Jelly Putri Wijaya sadar, menikahi seseorang yang tidak dicintai hanya akan membawa masalah. Itulah alasan mengapa ia harus menghentikan rencana pernikahannya dengan Benjamin Huang. Mungkin lebih tepatnya melarikan diri dari pernikahan itu.
Pelarian Jelly ke Hongkong mempertemukan gadis itu dengan Oscar Liu, musisi muda yang sedang naik daun dan digilai fans. Sosok Jelly yang kikuk dan misterius, membuat Oscar tertarik menjadikan gadis itu tameng dari serbuan gosip media.
Perasaan Oscar yang semakin kuat dan kenyataan bahwa Jelly bukanlah gadis sembarangan, membuat Oscar jadi mempertanyakan niatnya. Jelly pun sadar bahwa ia tidak bisa selamanya melarikan diri. Ketika masa lalu dan masa depan bertarung di depannya, akankah Jelly kembali lari dan menjauh dari kebahagiaan?
Bagaimana kisahnya? yuk ikuti di novel baruku.. 🙏
Jika suka, like, komen positif, sub, rate 5 and share ya.. Terimaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Aku heran. Bagaimana mungkin ibumu memaksamu menikah dengan laki-laki sadis seperti... siapa nama laki-laki itu tadi?"
"Ben."
"Ya, Ben. siapapun itu. " Oscar bersandar di kursi biru kafe kecil, sambil mengibaskan tangannya yang saat ini memegang sebotol arak."Ibumu tidak berhak loh untuk menentukan pasanganmu. Aku tidak tahu atau heran saja dengan kultur keluargamu, tapi memaksa kamu menikah tanpa cinta yang jelas ya salah."
Jelly mengawasi gerak- gerik laki-laki yang duduk di meja seberangnya itu dengan tajam. Mereka duduk di meja berlainan, untuk menjaga jarak satu sama lain.
"Yang kau bicarakan itu ibuku, " desis Jelly sinis.
"Aku tahu. Itu masalahnya."
Jelly menggeleng tanpa berkomentar. Sungguh, ia menyesal sekaligus merasa bodoh bisa kelepasan seperti tadi. Jangankan pada Oscar Liu, pada Zoya Amanda saja Jelly tak pernah terpikir untuk dirinya itu menceritakan perlakuan Ben yang sebenarnya pada dirinya. Ini semua karena Oscar. Kalau laki-laki itu tidak terus menerus mengajukan pertanyaan, Jelly tidak akan menyerah semudah itu.
"Saranku, kau harus segera menemui ibumu."
Jelly melirik laki-laki itu lagi sebelum meneguk teh hijau miliknya."Aku juga heran kau bisa begitu tertarik dalam masalahku." Ia menekankan kalimat terakhir yang diucapkannya.
"Hei, sebagai teman yang baik aku merasa perlu untuk mengkhawatirkan dirimu."
"Kau? Mengkhawatirkan aku?"
"Apa itu salah?"
"Kita baru berkenalan selama dua hari. Sebagai ya kau bilang teman? Yang benar saja."
"Hubungan kita cukup menyenangkan dan luar biasa mengesankan." kata Oscar polos.
"Apa? " Jelly tersenyum pahit.
Oscar Liu menyendok bubur cakwe dan telur ceplok sambil terus berbicara."Kau tahu? Aku mengenal seseorang yang bernasib sama denganmu."
"Bernasib sama denganku?" Jelly menurunkan gelas beningnya ke meja."Caramu mengatakan hal itu benar-benar mengintimidasi aku."
"Namanya Sarah Wang, kau mungkin tidak mengenal gadis itu." Oscar tidak menghiraukan sahutan Jelly." Dia memacari bahkan berniat untuk tinggal bersama selamanya dengan laki-laki abusif sampai memiliki anak darinya. Tapi setahun setelah ulang tahun yang pertama anak pertamanya, Sarah bunuh diri karena depresi."
"Apa yang... " Jelly membuka mulut dan menyentuh leher. "Bisakah kau lebih manusiawi saat dirimu ini menceritakan hal semacam itu?Kau membicarakan wanita yang sudah meninggal." gerutunya.
"Dan kejadian itu menciptakan trauma pada ibunya."
"Oh, diamlah, " sahut Jelly sebal. Ini kedua kalinya laki-laki itu tidak menghiraukan dirinya."Kau pasti mengarang semua ini untuk menakut-nakuti aku kan? Tidak akan bisa."
"Aku tidak berbohong. Sarah Wang sepupuku."
Jelly langsung terdiam. Meski Oscar Liu saat ini telah mengucapkannya tanpa emosi, entah kenapa kalimat itu terasa menusuk dan membuat Jelly Putri Wijaya merasa bersalah. Mungkin sepele bagi Oscar Liu, tapi setidaknya, itulah yang dirasakan Jelly saat ini.
"Maaf, aku tidak tahu kalau... "
"Sekarang kau tahu."
Jelly melirik laki-laki itu sekilas, lalu menunduk dan ia memarahi dirinya sendiri. "Kenapa aku, Oscar?" tanya Jelly tiba-tiba. Sejak kemarin Jelly Putri Wijaya saat ini memang ingin menanyakan hal itu kepada Oscar Liu."Kenapa dari sekian banyak gadis cantik yang aku lihat berseliweran di sini, kau ini memilih untuk bisa berteman dengan.... "
"Karena kau berbeda," sela Oscar.
"Berbeda?" Jelly berdeham, berusaha untuk dirinya ini bisa mengendalikan emosinya.
"Kenapa?"
Jelly menggeleng. Ia tidak ingin langsung berpikir macam- macam, tapi ia sendiri sulit untuk dirinya itu bisa menghilangkan perasaan asing yang meremas- remas jantungnya saat ini.
"Ternyata kau pintar melukis juga," Oscar Liu mulai menyahut beberapa saat kemudian."Dulu waktu kau bilang kau seorang desain, aku sempat ya sedikit meragukannya. Tapi saat melihat lukisanmu di ruang tamu Zoya tadi... Wow. Itu... sangat... "
Jelly menanti kalimat laki-laki itu dalam tatapan mata yang menilai
"Aku ingin kau melukis sesuatu untukku," sahut Oscar Liu akhirnya.
"Apa kau mengujiku?"
"Ya."
"Sekarang?" Mata Jelly Putri Wijaya melebar ketika laki-laki itu mengangguk."Baiklah, mari kita lihat, " sahutnya, kemudian meneguk teh hijaunya sampai habis. Tanpa pikir panjang Jelly mencelupkan jari telunjuk di sisa- sisa teh hijaunya pada gelas bening itu.
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Oscar Liu pada Jelly yang melihat- lihat situasi kafe.
Beruntung posisi mereka di sudut etalase. Seluruh pengunjung yang lain asyik bercengkrama di meja masing-masing dan pegawai tempat itu terlihat luar biasa sibuk. Tidak akan ada yang melihat. Bagus. Lalu Jelly pun mulai mengolesi bekas teh hijau tadi di etalase sebelah mejanya.
****
"Hei, apa yang kau lakukan?" Oscar Liu tercengang di kursinya sambil menegakkan punggungnya ketika ia melihat Jelly mengolesi kaca etalase dengan sisa teh hijau dan kopi di seberangnya. Ia segera memeriksa keadaan kafe sebentar, lalu kembali mengintip gadis itu. "Jelly, " bisiknya waspada. Yang dipanggil tidak menyahut, malah semakin asyik dengan kegiatannya.
"Kau harus melihatnya dari bawah," kata Jelly Putri Wijaya beberapa saat kemudian.
"Apa? Apa yang harus... "
"Cepat, sebelum ada yang melihat," potong Jelly Putri Wijaya.
Oscar Liu akhirnya menurut meski tampak bingung. Ia menunduk dan mencoba untuk melihat hasil dari coretan Jelly di etalase dari arah bawah. Lalu kedua matanya melebar...
"Apakah mirip dengan milikmu?"
Oscar Liu tidak menjawab.Laki-laki itu sudah kembali pada posisinya ketika ia bertanya pada Jelly." Jelly, bagaimana caramu.. " Mendadak Oscar Liu tercekat. Sesaat jantungnya seolah-olah berhenti berdegup. Namun saat Jelly menoleh, jantungnya telah kembali berdebar, dua kali lebih cepat.
"Caraku apa? " Jelly membersihkan jemarinya dengan menggunakan tisu."Melakukan teknik imajinasi? Aku hanya membuat ilusi pada elemen yang berhasil kau tangkap."
Oscar Liu masih terpaku menatap etalase. Jelly Putri Wijaya menggunakan sisa minuman teh susu milik Oscar Liu untuk melukis siluet yang berbeda milik Oscar Liu. Dan bubuk- bubuk gula mengilap itu pun sengaja ditempelkan di tengah-tengah sebagai satu hiasan pelat nikelnya yang keperakan.
"Aku harus membersihkannya sekarang."Jelly Putri Wijaya menghapus hasil coretannya memakai kain serbet. Ia menggosok- gosok kaca agak keras karena teh hijau mulai mengering dan lengket. Ia tersenyum melihat Oscar Liu mengamati tingkahnya." Kenapa? Lain kali aku akan membawa sketsa milikku, dan ya siapa tahu kau merasa risih dan jijik."
"Tidak, aku akan merasa risih dan jijik. Aku hanya... " Sekali lagi Oscar Liu terdiam. Aneh sekali berapa hal sederhana seperti itu bisa membuatnya tersanjung. Hanya sisa minuman tadi, tapi...
"Aku tahu mungkin trik ini bisa dilakukan anak SD.. "
"Seharusnya kau membiarkanku memotretnya dulu," sela Oscar Liu dengan suara dalam. Jelly menyipit heran ke arahnya. "Itu hal paling istimewa yang belum pernah ada dilakukan seorang gadis secara terbuka untukku."
"Kau tidak masuk akal." Jelly tertawa. "Aku pun tidak akan melakukannya untukmu, tapi supaya kau bisa percaya bahwa Aku memang bisa melukis, dimana saja dan kapan saja."
Bersambung!!