Gibran harus merelakan kisah cintanya dengan Shofiyah yang telah dia bina selama 8 tahun kandas karena orangtua Shofiyah tak menerima lamarannya dan membuatnya harus menyaksikan pernikahan kekasih yang begitu dicintainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran
Akhirnya masa perkuliahan dimulai dan mereka mulai sibuk dengan semua aktivitas mereka masing-masing tidak terkecuali Shofiyah dan juga Gaby. Menjadi mahasiswi kedokteran membuatnya sangat sibuk sehingga dirinya seakan tak punya waktu untuk bertemu dengan kakak iparnya itu. Begitupun dengan Shofiyah dengan kegiatannya.
Hubungan Shofiyah dan Gibran mulai dibumbui pertengkaran karena LDR yang menyiksa itu. Tepatnya Gibran mulai merasa jika Shofiyah tidak ada waktu dengannya karena jarang membalas pesan darinya.
Drt.. Drt.. Suara deringan telpon mengganggu konsentrasi Shofiyah mengerjakan tugasnya. Dia segera memasang Headset agar tidak mengganggu aktivitasnya mengerjakan tugasnya di leptop.
"Assalamualaikum dek". Ucap Gibran begitu Shofiyah mengangkat telponnya.
" Walaikumsalam kak". Jawabnya singkat karena dia tengah fokus mengerjakan tugasnya.
"Kamu sedang apa??, kelihatannya sangat sibuk?? Tanya Gibran dengan penasaran.
" Aku sedang mengerjakan tugas kuliah kak, sambil mengangkat telpon kakak tapi menggunakan headset.
"Bagaimana kabar kamu dek??, kelihatannya seminggu ini kamu hanya membalas pesan kakak seadanya, kamu sedang ada masalah atau marah sama kakak?? Tanyanya lagi.
" Maaf yah kak, aku sangat sibuk, biasa sampai dirumah sudah cape banget malah langsung tidur ". Shofiyah mengucapkannya dengan perasaan bersalah karena mengabaikan telpon dan pesan dari Gibran.
" Jangan seperti itu dek, ini sudah satu minggu dan bukan hanya itu bahkan beberapa bulan terakhir kamu juga bersikap seperti ini". Gibran berucap dengan nada mulai menaik.
"Apa sih kak, aku kan sudah mengatakan kegiatanku sehari-hari bahkan aku sudah memberikan jadwalku kepada kakak, dan kakak lihat sendiri bagaimana banyak nya aktivitas aku, bahkan setiap pekan ku buatkan catatannya". Ucap Shofiyah dengan jengkel.
Beberapa bulan terakhir ini Gibran berubah menjadi posesif dan mulai menyuruh dirinya mengatur ulang jadwalnya. Apalagi jika dirinya akan pulang kesini sebulan sekali.
"Tapi kamu seolah mengabaikan aku Shofiyah". Tekannya memanggil Shofiyah namanya tidak dengan panggilan sayang yang biasa dia lakukan.
" Kakak ini sebenarnya kenapa sih??, aku ini sudah berusaha mengerti keadaan, kakak menginginkan aku mengatur jadwalku seminggu sekali aku turuti, kakak mau kesini aku mengosongkan jadwalku sekalipun harus bolos kuliah aku juga turuti. Mau kakak sebenarnya itu apa?? Jangan keterlaluan deh kak, aku juga capek lama-lama!! ". Ucap Shofiyah dengan berang.
" Kenapa kamu bicara seperti itu Shofiyah??, kita ini sudah bersama-sama dari sejak kita masih sekolah kenapa sekarang sikapmu berubah seperti ini?? Aku merasa tidak mengenalmu?? ". Gibran berucap dengan sendu.
Shofiyah menghela nafas berat, dia sungguh berat menjalani hal seperti ini apalagi dia merasa mulai terkekang dengan sikap posesif Gibran kepadanya akhir-akhir ini.
" Kakak lah yang tidak sadar jika kakak yang berubah menjadi tukang ngatur, posesif dan suka memaksa. Aku yang harusnya bertanya kenapa kakak tiba-tiba berubah seperti ini??. Kakak tidak pernah melakukan ini sebelumnya dan kita baik-baik saja, tapi makin kesini kakak semakin keterlaluan. Aku ini terkekang dengan semua aturan kakak buat!! ". Shofiyah jengah dengan semua yang diatur Gibran untuknya.
" Aku melakukannya untuk hubungan kita kedepannya Shofi, aku hanya berusaha menjaga kamu dan hubungan kita". Gibran berucap dengan lemah,
Dia tahu apa yang dia lakukan akan membuat kekasihnya itu tidak nyaman tapi dia seakan tidak perduli dan tetap memaksakan kehendaknya.
"Itu artinya kakaklah yang bermasalah, karena tindakan kakak ini seolah mengatakan kalau kakak tidak percaya padaku!! ". Ucap Shofiyah meninggi.
Dia sangat marah karena Gibran sangat egois dan memaksakan kehendaknya.
" Jangan bicara seperti itu dek". Gibran menurunkan nada bicaranya karena mendengar Kekasihnya tengah tersulut emosi karena dirinya.
"Kakak merusak mood belajarku saja, aku tutup assalamualaikum". Ucap Shofiyah menutup telponnya sepihak mengabaikan permintaan Gibran yang memintanya untuk tidak mematikan telpon.
Dia sangat kesal karena moodnya yang tadinya bagus mengerjakan tugas, kini berantakan karena Gibran yang egois.
"Dek, maafkan kakak, kakak tidak bermaksud membuatmu marah". Isi pesan dari Gibran yang masuk padanya.
" Berhentilah chat dulu, aku sedang tidak mood untuk bertengkar tugasku sangat banyak dan harus diselesaikan, berbicara dengan kakak merusak moodku belajar saja!! ". Balas ku dengan nada jengkel.
" Tapi dek??
Aku tidak membalas pesan yang dikirimkan kak Gibran agar dia tahu, aku memang tengah tidak mau diganggu. Aku melanjutkan tugasku untuk menyelesaikannya lebih cepat agar aku bisa beristirahat.
Setelah aku selesai, aku melakukan rutinitas bersih-bersih sebelum tidur dan langsung merebahkan tubuhku dan akhirnya tertidur pules menghiraukan chat dan telpon dari kaka Gibran.
"Kamu masih marah sama kakak?? Isi pesan kak Gibran yang dia baca saat pagi hari tengah sarapan.
Kini Shofiyah memiliki banyak masalah dirumahnya karena tantenya itu datang tinggal bersamanya dan neneknya setelah sang kakek meninggal.
" Jangan selalu pulang malam Shofiyah, kamu itu harus bersih-bersih rumah, memang kamu pikir ini penginapan pergi dan pulang seenaknya". Ujar sang tante
Tante Shofiyah yang satu ini memang sangat berbeda dengan tantenya yang bungsu yang snagat menyayangi semua keponakannya. Dia berubah menjadi sombong setelah dia merasa semua anaknya berhasil karena anaknya yang lelaki menjadi seorang tentara, anak perempuannya bekerja dan dengan gaji bagus Begitupun dengan anak perempuan lainnya.
"Maaf tante, bukannya tante tinggal disini memang untuk menemani nenek yah??, aku sudah menyelesaikan tugasku, memasak, cuci piring, kasih makan nenek, bahkan membersihkan rumah, dan cuci pakaian. Ku dan nenek terus apa yang jadi permasalahan lagi?? Tanya berusaha untuk tetap sopan.
"Mana ada orang kuliah pulang jam 10 malam Shofiyah!! ". Hardiknya dia merasa jika keponakannya mulai kurang ajar.
" Shofiyah minta maaf pada tante jika Shofiyah salah, tapi dari aku SMA memang aku sering pulang jam segini, kenapa??, karena aku bekerja mencari uang karena uang nenek tidak akan cukup membayar semua kebutuhan rumah ini, tante kanapa tidak membantu malah menggunakan semua fasilitas yang ada tanpa membantu membayar.
"Jangan kurang ajar kamu, itulah sebabnya jika anak tidak punya ibu sejak kecil jadi tidak ada yang mendidik dan kurang ajar". Sungutnya dengan emosi.
" Jangan keterlaluan berbicara tante, ibuku itu adalah adik tante dan nenek itu adalah ibu tante sendiri. Jika tante mengatakan aku tidak terdidik itu artinya tante menghina ibu dan nenekku!! ". Ucapku dengan penuh emosi.
" Pergi kamu dari sini, kamu itu dan adik-adik mu itu benalu disini. Saya masih bisa mengurus orangtuaku sendiri tanpa bantuanmu!! ".
" Hahahaha". Tawaku pecah seketika mendengar penuturan tante ku itu.
"Benarkah tante??, tapi sejak saya tinggal disini sampai usia saya 20 tahun, saya bahkan tidak pernah melihat tante mengurus nenek. Selama tante disini semua pekerjaan rumah saya yang lakukan. Sedangkan masalah nenek, saya sudah mengurusnya sebelum saya pergi tante hanya menemaninya.
"Aku dan adikku yang mengurus kakek ketika dia sakit dan bahkan tidak bisa bergerak dari tempat tidur. Aku dan adikku yang menggendong beliau untuk dimandikan dan dibersihkan, aku dan adikku juga yang memberikan makan dan menyuapi kakek dan itu juga kulakukan sama nenek dan masalah uang, gaji pensiun nenek itu tidak seberapa, tanya beliau bagaimana aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah sambil mengurus orangtua tante itu". Ucapku dengan sarkas
"Dasar kurang ajar. Plak". Tante Santi menampar Shofiyah dengan keras.
Dia tidak terima perkataan keponakannya itu, dia merasa keponakannya menginjak harga dirinya.