Pernikahan jarak jauh yang semula harmonis berubah seketika saat Alena membaca pesan yang tak sengaja dibaca saat suaminya sedang mandi.
Bunyi pesan penuh kerinduan dari wanita bernama Clara ,membuat pernikahan mereka retak seketika saat Bagaskara mengakui bahwa Ia telah menikah dan punya anak laki-laki diluar kota.
Dan yang lebih menyakitkan lagi untuk Alena adalah pengakuan suaminya yang tidak bisa hidup seorang diri diluar kota sana,padahal Alena bukan tidak mau mengikuti suaminya,tapi ada Ibu mertua yang Alena harus rawat karena sakit.
Sejak saat itu,Alena mati rasa dengan suaminya.Bagaimana akhirnya Alena menjalani pernikahannya?Apakah Ia akan memutuskan untuk bercerai?
Ikutin kisahnya disini ya
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiwit Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibunya Bagas meninggal
Saat Ibu kandungnya sedang berjuang antara hidup dan mati dimeja operasi,Bagas justru sedang melakukan malam panas dengan Laura dengan begitu bergairah,bahkan Laura menjerit kenikmatan saat Bagas terus memasukkan benda pusakanya dengan begitu dalam.
Tak peduli berapa lama mereka melakukannya, sampai akhirnya mereka terkapar karena lelahnya gempuran demi gempuran yang Bagas dan Laura lakukan.
Laura juga mengabaikan pesan yang terus masuk pada ponselnya dari Ibunya yang selalu menanyakan keadaannya dan juga menceritakan kondisi Ayahnya yang masih belum ada keputusan tindakan apapun.
Sampai akhirnya,Bagas terbangun saat ponselnya berdering dengan kencang dan Bi Siti yang menangis sesenggukan disebrang sana.
"Pak Bagas...,Ibu memanggil nama Bapak berkali-kali,Dia ingin sekali bertemu Bapak,walaupun terbata-bata tapi dia selalu menyebut nama Bapak,cepat kesini Pak...".ucap Bu Siti saat tau anak majikannya mengangkat telponnya.
Bagas bergegas memakai pakaiannya dan menyamber ponsel serta dompetnya.
"Laura...,aku pergi dulu ya,kamu kalau mau makan pesen aja terus makan dikamar,uangnya udah aku transfer ya",pamit Bagas yang kemudian menghilang dari hadapan Laura.
Laura tersenyum saat melihat nominal yang Bagas kirimkan,namun Ia melupakan obat pil yang selama ini Ia minum setelah melakukan hubungan intim.
"Nggak bakal hamil kan?udahlah biarin,nggak masa subur ini",gumam Laura lirih.
Laura akhirnya membalas pesan Ibunya dan mengatakan bahwa Ia sedang berada diApartment temannya,bahkan Laura mengambil beberapa gambar seolah-olah Ia sedang berada diApartment dan bukan dihotel.
Laura bukan tidak peduli dengan Ayahnya,namun semenjak Ayahnya sakit,Laura jadi membencinya karena kehidupan yang tadinya bergelimang harta harus kembali hidup kekurangan.
**
Bagas menggunakan taxi untuk sampai keRumah Sakit tempat Ibunya dirawat,Ia meminta supir agar lebih kencang membawa mobilnya,karena Bagas merasakan jantungnya berdetak lebih kencang dan pikirannya dipenuhi tentang hal-hal buruk soal Ibunya.
Setelah sampai rumah sakit,Bagas keluar setelah lebih dulu membayar Taxi yang ditumpanginya,Bagas lari keruang dimana Ibunya dirawat.
Bagas disambut senyuman manis dari Ibunya yang ternyata terlihat lebih segar,namun beberapa Dokter justru berada disekitar Ibunya Bagas.
Bagas mendekati Ibunya dan memeluknya,Ia tiba-tiba menangis dipangkuan Ibunya yang sudah lama tak Ia lakukan.
"Bu...,Ibu mau sembuh kan?Bagas ada disini nemenin Ibu,Bagas akan disini sampai Ibu sembuh,Ibu mau pulang kan?Ibu bosenkan disini?".ucap Bagas dengan tangisan yang terus mengalir.
Ibunya Bagas mengusap lembut rambut anak laki-lakinya yang selama ini berjauhan dengannya dan memiliki sifat yang sangat berubah.
"Nak....,bertaubatlah Nak,dunia ini hanya sementara,minta maaflah sama Alena istrimu yang selama ini sabar merawat Ibu,dia yatim piatu dan tidak punya siapapun lagi,Sampaikan juga Maaf dari Ibu,karena Ibu yang menyebabkan kalian harus berjauhan,Ibu titipkan surat ini padamu Nak,tolong dibuka saat kamu bersama Alena,dan berikan kepada yang berhak yang telah Ibu tulis didalam surat ini,Ibu minta maaf ya Nak,Ibu pamit".
Setelah itu Ibunya Bagas kejang hebat dan selanjutnya Dokter mengatakan Ibunya Bagas telah meninggal dunia.
Bagas berteriak dan mengguncang-guncangkan tubuh Ibunya yang terbujur kaku.
"Ibu.......,Maafkan Bagas Bu...,Bagas minta maaf karena mengecewakan Ibu,bangun Bu..,jangan tinggalin Bagas sendirian....".ucap Bagas dengan air mata yang terus mengalir,tapi jenazah Ibunya harus segera dimandikan yang dilanjutkan dengan persiapan pemakaman.
Bagas yang masih terus menangis meminta pihak Rumah Sakit yang mengurus semua pemakaman Ibunya,Bagas melipir sejenak untuk menghubungi Alena.
Alena segera mengangkatnya karena pikirannya terus tertuju pada mantan Ibu mertuanya.
"Bagas...,akhirnya kamu menelponku,bagaimana kondisi Ibu?apa Ibu baik-baik aja?aku menghubungi Bi Siti tapi tak ada jawaban,bagaiman kondisi Ibu?",tanya Alena dengan panik.
Dengan suara lemah dan sisa-sisa air matanya Bagas menjawab bahwa Ibunya telah meninggal dunia.
Disebrang sana Alena menangis,rasa gelisah yang seharian Ia rasakan ternyata kehilangan orang yang selama ini selalu Ia rawat dengan baik dan tulus.
"Ibu...,Maafkan Alena Bu,Alena banyak salah sama Ibu,Semoga Allah SWT mengampuni segala kesalahanmu ya Bu dan Ibu ditempatkan ditempat terbaik disisi Allah SWT,Aamiin ",ucap Alena didalam hatinya.
Sambungan telpon yang masih tersambung,membuat Bagas membicarakan apa yang Ibunya wasiatkan.
"Alena,apa kamu bisa kesini?ada surat yang harus kita buka bersama,Ibu berpesan bahwa aku harus membukanya sama kamu,rencananya setelah pemakaman Ibu,aku akan membukanya,karena aku harus segera kembali ketempat kerjaku".
Walaupun Alena bisa saja menjawab untuk membuka sama-sama disini,tapi Alena juga ingin tau apa isi dalam surat wasiat itu.
"Baiklah Bagas,aku akan segera kesana",jawab Alena lirih.
Alena mencari Bara untuk meminta ijin kembali ke ibukota.Setelah menceritakan semuanya pada Bara,Bara justru ingin ikut dengan alasan bahwa Ia perlu bertemu Ayahnya sebelum keputusan besar Bara ambil untuk perombakan besar-besaran pada Perusahaan cabangnya.
Kini Alena dan Bara berada dalam pesawat yang membawanya kembali ke Ibukota,Bara dapat melihat bagaimana Alena yang terus gelisah.
"Alena....,semuanya akan baik-baik saja,wasiat dari mantan Ibu mertuamu pasti hal baik,nggak mungkin beliau akan meninggalkan sebuah wasiat yang akan membuat kalian kesusahan,tetaplah tenang ya,ada aku yang akan menolongmu jika nanti memang perlu",ucap Bara yang berhasil membuat Alena tenang.
Akhirnya disisa penerbangannya,Alena memilih memejamkan matanya yang lelah karena terus menangis karena kepergian mantan Ibu mertuanya.
Didalam mobil Alpard milih keluarga Bara,Alena duduk disamping Bara yang terus menatapnya.
"Alena...,jika surat wasiat itu mengatakan bahwa kamu dan Bagas tidak boleh berpisah,apakah kamu mau melakukannya?karena bisa saja Ibunya Bagas mengatakan itu",tanya Bara yang mampu membuat Alena balik menatap wajah Bara yang sangat tampan.
"Nggak Pak,Saya akan tetap berpisah dari Bagas",jawab Alena tegas yang membuat Bara tersenyum tipis.