Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Namira masih sibuk melayani para pembeli yang berdatangan sampai-sampai tidak mendengar suara tangisan dari anaknya yang berada di dalam kamar sana, hingga salah satu seorang pembeli yang samar-samar mendengar suara tangisan bayi tersebut.
"Mbak, sepertinya anaknya nangis deh," ucap salah satu pembeli.
"Apa benar Dek," sahut Namira, segera.
"Iya Kak, benar."
Namira segera berlari, dan benar suara tangisan dari anaknya begitu nyaring memenuhi ruangan kamarnya, matanya begitu melotot melihat tetesan susu yang memenuhi wajah anaknya,hatinya terasa di cubit karena tidak bisa menjaga sepenuhnya.
Kedua tangannya langsung terulur menimang-nimang makhluk kecil itu, sejenak tangisan terhenti karena botol susu tersebut sekarang sudah menempel kembali di mulutnya, sehingga bayi itu bisa menyedotnya dengan rakus.
"Maafkan mama ya Sayang, kita berjuang bersama ya," ajak Namira sambil meletakkan bayinya diatas stroller bayi, lalu membawanya ke depan.
Baby Nasa mulai terlelap kembali diatas stroller nya, lihat saja bayi itu begitu anteng sambil menunggu ibunya yang sedang sibuk memanggang sosis dan juga pizza, tangan gesit itu seakan tidak ada lelahnya, sambil bekerja sambil fokus memantau sang buah hati, rasanya perjuangannya begitu lelah, tapi inilah kenyataan hidup yang harus dia hadapi dan perjuangkan.
'Sayang, terima kasih ya, sudah mengerti dengan keadaan mama,' ungkapan hati Namira, sambil terus melayani pembeli yang berdatangan.
Malam pun semakin larut, Alhamdulillah dagangan Namira di serbu para pembeli, rasa capeknya serasa hilang begitu saja, karena melihat semua tumpukan roti dan juga sosis ludes di serbu para pembeli.
"Alhamdulillah Ya Allah, engkau sudah memberikan jalan rejeki yang gampang untuk kedua anakku, kuatkan lah pundakku ini karena ada dua orang anak yang masa depannya harus terpenuhi," gumam Namira sambil membereskan semua peralatan dagangannya.
Saat ini Namira mulai membawa kembali bayinya masuk kedalam rumah, ketika dirinya berada di dalam kamar, Namira begitu iba melihat wajah lelah Sean yang sedang terlelap, perempuan itu bahkan memegang tangan anak itu seraya meminta maaf.
"Sayang, maafkan Tante ya, yang sudah melibatkan Sean untuk menjaga adik Nasa, seharusnya di umurmu yang seperti ini tugasmu hanya bermain Nak, tapi keadaan yang memaksamu harus seperti ini, terima kasih anak baik, kau selalu membantu Tante di saat masa-masa sulit seperti ini," ucap Namira sambil mencium punggung tangan anak itu.
*******
Hari demi hari waktu demi waktu tidak terasa berjalan begitu saja, bayi yang dulu setiap malam selalu menangis dan mengganggu kegiatan ibunya yang sedang berjualan sekarang sudah mulai besar, berlari ke sana kemari dengan riangnya, ya dia adalah Nasa, tidak terasa gadis kecil itu berusia 5 tahun saja, waktu begitu cepat membawa mereka sampai 5 tahun ini berada di kota Pahlawan.
Sedangkan Sean, anak itu tumbuh menjadi seorang kakak laki-laki yang begitu bijak dan selalu menjaga Nasa, bahkan di usianya yang menginjak 10 tahun anak itu sudah bisa menjaga adiknya dengan baik, itu semua karena didikan Namira dan kebiasaan baik yang selalu Namira ajarkan terhadap anak tersebut.
"Mama, Sean pamit dulu ya, mau main ke pantai," pamit anak itu yang sekarang sudah merubah panggilannya dari Tante ke Mama, pada Namira.
"Baik, Sayang. Hati-hati ya kalian berdua, ingat tidak boleh bermain lewat pukul 12 siang ya," sahut Namira memperingati anak-anaknya.
"Ok, Mama," ucap keduanya.
Namira pun memberi ijin, anak-anak untuk bermain ke pantai karena memang saat ini dirinya tengah sibuk menyiapkan jualannya, Alhamdulillah hidup Namira di Surabaya ini, begitu tercukupi, meskipun tidak berlebihan setidaknya dia tidak pernah membuat perut kedua anaknya kelaparan, itu semua berkat usahanya berjualan dari Lima tahun yang lalu.
"Ya Allah terima kasih atas semua yang sudah kau beri kepadaku, ini semua sungguh hal yang begitu luar biasa, aku yang tadinya menjadi bahan olokan karena mempunyai anak di luar pernikahan, perlahan omongan itu hilang sendiri, meskipun saudaraku sampai sekarang masih ada yang memusuhi ku, tapi tak apalah yang penting aku tidak pernah meminta apapun ke meraka," ucap Namira yang selalu merasa bersyukur dengan apa yang sudah di lewati selama lima tahun ini.
Di pesisir pantai kedua anak itu begitu riang, Nasa yang sedang bermain bersama kakaknya, tiba-tiba saja, anak itu melihat mainan yang di gantung di toko pinggir pantai, anak itu begitu mengamati mainan tersebut, tapi tidak berani meminta kepada mamanya karena merasa kasihan, sehingga bocah tersebut mengungkapkan keinginan hatinya melalui kakaknya.
"Kakak, aku ingin sekali mainan itu," ucap Nasa.
"Oh, Adik pingin ya, mainan itu," sahut Sean sambil mengajak adiknya ke arah toko tersebut.
"Ayo Dik, tunjukan mainan apa yang sedang kau inginkan?" tanya Sean.
"Itu Kak, mainan Berbie dan anaknya," sahut Nasa, sambil menunjuk mainan yang di inginkan.
"Harganya 65 ribu, Adik benar mau yang ini?" tanya Sean lagi kepada adiknya.
"Kalau gak beli jangan pegang-pegang dong," ucap pemilik toko itu, karena merasa terganggu dengan kehadiran dua bocah ini.
Sean pun segera menurunkan tangannya, anak itu langsung meminta maaf kepada pemilik toko itu, meskipun dalam hatinya dia begitu kecewa di perlakukan seperti itu, hanya saja dia teringat ucapan ibunya yang harus menghormati orang yang lebih tua.
"Sudah Kak, kita pulang saja, pemilik toko nya marah," bisik Nasa.
"Memangnya adik pingin banget ya, boneka itu?" tanya Sean memastikan.
"Iya, Kak. memangnya Kakak, mau membelikan aku," sahut Nasa dengan melontarkan pertanyaan, balik kepada kakaknya.
"Enggak sih, tapi kakak, mau usahakan untuk bisa beliin mainan itu untuk Adik," ungkap Sean.
"Dengan cara apa?" tanya Nasa.
"Bentar ya," ucap Sean.
Sejenak Sean mulai berpikir bocah 10 tahun itu mulai memutar otaknya, tiba-tiba saja, dia terbesit untuk berjualan ikan bakar di sekitar pantai yang di padati para pengunjung tersebut, sehingga membuatnya menemukan ide yang cemerlang itu.
"Ah, Kakak punya ide, ayo Dik, kita datang ke warungnya Mbah Giyem siapa tahu saja, dia mau memberi kakak pekerjaan," ucap Anak itu sambil menggandeng tangan adiknya.
"Apa, Kakak mau kerja, jangan deh nanti kalau Mama tahu dia bisa marah loh," cegah Nasa.
"Ya jangan cerita sama Mama, dong, biar dia tidak tahu," ucap Sean memberi tahu adiknya.
"Baiklah, tapi Nasa kasihan sama Kak Sean," sahut bocah kecil itu yang merasa tidak tega membuat kakaknya berjualan hanya demi membelikan boneka yang ia minta.
"Udah tenang saja, jangan pikirkan Kaka," ucap Sean meyakinkan adiknya.
Kedua anak itu langsung menuju warung ikan Mbah Giyem, paruh baya itu begitu baik kedua anak ini karena memang sering datang ke warungnya, meskipun hanya duduk saja, hal tersebut membuat Mbah Giyem senang karena seperti ada yang menemani ketiga dua bocah itu datang.
"Assalamualaikum Mbah," ucap keduanya.
"Walaikumsalam anak-anak," sahut Mbah Giyem.
"Mau makan ikan bakar." Mbah Giyem pun langsung menawari meskipun kedua anak itu selalu menolak, karena memang nasehat dari sang ibu untuk tidak merepotkan orang lain dalam bentuk apapun.
"Maaf Mbah, kita sudah makan dari rumah, oh iya kedatangan kami di sini hanya ingin meminta bantuan kepada Mbah," ucap Sean memberanikan diri.
"Bantuan apa Cah ganteng," sahut Giyem.
"Boleh gak aku bekerja sama Mbah, aku ambil ikan Mbah, untuk di jual lagi ke pengunjung yang ada di pantai," ucap Sean kembali.
"Owalah, rupanya kamu mau bekerja ya Nak?" tanya Mbah Giyem.
"Iya Mbah," sahut Sean tanpa ragu.
terima kasih kak❤️❤️❤️
terimakasih up paginya...
n ditunggu part selanjutnya 🙏💕
utk sean kok blm nongol kak?
pasti jadi cogan?
ah bikin penasaran thor... 😁
ditunggu part selanjutnya thor🙏💕
ceritanya mkin bagus thor🙏💕