Kepergian Nayla menjelang pernikahannya, membuat semua orang bersedih, termasuk Laura sang kakak.
Ketika takdir membalikan kehidupan dan menulis cerita baru, Laura harus menerima kenyataan bahwa ia harus menjadi pengantin pengganti sang adik, Nayla. Untuk menikah dengan calon suaminya bernama Adam.
Namun, ketika akad nikah akan berlangsung, sang ayah justru menolak menjadi wali nikahnya Laura. Laura ternyata adalah anak haram antara ibunya dengan laki-laki lain.
Pernikahan yang hampir terjadi itu akhirnya dibatalkan. Fakta yang baru saja diterima lagi-lagi menghantam hati Laura yang masih di rundung kesedihan. Laura lalu meminta pada Adam untuk menunda pernikahan hingga dia bertemu dengan ayah kandungnya.
Bagaimana perjalanan Laura mencari ayah kandungnya? Apakah dia akan bertemu dengan ayah biologisnya itu? Dan bagaimana kisah cintanya dengan Adam? Baca kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembukaan
Laura melihat wajahnya yang terpantul dari kaca. Tak pernah dia bayangkan akan menikah dengan Adam, tunangan sang adik.
Sebenarnya keluarga Laura masih berduka atas kepergian sang adik, tapi pernikahan tak bisa ditunda karena undangan sudah terlanjur disebarkan.
Saat Laura sedang bercermin, suara ketukan di pintu membuat dia terkejut. Gadis itu lalu mempersilakan orang itu masuk.
"Ibu ... aku kira siapa?"
Ibu berjalan mendekati sang putri. Air mata yang hampir jatuh berusaha dia tahan. Dia mengecup pucuk kepala Laura. Hal yang tak biasa wanita itu lakukan.
Selama ini ibunya tak pernah menyayangi dirinya. Baik ayah atau ibunya hanya sayang dan perhatian pada sang adik Nayla.
Bukannya Laura cemburu, tapi sebagai anak dia juga ingin mendapatkan perlakuan yang sama. Di sayang dan juga diperhatikan.
"Ibu kenapa ...? Masih sedih atas kepergian Nayla?" tanya Laura.
Pasti ayah dan ibunya sangat kehilangan sang adik. Anak yang sangat mereka sayangi. Kepergian Nayla membuat kedua orang tuanya sangat berduka, termasuk Laura.
Selama ini hanya Nayla yang perhatian padanya. Setiap dia sakit, hanya adiknya yang memberikan perhatian. Ayah dan ibunya tak pernah peduli.
Terkadang dalam hati Laura bertanya, apakah dia anak angkat atau anak tiri. Namun, dia selalu menepis semuanya.
"Maafkan Ibu, Laura!" seru Ibu Sumarni.
"Maaf untuk apa, Bu? Aku rasa Ibu tak pernah melakukan kesalahan," kata Laura dengan penuh keheranan. Tak pernah Ibu Sumarni mengatakan maaf selama ini.
Laura memandangi wajah ibunya. Mata wanita itu memerah karena menahan tangis. Dia jadi bertanya, apa yang sebenarnya membuat ibunya sangat bersedih begitu. Apakah masih menangisi kepergian Nayla? Tanya Laura dalam hatinya.
Ibu lalu mengambil kursi dan duduk dihadapan putrinya. Dia meraih tangan Laura dan menggenggamnya. Hal yang tak biasa dia lakukan. Jangankan menggenggam tangannya, saat akan bersalaman saja, biasanya sang ibu dengan malas menyambutnya.
"Maafkan Ibu jika selama ini telah membuat kamu bersedih dan terluka. Ibu tak bermaksud begitu, tapi perasaan tak suka ini selalu menghantui," ucap Ibunya dengan suara pelan.
"Apa salahku, kenapa Ibu tak suka dan tak menyayangiku?" tanya Laura. Sudah lama dia ingin menanyakan ini, tapi tak berani.
"Suatu saat kamu akan mengerti. Sekarang bersiaplah. Semua telah menunggu. Sebentar lagi ijab kabul mu. Jangan buat ayah menunggu. Ibu takut dia akan makin marah!" seru Ibu.
Ibu Sumarni lalu berdiri dan pergi meninggalkan Laura. Selalu saja begitu. Ibu tak pernah mau menjawab, kenapa dia sangat membencinya.
Laura keluar dari kamar tanpa ada yang menemani. Pengantin mana yang berjalan seorang diri menuju ke meja pernikahan. Apakah karena dirinya hanyalah pengantin pengganti? Tanya gadis itu dalam hatinya.
Saat memasuki ruangan, Laura melihat Adam, calon suaminya telah duduk di kursi, berhadapan dengan ayahnya Pak Darimi.
Semua mata tamu undangan memandangi dirinya dengan tatapan iba karena hanya berjalan seorang tanpa ada yang menemani. Laura tetap berusaha tersenyum walau hatinya bersedih.
Laura lalu duduk di samping Adam. Pembawa acara lalu memulainya dengan membacakan susunan acara.
Setelah melalui acara demi acara satu persatu, tibalah saatnya ijab kabul. Entah mengapa, dada Laura terasa berdetak lebih cepat.
"Pak Darimi dan Adam, apakah sudah siap untuk membacakan ijab kabul?" tanya Pak Penghulu.
"Siap ... Pak!" jawab Adam.
"Baiklah. Kita mulai ijab kabulnya. Bapak dan Adam bisa mencoba sekali sebagai latihan," ucap Penghulu.
"Maaf, saya tidak bisa menjadi wali nikah buat Laura," ucap Pak Darimi dengan suara tegas.
Ucapan Pak Darimi membuat Laura dan semua tamu undangan menjadi terkejut. Semua mata memandang tajam ke arah mereka, menanti adegan selanjutnya.
"Kenapa, Pak?" tanya Pak Penghulu.
"Saya bukan ayah kandungnya Laura. Dia hanyalah anak haram istriku. Aku menikah dengan Sumarni saat dia sedang hamil Laura, anak dari pria lain!" seru Pak Darimi.
Suara riuh terdengar dari semua tamu undangan. Mereka tak percaya dengan apa yang Pak Darimi ucapkan.
Ibu Sumarni dan Laura adalah dua wanita yang paling tersakiti saat ini. Wajah mereka merah karena menahan malu dan tangis.
"Kenyataan apa lagi ini, ternyata aku hanyalah anak haram, pantas ayah dan ibu sangat membenciku," gumam Laura dalam hatinya.
yang dl gak setuju sama Laura
Daniel kah
atau bapak nya?
gantian jd pengganti