau jadi Istrinya? tanya Sila, kalo Suaminya? terus anaknya yang kakak adik, mereka bermain seperti biasa mereka bermain, ditengah-tengah permainan tiba-tiba Sandi dan Andi dateng, mereka mengajak bermain petak umpet.
Temen-temen gimana kalo kita main petak umpet? siapa yang mau ikut, aku kata Alin, aku lanjut Neli, begitu pun dengan Ani dan Indah, semuanya udah setuju ya ayo kita hom pim pa, buat nentuin siapa yang jaga kata Sandi.
Hom pim pa alai ho gam breng, nek ijah pake baju rombeng, bebapa kali mereka mengulang hal yang sama yaitu hom pim pa, kamu jaga tuh Sandi, yah, ya udah aku hitung sampe sepuluh ya, satu, dua, tiga, empat, satu persatu mereka mulai mengumpet ditempat yang tidak terlihat, ada yang dipinggir rumah, ada yang dibelakang pohon, ada juga yang ngumpet dikolam yang sudah kering.
Lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, udah pada ngumpet ya kata Sandi, aku mulai cari ucap Sandi kemudian, Sandi mencari dari yang terdekat lebih dulu, hong Ani, yah aku jadi yang pertama di ketemuin, Sandi kemudian mencari ditempat yang lain, Hong Neli, Neli di temukan ngumpet dipinggir rumahnya Ani.
Hong Indah, dan terakhir hong Alin, yang ngumpet dibelakang pohon besar, mereka sama sekali ngga takut dengan yang namanya hantu atau semacamnya, makanya meski main petak umpet dimalam hari, mereka tetap biasa saja.
Gantian sekarang aku yang jaga kata Ani, aku hitung sampe sepuluh, satu, dua, tiga, satu persatu pun mulai mengumpet ditempat tersembunyinya masing-masing, mereka melakukan hal tersebut beberapa kali sampe akhirnya memutuskan untuk menyudahi permainan yang mereka lakukan.
Mereka pun satu persatu pulang kerumahnya masing-masing, ayo Indah Ka Alin anter kamu pulang, iya Ka Alin, setelah beberapa menit, mereka berdua pun sampai dirumah Indah, makasih ya Ka Alin udah anterin aku pulang, iya sama-sama, ya udah sana masuk, udah malem, Istirahat, iya Kak, Kakak juga ya, iya, Kakak pamit Assalamu alaikum?, Wa'alaikum salam, jawab Indah.
Sesampainya dirumah, Alin mencuci tangan dan kakinya, kemudian ia naik ke tempat tidurnya, malam itu Alin terlelap dengan hati yang bahagia, bermain dengan teman-teman adalah salah satu hal favorit yang disukai Alin.
Karena Libur Alin memilih untuk bangun aga saingan setelah selesai shalat Subuh, sekitar jam 8 pagi Alin baru bangun karena perutnya yang sudah kelaparan akibat semalam bermain permainan yang menguras energinya.
Nek Nenek masak apa? tanya Alin kepada Neneknya, masak Nasi goreng, ini baru matang, Nenek sengaja masaknya aga siangan soalnya liat kamu tidur lagi, jadi biar dimakannya pas anget, Nenek terbaik puji Alin, mulai gombalnya keluar kata Nek Wati, hehehe mendengar ucapan tersebut dari Neneknya Alin hanya bisa meringis.
Alin dan Nenek pun menyendokan Nasi goreng kedalam piringnya masing-masing, setelah selesai makan Alin memutuskan untuk mandi, badannya terasa tidak nyaman karena semalam main diluar tapi ngga mandi dulu melainkan langsung tidur, alhasil sekarang Alin merasa tidak nyaman, badannya terasa lengket.
Setelah selesai mandi, Alin memutuskan untuk membaca buku yang sudah dipinjamnya dari Mbah Asih, hari itu Alin memutuskan untuk tidak main bersama teman-temannya lebih dulu, karena ingin menyelesaikan bacaan bukunya.
Saking asyiknya baca, tak terasa adzan dzuhur sudah berkumandang, Alin kemudian berangkat ke mushola untuk melakukan shalat dzuhur, kali ini dia berangkat sendiri ke mushola, sebenarnya memang lebih sering sendiri sih, seringnya hanya Magrib dan Isya saja Alin berangkat shalat ke mushola bersama teman-temannya.
Setelah pulang dari Mushola, Alin kemudian memutuskan untuk makan siang, dihari itu Nenek membuat sarapan Nasi goreng, namun untuk makan siang dan sore Nenek membuat sayur asem, sambal dan ikan asin goreng, salah satu makanan andalan Nek Wati sehari-hari.
Alin memang sedari kecil sudah terbiasa makan pedas, jadi sambal yang pedas tidak menjadi masalah, justru Alin memang suka makanan pedas, makanan pedas membuat nafsu makannya sangat baik, bahkan bisa membuatnya nambah beberapa kali.
Setelah selesai makan Alin mencuci piring bekas makannya, lalu ia mulai membaca buku lagi, beberapa menit kemudian Alin memutuskan untuk mengambil air disumur Alin menampung air tersebut dibak besar dan ember untuk nanti sore Alin mandi.
Akhirnya udah penuh juga baknya, huft, beberapa saat kemudian adzan ashar pun berkumandang Alin pergi ke mushola lagi untuk kemudian melakukan Ibadah shalat Ashar, sepulangnya dari Mushola Alin bersiap-siap untuk pergi mengaji, diambilnya tas yang berisi buku Iqro, Alin juga membawa beberapa alat tulis untuk ditawarkan ke temen-temennya nanti ketika sudah sampai ditempat ngaji.
Neli, ayo berangkat ngaji, Alin sudah sampai di depan rumah Neli bersama dengan Indah dan Ani, lalu mereka berempat pun berangkat ketempat dimana mereka mengaji.
Sesampainya ditempat ngaji Alin menjadi santri pertama yang ngaji, Alin memilih untuk menjadi yang pertama yang mengaji lebih dulu biar bisa menjual alat tulis yang sudah dibawanya, sekalian menunggu teman-teman yang lainnya yang sedang mengaji.
Setelah selesai mengaji, Alin mulai mendekati teman-teman yang ada ditempat ngaji tersebut kemudian menawarkan alat tulis yang dijualnya satu persatu, karena sudah terbiasa jualan, Alin sudah lumayan lihai dalam berpromosi, hari itu barang jualan Alin bahkan hampir habis, tinggal beberapa saja yang tersisa.
Alhamdulillah, besok perlu stok alat tulis baru ini, Alin selesai jualan begitu pun dengan teman-temannya yang sudah selesai mengajinya, mereka pun pulang kerumah masing-masing.
Bersambung..