Suami terbangsat adalah suami yang berusaha menjadi pahlawan untuk perempuan lain namun menjadi penjahat untuk istrinya sendiri. Berusaha menjadi teman terbaik untuk perempuan lain, dan menjadi musuh untuk istrinya sendiri.
Selama dua tahun menikah, Amora Juliansany tidak pernah mendapatkan perhatian sedikitpun dari sang suami yang selalu bersikap dingin. Menjadi pengganti mempelai wanita yang merupakan adiknya sendiri, membuat hidup Amora berada dalam kekangan pernikahan.
Apalagi setelah adiknya yang telah ia gantikan sadar dari komanya. Kedekatan sang suami dan adiknya hari demi hari membuat Amora tersiksa. Mertuanya juga ingin agar Amora mengembalikan suaminya pada adiknya, dan menegaskan jika dia hanya seorang pengganti.
Setelah tekanan demi tekanan yang Amora alami, wanita itu mulai tak sanggup. Tubuhnya mulai sakit-sakitan karena tekanan batin yang bertubi-tubi. Amora menyerah dan memilih pergi meninggalkan kesakitan yang tiada akhir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Upaya mengambil hak milik
"Megan..." tangan Sunny mencekal tangan lelaki itu dengan cepat, menahannya agar tak langsung pergi. "Megan aku gegas menuju kesini setelah Mama mengirim lokasimu, aku khawatir sekali, kamu tidak apa-apa kan?" Sunny tersenyum setelah menuturkan.
"Aku hanya sedikit buru-buru. Maaf membuatmu khawatir." Megan tersenyum sebelum menjawab.
Sejenak Megan ingin melupakan Amora, dia merasa butuh menenangkan pikiran. dia memutuskan menghabiskan waktu bersama Sunny dengan bercakap-cakap, mengenai rencana Sunny yang akan kembali bekerja dan rencana lainnya, tentu dengan kemesraan yang membalut kebersamaan mereka.
Tak cukup hanya sekedar berbincang, mereka juga menghabiskan waktu makan malam bersama. Tapi, dibalik wajah yang berhiaskan senyum itu sesungguhnya menutup rasa hambar yang kini terasa mendominasi, laki-laki itu berusaha mengelak, tetapi disetiap usahanya tidak membuahkan hasil.
"Aku akan mengantarmu pulang." ujar Megan setelah berjam-jam menemani kekasihnya yang agak rewel.
Sunny menoleh dan tersenyum.
"Terima kasih." ucapnya sepenuh hati.
"Jangan berterima kasih, kamu bukan orang lain." Sunny mengangguk pelan dan tersenyum puas.
"Besok kamu ada waktu?" tanya Sunny penuh harap.
"Untuk besok, aku akan sibuk dengan Bobin, jika ada waktu aku akan menghubungimu." Megan tak menerima bantahan. Saat dilihatnya bibir Sunny terbuka, laki-laki itu menempelkan jari telunjuknya di bibir sendiri, mengisyaratkan dia tak ingin mendengar penolakan. Sunny yang takut merusak mood Megan pun diam.
Gadis itu terdiam hingga mobil yang membawa mereka tiba di depan rumah kedua orang tua Amora.
"Aku tidak bisa mampir." Sunny berdiri diam di samping mobil, dia menekuk kening karena Megan tak ingin masuk. "Masuklah!" tambah laki-laki itu yang membuat raut Sunny sedikit mendung. Tetapi sepertinya tidak disadari Megan, karena setelahnya laki-laki itu benar-benar pergi dari sana.
*****
"Megan tidak ikut masuk?" baru saja membuka pintu, Sunny sudah di todong pertanyaan oleh ibunya.
Sunny melirik pada ibunya yang ikut melongok ke arah halaman rumah.
"Dia sibuk!" jawab gadis itu sekenanya.
"Akhir-akhir ini Megan sedikit berubah, apa kalian ada masalah?"
Sunny memutar bola matanya, dia bukan tidak menyadari perubahan Megan sejak Amora memutuskan pergi, tapi Sunny memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali mendapatkan apa yang seharusnya menjadi haknya.
Gadis itu melangkahkan kakinya meninggalkan sang Ibu yang masih ingin bertanya.
"Sunny, ibu belum selesai bicara..."
*******
Seorang lelaki setia duduk di samping wanita yang sudah dua minggu terbaring tak sadarkan diri.
Berbeda dengan hari-hari kemarin yang tidak ada kemajuan apapun, siang ini setelah dia menyelesaikan makan siangnya, hal yang dinantikan terjadi. Mata indah seorang wanita yang sudah terpejam rapat selama empat belas hari kini telah terbuka. Varel tak kuasa menahan luapan kebahagiaan, tanpa sadar kakinya melangkah cepat kearah wanita tersebut dan memeluknya dengan luapan kebahagiaan.
"Syukurlah, kau telah melewati masa kritis mu." ujarnya, mata tajam pria itu terpejam, kemudian menjadi berkaca-kaca saat ia membukanya.
"Tunggu! Aku akan segera panggilkan dokter." Varel sampai lupa dengan hal tersebut, ia sangat senang melihat Amora akhirnya sadarkan diri.
Wanita yang tak lain adalah Amora itu tidak mengatakan apa-apa, hanya berkedip ketika Varel lepaskan pelukan pada tubuhnya yang masih lemah dan bergegas keluar memanggil dokter.
Tak berselang lama, Dokter yang Varel panggil datang. Tim dokter memeriksa keadaan Amora dengan teliti, Varel menanti dengan cemas.
Hampir lima belas menit Varel menanti, saat akhirnya satu persatu dokter keluar dari ruangan itu.
"Bisa ikut saya sebentar." Varel mengangguk mengikuti langkah dokter yang memintanya ikut, guna memberikan informasi tentang kondisi Amora.
Varel menahan napas saat dokter menjelaskan kondisi Amora saat ini. Berbeda dengan kondisinya paska operasi kanker dahulu, kondisi Amora tidak langsung pulih paska operasi.
"Apa yang terjadi dokter?"
kalau bisa up nya tiap hari ka...
sebelumnya makasih byk ka...