Wanita Simpanan Bos

Yasmin menyandarkan kepalanya di pangkuan ibu, tangan ibu membelai rambut Yasmin dengan lembut. Memasukan jari-jari di sela rambut putrinya itu.

"Dita, Ibu hanya takut kamu diperlakukan tidak adil dan istri pertamanya tahu kalau kamu menikah dengan suaminya."

Yasmin sedang membicarakan kedatangan Reynald yang tiba-tiba datang ke rumah sakit meminta restu ibu tanpa dia tahu.

"Yasmin yakin, pak Reynald akan bisa bersikap. Lagipula pernikahan ini disembunyikan dari publik demi menjaga namaku dan menyelesaikan perceraian dengan istri pertamanya, Bu."

"Ibu tidak akan melarang kalau kamu sudah yakin, hanya saja ayahmu tidak bisa menyaksikan kamu menikah." Ibu tampak sedih.

Yasmin kemudian bangkit mendekati ranjang pasien tempat ayahnya terbaring koma.

"Yah, Yas minta restu dari Ayah. Yas akan menikah besok dengan pak Reynald, semoga Ayah bisa mendengar Dita." Yasmin meraih tangan ayahnya lalu mencium punggung tangan ayah dengan takzim.

Flashback On

Pagi-pagi sekali sebelum berangkat ke kantor, Reynald sengaja datang menemui orang tua Yasmin di rumah sakit. Dia memperkenalkan dirinya sebagai CEO di tempat Yasmin bekerja. Kedatangan Reynald tak lain untuk meminta restu ibu dan ayah Yasmin, dia ingin menikahi Yasmin secara sah di mata agama. Tidak ada yang Reynald tutupi dari calon mertuanya, dia terbuka tentang statusnya yang sudah beristri dan Reynald meminta pernikahan di lakukan secara siri.

Ibu tidak bisa menjawab karena semua keputusan ada di tangan puterinya, dia sebagai ibu hanya bisa mendo'akan yang terbaik.

***

Reynald meminta bertemu Yasmin untuk datang ke ruangannya secara pribadi.

Sekretaris Reynald yang ditakuti Yasmin untungnya sedang tidak berada di tempat, jadi dia bisa leluasa masuk ke ruangan Reynald

"Mari kita menikah. Saya ingin secepatnya menikahimu, saya tidak bisa menunggu lebih lama, kita akan menikah malam ini juga." Reynald menatap Yasmin lekat. Setelah beberapa menit berbasa-basi Reynald memintanya secara khusus.

Yasmin terkesiap mendengar perkataan Reynald.

"Tapi, Pak. Malam ini? Apa tidak terlalu cepat? Saya belum menyiapakan apapun bahkan saya belum bicara dengan ibu saya," ujar Yasmin keheranan.

"Saya sudah meminta ijin pada ibumu tadi pagi, saya datang ke rumah sakit. Saya tidak punya banyak waktu lagi, nanti akan saya ceritakan padamu apa yang membuat pernikahan ini harus dilakukan buru-buru."

Yasmin tidak bisa menjawab, dia ragu lalu menunduk.

Flashback Off

***

Pernikahan akan dilangsungkan di rumah sakit malam ini. Tidak ada pernikahan mewah atau perayaan pernikahan lain. Hanya sebuah pernikahan sederhana yang dihadiri ibu, dan penghulu. Sedangkan dari pihak Reynald hanya ada Romi sebagai saksi pernikahan.

Penghulu lebih dulu menanyai ibu tentang pernikahan ini, kesediaan wali nikah yang diserahkan pada wali hakim karena kondisi ayah sedang tidak sadar.

Meskipun mendadak, Reynald tetap menyediakan mahar sesuatu yang membuat ibu menilai bahwa Reynald bukan orang yang perhitungan. Uang senilai 27 juta dan satu set perhiasan berlian.

Usai pengucapan janji pernikahan, ibu berbicara dengan Reynald memintanya supaya dia tidak menyakiti Yasmin Karena ibu merasakan Yasmin begitu menderita dengan pernikahannya yang pertama.

Reynald mengatakan pada ibu supaya tidak khawatir, dia akan memperlakukan Yasmin dengan baik, melimpahkan cinta dan kasih sayang dan juga tidak akan kekurangan suatu apapun.

Romi menyelesaikan tugasnya dengan penghulu, sudah menikahkan atasannya dengan Yasmin Reynald juga mengucapkan terima kasihnya secara langsung karena sudah ikut andil dalam pernikahannya.

Pernikahan yang sangat sederhana, yang tidak pernah Yasmin bayangkan sebelumnya.

Malam ini usai pernikahan, Yasmin diboyong ke rumah baru yang sengaja Reynald siapkan untuk istri keduanya itu. Rumah yang sama mewah dan besar dengan rumah yang ditempati Silvia.

"Ini rumah siapa, Pak?" tanya Yasmin saat mobil sudah sampai di carport.

Lampu-lampu terang benderang, menambah kesan mewahnya semakin terpancar.

"Ini rumah kita, ini saya hadiahkan untuk kamu tempati. Kita tidak usah bertemu dan menghabiskan waktu lagi di hotel," terang Reynald merangkul pundak Yasmin seraya melihat betapa megahnya rumah mereka.

Yasmin tentu di buat takjub, hari ini adalah hari paling banyak kejutan. Mulai dari pernikahannya yang mendadak, dan pindahan ke rumah barunya yang serba dadakan.

"Kamu suka? Kamu juga bisa ajak ibu dan ayahmu nanti untuk tinggal sama-sama, biar kamu tidak merasa sendirian." Pria itu menatapnya dengan teduh. Berbanding 180 derajat saat sedang di kantor, tatapan teduh itu berubah jadi tajam dan menusuk.

"Benarkah? Bapak yakin tidak apa-apa kalau saya mengajak mereka tinggal bersama?"

"Yakin, mereka juga orang tua saya sekarang. Lakukan apa yang kamu mau jika itu tidak merugikan dirimu dan saya. Jangan sungkan meminta apapun, kamu juga istri saya dan saya akan memperlakukanmu dengan adil."

Yasmin memaksakan senyumannya, entah walaupun sekarang dia adalah istri dari Reynald Hartawan seorang CEO Hartawan Grup namun hatinya merasakan sesuatu yang besar akan terjadi setelah ini dan itu membuat perasaannya tidak nyaman. Ketakutan besar menguasai dirinya saat ini. Orang lain mungkin akan senang menjadi istri Reynald yang diidamkan kebanyakan perempuan, seperti kata Dina kemarin. Tapi tiba-tiba dia ragu.

'Maafkan kalau aku sudah salah mengambil jalan hidupku dan maafkan untuk kamu yang merasa terluka dengan kehadiranku.'

Reynald menggenggam erat tangan Yasmin dengan mesra. Memesrai nya dalam status mereka yang baru.

***

Yasmin mengerjap pelan, dia merasa terusik dengan suara seseorang yang sedang memarahinya di balkon kamar. Diliriknya jam di dinding masih menunjukan angka 6 pagi, dia menguap beberapa kali. Sebenarnya dia masih ngantuk karena semalam harus menghabiskan malam pengantin dengan statusnya yang baru sebagai istri.

Suara di balkon semakin nyaring sampai Yasmin di buat heran, sebenarnya apa yang membuat suaminya itu marah-marah.

Tak berapa lama Reynald masuk kembali ke kamar dengan mengenakan kimono tidur. Sadar istrinya sudah bangun, Reynald lantas menghampirinya.

"Sayang, apa kamu terganggu dengan suara saya barusan?"

Yasmin di buat terpaku mendengar Reynald memanggilnya 'sayang'.

"Ah iya, saya kaget apa yang membuat anda memarahi orang di pagi hari. Apa sedang ada masalah?" tanya Yasmin menelisik lewat wajah suaminya.

"Hanya ada sedikit masalah saja, it's oke."

"Lalu kenapa harus marah-marah?"

"Karena dia tidak bisa di kasih tahu sekali atau dua kali. Saya sudah memperingatkannya dengan ini yang ke tiga kalinya, lama-lama kesabaran saya habis."

Yasmin tersenyum tipis, suaminya memang bisa menempatkan diri sesuai tempatnya dan hanya lewat tatapan matanya itu dia bisa merasakan kehangatan yang tersampaikan.

"Kita bisa sarapan di luar, karena di rumah ini belum tersedia bahan makanan apapun. Jadi mandi dan bersiaplah, kita akan berangkat sama-sama." Lanjut Reynald dengan tatapan mata penuh cinta.

***

Bersambung...