Axel Rio terjebak bertahun-tahun dalam kesalahan masa lalunya. Ia terlibat dalam penghilangan nyawa sekeluarga. Fatal! Mau-maunya dia diajak bertindak kriminal atas iming-iming uang.
Karena merasa bersalah akhirnya ia membesarkan anak perempuan si korban, yang ia akui sebagai 'adiknya', bernama Hani. Tapi bayangan akan wajah si ibu Hani terus menghantuinya. Sampai beranjak dewasa ia menghindari wanita yang kira-kira mirip dengan ibu Hani. Semakin Hani dewasa, semakin mirip dengan ibunya, semakin besar rasa bersalah Axel.
Axel merasa sakit hati saat Hani dilamar oleh pria mapan yang lebih bertanggung jawab daripada dirinya. Tapi ia harus move on.
Namun sial sekali... Axel bertemu dengan seorang wanita, bernama Himawari. Hima bahkan lebih mirip dengan ibu Hani, yang mana ternyata adalah kakak perempuannya. Hima sengaja datang menemui Axel untuk menuntut balas kematian kakaknya. Di lain pihak, Axel malah merasakan gejolak berbeda saat melihat Hima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mad Mistress
Pengganjal pintu ruang makan itu pernah jadi masalah, waktu itu salah satu ARTku diomeli habis-habisan sama bapakku karena memindahkannya ke samping kolam. Pengganjal itu dari batu bata biasa, dan ARTku inisiatif membelikan pengganjal pintu yang lebih modern, yang pintu bisa terganjal otomatis dari belakang. Karena mungkin dipikirnya masa rumah mewah begini ganjelan pintu pakai bata?
Dia kira akan dipuji oleh bapakku, nyatanya malah diomeli dan dipecat.
Kata bapakku jangan memindahkan barang-barang di rumah ini seenaknya, semua sudah diatur olehnya sedemikian rupa.
Kata-kata yang aneh bukan?
Hanya karena ganjelan pintu, pembantu ku dipecat.
Ku hampiri ganjelan pintu bermasalah itu, kubolak balik. Terlalu berat untuk sebuah bata biasa. Seakan batu ini diisi logam
Tebak isinya.
Enam batangan emas 1 Kg. Dibalut semen yang dicat seperti batu bata.
Enam batang!
Yang kalau digrebek polisi, benda-benda seperti batu bata ini tidak akan disita karena dianggap batu biasa. Rumah dikosongkan bertahun-tahun pun hal semacam ini akan tetap tertinggal di dalam karena dianggap ‘hanya’ batu.
Kuingat-ingat lagi benda apa yang tak boleh dipindahkan, atau hal-hal aneh yang bapakku instruksikan.
Kata Bapakku, ‘kalau moles bathtub jangan kelamaan, saya risih kalau ada orang berlama-lama di kamar mandi saya’.
Di lain pihak, dia kalau mandi pakai shower terus.
Sementara ibuku memiliki kamar mandi sendiri, karena selama ini mereka memutuskan tidur di kamar terpisah, tidak dimulai saat bapakku berselingkuh, tapi memang sejak dulu karena barang-barang ibuku terlalu banyak.
Jadi kubuka pintu kamarnya, kuhampiri kamar mandinya, kuketuk-ketuk bathtubnya yang mewah itu.
Dalamnya kopong.
Terdengar semacam rongga.
Kurasa aku tahu isinya apa. Bisa jadi uang tunai. Makanya ia tak ingin bathtub kena air. Bak mandi kok nggak boleh kena air, apalagi kalau bukan karena ada barang penting yang berbahan dasar kertas di dalamnya?
Ternyata,
Aku selama ini tinggal di gudang harta.
Kupikir-pikir kemudian, apakah aku akan mengkonfirmasi hal ini ke bapakku?
Ah, tak usahlah.
Buat apa?
Dalihnya akan macam-macam.
Lebih baik diam-diam kusembunyikan saja.
Kalau bapakku berpikir aku tidak akan menghafalkan wajah dan nama-nama tamu yang datang ke rumah saat dia tak ada, dia salah.
Semua kurekam di ingatanku.
Aku ingat, dulu itu setelah Bapak dan tante Mira kembali dari Amiriki mereka membawakanku oleh-oleh bejibun.
Karena mereka baru dapat konfirmasi dari sekolahku kalau aku berhasil lolos SBMPTN di 2 universitas Negeri, di usiaku yang menginjak 15 tahun. Mereka lumayan lama di Amiriki, ada kali sekitar setahun aku ditinggal sendirian di rumah.
Pulang dari sana kondisi Tante Mira semakin cantik saja.
Pantas, baru aja dibayarin operasi plastik rupanya sama bapakku, wajar saja kalau tinggal lama di sana sampai cari rumah segala.
Tapi sepertinya aku mencium adanya konspirasi di sini.
Semacam ada kekhawatiran kalau bapakku sudah tahu akan terkena OTT sebentar lagi.
Bukan khawatir ke bapakku, aku khawatir aku tak akan bisa melanjutkan perkuliahan. Karena jurusan teknik ini adalah impianku.
Juga,
Aku semakin merasa tertekan.
Karena Tante Mira... mulai sering menggodaku.
**
Ya iya lah dia tergoda, tampangku ganteng gini.
Ada Chindo-Chindonya, ada bule-bulenya, masih muda pula.
Dia pikir aku anak polos kali ya, yang usia segini mudah tergoda karena masih perjaka. Nggak mungkin kali aku nggak nyerempet bahaya. Asal nggak bikin hamil anak orang ya kulakukan. Dia nggak tahu aku pernah main sama yang lebih seksi dan jauh lebih cantik dibandingkan dirinya.
Lagian, aku masih dendam, gara-gara keberadaan Tante Mira di keluargaku, ibuku dijauhkan dariku.
Mungkin satu-satunya yang membuatku kalah dari bapakku adalah, aku belum mapan. Masih ngemis sama bapakku. Jadi jelas Tante Mira ingin jadi Ratu, mendapatkan kepuasan ranjang melaluiku, sekaligus menikmati kemewahan lewat tabungan bapakku.
Enak saja, tidak akan kukabulkan lah. Kalau perlu dia yang mohon-mohon padaku.
Dan hari yang kutunggu-tunggu pun datang, Tante Mira mulai tidak tahan terhadap penolakanku.
Saat teman-teman motor gedeku datang ke rumah, rencananya kami akan memperbaiki beberapa sparepart yang aus di garasi rumahku. Mumpung bapakku lagi dinas. Yah entahlah dinas beneran atau menemui istri keberapanya sekaligus kerja.
Dia datang ke garasi kami, menyuguhkan minum, mengenakan pakaian dinas malamnya yang menerawang. Dengan ukuran dada yang sudah dimodifikasi dokter bedah estetika.
Teman-temanku bengong, aku hanya melihat sekilas, lalu kembali fokus me-las rangka motor.
Dia terlihat bergerak mendekatiku, aku mengenakan googleku dan ku las besi di depanku. Otomatis percikan kembang apinya kemana-mana, hampir mengenainya. Dia hanya cemberut, lalu mendekatiku. Aku kembali membakar besi panas.
Terus saja begitu sampai dia pergi sendiri.
Aksi berikutnya saat aku akhirnya keluar kamar karena bosan main game. Lagian lapar juga, rencananya mau melihat ada makanan apa di konter dapur. Biasanya hari Rabu ART-ku memasak sop buntut.
Tapi saat itu sudah pukul 1 malam, jadi sepertinya makanan sudah masuk kulkas. ARTku biasa begitu karena bahan makanan di rumahku berlimpah ruah dengan menu spesifik yang terdiri dari beberapa macam variasi, masakan sering tak termakan karena yang tinggal disana hanya aku, Tante Mira lebih suka makan di restoran, Bapakku jarang sekali di rumah, akhirnya masuk kulkas untuk dipanaskan besok hari dan dibagi-bagikan ke keluarga mereka.
Beruntung, masih ada sop buntut di kulkas, jadi kupanaskan sebentar di kompor sambil kucoba-coba menyeduh kopi secara proper berdasarkan tips dari medsos. Walaupun alat memproses perkopian di rumahku lengkap, tetap saja aku kesulitan mendapatkan bubuk kopi yang enak.
Ku coba-coba memadukan beberapa jenis rempah, rasanya tetap saja kurang pas di lidahku.
Saat aku sedang fokus dengan bubuk kopi dan beberapa rempah, kurasakan sebuah tangan melingkar di pinggangku.
Aku diam.
Merinding.
Dan baru ingat, busanaku saat itu hanya sehelai boxer tanpa kain apa pun lagi karena baru saja selesai main game. Lagian ini kan rumahku, masa aku keluar kamar pakai batik sutra dan celana bahan di tengah malam?
Aku hanya bisa diam karena dari wangi parfumnya, aku sangat tahu ini Tante Mira, yang memeluk pinggangku dan menekan dadanya ke punggungku.
Kurasakan bibirnya yang tebal itu menciumi tulang belakangku, sambil tangannya mulai turun ke area bawah perutku.
Beruntungnya aku, ponselku ada di depan tanganku, di atas konter dapur.
Kutegakkan, kutekan tombol recording, kusembunyikan di balik mesin penggiling biji kopi,
Rencananya akan kusimpan di cloud karena aku sangat yakin pasti suatu saat akan berguna, kugabungkan di satu file bersama dengan tangkapan kamera ‘kolega-kolega’ bapak yang bertamu ke rumah. Walau pun hapeku raib, dokumen itu akan tetap bisa terbuka lewat aplikasi lain, di negara mana pun, yang penting tahu passwordnya.
Masih sabar-sabar, mengingat dia istri bapakku, kuraih tangannya dan kubuang ke samping. Lalu aku menggeser tubuhku menjauhinya. Aku meliriknya dan bersikap tak acuh, sambil mematikan kompor elektrik di bawah panci berisi sop buntut.
“Kamu tahu kan kalau bapak kamu tidak benar-benar sayang sama kamu?” begitu kata Tante Mira.
kau kan liat Hana Sasaki pas ada luka g0r0k di lehernya... himawari keadaan baik baik saja...
jelas beda lah Jakson
mksih sdh rajin update teruuusss...
terima kasih up nya Thor séhat selalu 🙏🏻🙏🏻🥰
yg tadinya mood bacanya berterbangan entah kmn ....eeehh tetiba semangat lagi
nuhun madaaaam