Judul Novel SEKAR
Sekar sangat penasaran, siapakah orang tua kandungnya, kenapa dia dibesarkan oleh keluarga Wawan. Dikeluarga Wawan Sekar sudah terbiasa menerima cacian, makian bahkan pukulan, segala hinaan dan KDRT sudah menjadi makanannya setiap hari, namun Sekar tetap bertahan, dia ingin tahu siapa orang tua kandungnya, kenapa dia dibuang
Sekar dijemput Cyndi untuk diajak bekerja di Jakarta, dia curiga bahwa kedua orang tua angkatnya menjualnya untuk dijadikan wanita panggilan. Sekar tidak berdaya menolaknya, disamping dia berhutang budi kepada keluarga Wawan dia juga diancam. Tapi Sekar agak merasa tenang, semalam dia bermimpi bertemu Kakek Buyutnya yang bernama Arya, Kakek Arya memberi sebuah Cincin dan Kalung ajaib, benda-benda tersebutlah yang akan membantu Sekar dikemudian hari
Bagaimana kisah Sekar selanjutnya, nasib apakah yang akan menimpanya, Adakah orang yang akan menolong Sekar keluar dari sindikat penculiknya. ikuti kisah Sekar yang mengharukan dan menegangkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nek Antin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXXII Penyerangan Anggotanya Miko
Burhan menerima telepon dari anak buahnya yang mengawasi salah satu markas Alek yang menjadi tempat di mana Intan di sekap, dia bernama Krisna.
“Bang, Intan dibawa ke markas C, pimpinan Miko.”
“Ada siapa saja disitu?, apa Alek atau Cyndi ada di situ?”
“Sepertinya tidak ada Bang, markas tampak sepi.”
“Sebentar Bang, itu ada dua orang anak buahnya Miko keluar dari markas, mereka jalan kaki, mungkin mau cari makan.”
“Di depan komplek ada rumah makan, saya tutup teleponnya dulu bang, mau saya ikuti mereka.”
“Hati-hati Kris, nyalakan CCTV mu,Saya akan pantau dari sini, hp tetap nyala,tetap waspada jangan sampai lengah.”
“Siap Bang, Sigit dan anak buahnya tidak jauh dari lokasi Saya, mereka memantau pergerakan Saya Bang.”
“Ok kalau begitu, selamat bekerja.”
Telepon ditutup, Krisna segera mengikuti dua orang anak buah Miko, dia pura-pura mau makan malam juga.”
Krisna menyamar sebagai seorang laki-laki setengah baya, semua anggota Harimau Putih diajarkan make up, untuk menyamar sebagai siapa saja, bisa sebagai laki-lai muda, tua, bisa sebagai wanita tua, atau setengah tua.
Untuk suara, mereka dibekali alat canggih, yang bisa merubah-rubah suara sesuai dengan kebutuhan.
Jika anggota Harimau Putih menyamar sebagai wanita, dicari yang badannya agak semampai, tapi mereka laki-laki tulen, Harimau Putih tidak menerima jika anggotanya banci.
Semua anggota Harimau Putih dan Teratai Putih dibekali berbagai jenis alat canggih, baik untuk perorangan maupun per kelompok, ada juga alat canggih untuk pasukan.
Kedua anak buah Miko sudah duduk di rumah makan, dan mereka memesan makanan dan minuman, kemudian Krisna duduk di sebelah mereka dengan badan menghadap keduanya.
“Ton, jadi kah besuk kita antar para bidadari-bidadari itu ke hotel dekat pelabuhan?”
“Kata bos Miko jadi, kapal akan merapat malam ini.”
“Sebenarnya Saya pengin juga mencicipi salah satu cewek-cewek itu, tapi kata bos tidak boleh, karena mereka masih perawan semua.”
“Iya, para ABK itu memang memesan anak-anak perawan, mereka mau membeli dengan harga mahal.”
“Kasihan juga ya anak-anak itu, juga orang tuanya, mereka pasti panik mencari keberadaan anak-anaknya.”
“Pasti itu, tapi ya sudah jadi nasib mereka.”
“Sebenarnya besuk Saya janji mau bertemu dengan Cicil, sudah lama tidak bertemu, tapi ada tugas, batal deh.”
“Ketemunya siang atau malam kan bisa, kenapa harus batal?”
“Iya juga ya, besuk kan kita nganter cewek-cewek jam tujuh pagi, sampai sana paling lama setengah sembilan, itu kalau macet, kalau lancar jam delapan juga sudah sampai.”
“Ketemu makan siang kan masih sempat.”
“Boleh deh, besuk setelah selesai tugas, Saya dari sana langsung ijin ya.”
“Lihat keadaan dulu, kalau aman, silahkan.”
“Terima kasih Bud, kamu memang temanku yang paling bisa diandalkan.”
“Ya sudah ayo makan, pesanan sudah datang.”
Sementara Krisna makan sambil agak menundukkan mukanya, seperti orang yang serius sedang menikmati makanan yang dipesannya.
Selesai makan ketiganya meninggalkan rumah makan, dan kembali ke tempat mereka masing-masing.
Krisna langsung menghubungi Burhan.
“Menunggu perintah Bang.”
Burhan sudah tahu apa yang dibicarakan anggota Miko, dia melihat dari CCTV yang dipasang di kancing baju Krisna.
“Kalian tetap tunggu disitu, telepon Sigit untuk bergabung denganmu.”
“Saya akan menambah anggota untuk membantu tugas kalian, filling Saya, bukan besuk pagi mereka bergerak, tapi malam ini, jadi kalian tetap siap, jangan sampai terkecoh.”
“Tadi mereka menyadari kalau Kamu mengikutinya, mereka memang sengaja mengecoh Kamu atas perintah Miko.”
“Pintar juga mereka, tapi masih lebih cerdas Abang.”
“Ya sudah, Saya akan menyiapkan tambahan anggota, tetap hati-hati.”
“Siap Bang.”
Selesai menelepon Burhan, Krisna menelepon Sigit untuk bergabung dengannya di tempat Krisna memantau kegiatan Miko dan anak buahnya.
“Hallo Sigit, perintah bang Burhan, kalian segera bergabung ke sini.”
“Ok.”
Setelah Sigit sampai di tempat Krisna, Krisna menceritakan apa yang tadi dibicarakan dengan Burhan.
“Menurut filling bang Burhan, Miko akan melakukan pergerakan malam ini, mereka sengaja mengecoh kita, mungkin mereka lebih hati-hati dengan tertangkapnya Ridwan.”
“Bisa jadi Bang, perintah bang Burhan kita harus melakukan apa?”
“Hanya disuruh siap-siap dan tetap waspada, bang Burhan akan menambah kekuatan kita, sepertinya Miko atas perintah Alek akan memperkuat pengawalan buat para perempuan yang menjadi sanderanya.”
“Kalau begitu, ayo kita pantau kembali jangan sampai kita lengah.”
Di markas tempat Burhan, Burhan menyuruh anak buahnya menyiapkan lima puluh orang untuk kelompok pertama, tugas mereka membantu Krisna dan Sigit, kelompok dua lima puluh orang juga untuk cadangan jika tugas Krisna,Sigit beserta anggotanya dan kelompok pertama menemukan ku kesulitan.
Pukul sepuluh malam, semua anggota Harimau Putih sudah siap di posnya masing-masing, mereka dengan waspada selalu menunggu perintah untuk melakukan pergerakan.
Perintah Burhan, mereka disergap setelah keluar dari markas, ditempat yang agak sepi dan jarang kendaraan lewat, agar tidak ada korban masyarakat sekitar jika terjadi tembak menembak antara sindikat Kalajengking Hitam dan Harimau Putih.
Jam satu malam, pintu gerbang markas Miko dibuka, keluarlah mobil minibus yang disertai dua buah truk ukuran sedang, mereka melaju dengan kecepatan sedang.
“Bang Krisna, mereka sudah bergerak.”
“Ok, perintahkan pada anggota mu untuk siap-siap bergerak, Saya akan telepon Rudi dan Dani untuk siap-siap juga.”
“Rudi, persiapkan dirimu, Miko sudah mulai bergerak, sasaran kita mobil minibus dan dua truk.”
“Ok Bang, makasi.”
“Dani, posisimu sudah ada di tempat kah?”
“Sudah Bang, apa sudah ada pergerakan?, kami sudah siap menunggu.”
“Mereka sudah bergerak, kekuatan sekitar lima puluh orang, mereka menggunakan dua truk, tetap di tempat, kalau Rudi dan anggotanya sudah berhasil dibekuk olehnya, tugas kalian hanya mengawasi jika ada hal diluar prediksi kita.”
“Siap Bang, laksanakan, Abang dan yang lainnya hati-hati.”
“Ya, terima kasih.”
Selanjutnya mereka dengan diam-diam mengikuti sampai tempat yang sudah menjadi rencana untuk melakukan penyergapan.
Kegiatan penyergapan ini juga sudah dilaporkan ke polisi, Harimau Putih melakukan penyergapan ini juga atas kerja sama dengan polisi, para anggota polisi bergabung dengan anggota Harimau Putih pimpinan Rudi yang berjumlah tiga puluh orang.
Ketika Krisna, Sigit dan anggotanya yang berjumlah dua puluh lima orang sedang konsentrasi mengikuti rombongan Miko, terdengar suara tembakan dari belakangnya.
Hingga terjadilah tembak menembak antara anggotanya Sigit dan Kresna, dengan anggota kelabang Hitam.
“Ternyata persiapan mereka lebih matang dari perkiraan kita ya Bang?, ayo kita habisi mereka.”
"Betul, mereka benar-benar waspada."
Sementara minibus dan kedua truk menambah kecepatan meninggalkan mereka yang sedang perang.
Tak lama kemudian pasukan Rudi dan polisi bergabung meramaikan acara tembak menembak.
Anggota Kalajengking hitam kaget, mereka tidak menyangka kalau ada anggota Harimau Putih lainnya, dan juga polisi, mereka tampak kalang kabut, mereka juga kalah jumlah, sehingga perlawanannya kurang maksimal.
Mereka menganggap persiapannya benar-benar sudah matang dan dapat memperdaya anggota Harimau Putih maupun polisi, tapi ternyata mereka tetap kalah taktik.