Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Kabar Duka
"Ibunya Yuni meninggal, Kar." Jawab Fajar.
"Inna lillahi wa innailaihi rojiun," ucap Sekar dengan suara terkejut bercampur sedih mendengar berita duka tersebut.
"Cepat kamu pulang ke rumah buat jagain Dinda. Sekalian aku mau pinjam uang, Kar. Abang belum gajian. Ini harus bayar te_tek be_ngek urusan pemakaman ibunya Yuni,"
Sekar menghela napas beratnya. Lagi-lagi perkara uang menghimpit dirinya dan keluarganya.
"Kalau soal uang, Sekar juga belum gajian Bang. Sekar cuma bisa kasih pinjam dua ratus ribu saja. Dan soal pulang ke rumah, coba Sekar tanya dulu sama atasan di sini. Sekar bisa izin apa tidak karena aku masih masa percobaan," jawab Sekar apa adanya.
"Ya ampun, Kar. Kantormu itu macam apa, hah! Masa ada keluarga meninggal, gak kasih izin buat libur sih!" bentak Fajar.
"Aku mohon abang ngerti. Setiap perusahaan pasti punya aturan sendiri-sendiri, Bang. Kita cuma karyawan yang hanya bisa patuh. Kecuali itu kantor milik kita pribadi," jawab Sekar.
"Pokoknya abang gak mau tahu! Aku tunggu kamu di rumah sekarang juga! Gak pakai lama!" teriak Fajar. "Jangan lupa uangnya tadi yang kamu janjikan segera transfer ke rekening abang," sambungnya.
Bip...
Panggilan itu pun diputus sepihak oleh Fajar. Lagi-lagi Sekar hanya mampu menghela napas beratnya. Setelah itu, Sekar bergegas menemui Mbak Angel selaku team leadernya.
Sekar pun secara to the point menjelaskan pada Mbak Angel jika ingin minta izin untuk tidak masuk kerja hari ini karena ibunda dari kakak iparnya meninggal dunia.
"Kamu pasti paham aturan selama masa OJT. Maaf Kar, kalau kami tidak bisa memberikanmu cuti kematian atau bahkan cudak. Terlebih yang meninggal ini adalah bukan keluarga inti, tidak tinggal satu alamat rumah yang sama denganmu dan bukan dalam satu KK yang sama."
Aturan kerja di PT. HALO, cuti kematian akan diberikan pada karyawan kontrak maupun karyawan tetap jika ada anggota keluarga inti yang meninggal seperti orang tua, suami atau istri, anak, kakak atau adik. Cuti kematian selama tiga hari.
Jika di luar keluarga inti namun tinggal di alamat rumah yang sama, juga bisa diberikan cuti kematian tersebut. Karyawan wajib memotret surat kematian asli dan mengirimkan via email kantor yang ditujukan ke bagian HRD.
Setelah itu pada hari pertama masuk kerja setelah cuti kematian, maka karyawan tersebut wajib menyerahkan fotokopi surat kematian dari RT RW kepada tim HRD.
Sedangkan cudak alias cuti mendadak bisa diberikan untuk keperluan apapun baik kedukaan maupun urusan mendesak lainnya.
Dikarenakan Sekar saat ini sedang masa OJT alias masa percobaan maka belum berhak mendapatkan cuti apapun baik cuti reguler, cuti kematian maupun cudak.
"Gimana ya, Mbak? Apa tidak bisa diusahakan?" tanya Sekar.
"Maaf, Kar. Gak bisa. Kalau kamu memang mau izin tidak masuk hari ini maka kita anggap kamu bolos kerja. Pastinya itu akan pengaruh dalam penilaian kinerja atau rapor kamu nantinya menjelang teken kontrak,"
Seketika Sekar dilanda kebingungan dan dilema.
"Kalau saranku sih, lebih baik kamu tetap kerja hari ini. Bukan maksudku untuk tidak ikut berduka atas apa yang menimpa ibunda kakak iparmu tadi. Tapi, kamu kan perempuan. Pastinya bukan tugasmu masuk ke liang lahat buat makamin jenazah tersebut. Jadi, menurutku bukan hal yang mendesak sekali. Toh jam satu siang kamu sudah pulang. Kamu bisa segera pergi ke rumah duka untuk membantu keluargamu di sana," tutur Mbak Angel.
Sekar terdiam dan memikirkan nasehat dari Mbak Angel barusan. Apa yang disampaikan oleh Mbak Angel tentu ada benarnya jika dilihat dari sisi profesionalitas tanpa mengurangi rasa empati atas meninggalnya ibu kandung Yuni.
"Kamu sudah berjalan sejauh ini, Kar. Selama dua bulan lebih kinerjamu berkembang cukup pesat. Apa gak sayang jika harus berhenti kerja hanya sampai tiga bulan saja?"
Sekar menundukkan kepalanya. Ia benar-benar dilema dan pusing. Sekar sudah bisa membayangkan kemarahan keluarganya perihal ketidakhadiran dirinya saat ini di rumah Yuni.
Namun rasa tekad dalam hatinya untuk meraih impian di masa depan, tak boleh ia abaikan begitu saja.
"Untuk besok, kamu bisa cari tukar libur saja sama temanmu yang bisa diajak nego. Biar kamu bisa membantu lebih banyak keluargamu besok. Siapa tahu mau masak-masak buat acara tahlilan," saran Mbak Angel.
"Tukar libur boleh ya, Mbak?"
"Boleh saja kok,"
Senyum seketika terbit di wajah Sekar. Ia pun segera berpamitan pada Mbak Angel dan tak lupa mengucapkan terima kasih.
Sekar segera pergi ke meja kerjanya dan melihat di sistem komputer siapa saja teman sesama OJT nya yang besok terjadwal libur.
Setelah mendapatkannya, Sekar pun mendatangi temannya tersebut. Beruntung temannya tersebut bersedia tukar libur dengannya tanpa ribet. Sekar bernapas lega karena satu masalahnya bisa terselesaikan dengan baik.
Tak lupa Sekar pergi ke loker untuk mengambil ponselnya dan melakukan transfer uang ke rekening Fajar sebanyak dua ratus ribu rupiah. Kini isi rekening Sekar benar-benar mendekati angka sekarat alias kantong kering. Sangat menipis.
Sekar juga mengirimkan pesan singkat pada sang kakak sebelum masuk kembali ke ruang layanan untuk bekerja. Dikarenakan jam delapan segera tiba dan ia harus bersiap mengudara untuk menyapa para pelanggan.
📤 ["Bang, maaf aku gak dapat izin. Nanti jam satu siang, aku segera ke rumah Mbak Yuni. Besok, aku baru dapat libur. Sekar janji besok akan jagain Dinda dan bantu-bantu di sana,"].
☘️☘️
Kini Pak Tresno dan Bu Nanik sudah berada di kediaman orang tua Yuni. Mereka membantu sebisanya untuk segala keperluan pemakaman besannya tersebut.
Yuni berjalan dan menarik tangan suaminya untuk masuk ke dalam kamar.
"Gimana Bang? Dapat uang dari Sekar?" cecar Yuni.
"Dapat. Dia transfer dua ratus ribu," jawab Fajar.
"Apa? Cuma dua ratus ribu? Mana cukup, Bang!"
"Ya, nanti aku coba minta tambahan uang dari ibu. Siapa tahu ibu punya simpenan," ucap Fajar.
"Buruan minta sama ibumu! Gak enak nih sama tetangga. Mau bayar urusan dapur sama yang lain, masa uangnya gak ada. Huft !!" omel Yuni.
"Sabar dong, Yun."
"Sabar-sabar. Memangnya kalau sabar bakal jadi kaya mendadak gitu!" bentak Yuni.
Akibat suara kencang dari Yuni, mendadak Dinda menangis dan rewel.
Oek...oek...oek...
"Aduh, nih bocah kenapa malah rewel di saat begini!" bentak Yuni pada Dinda yang tengah menangis dalam gendongannya. "Adikmu itu lama banget sih datangnya ke sini!"
"Tadi Sekar kabari kalau dia gak dapat izin dari kantornya. Jadi, Sekar baru bisa ke sini sekitar jam satu siang. Nunggu pulang kerja dulu," jawab Fajar.
"APA !!"
Bersambung...
🍁🍁🍁
cintanya emang pollllllllllllllll
Sekar pelan² sajaaaaaaa
dihhh si yuni ga di beliin oleh" ko sewot, dasar ipar ga da ahlak