Hidup Aina seperti diselimuti kabut yang tebal saat menemukan kenyataan kalau Fatar, lelaki yang dicintainya selama 7 tahun ini meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Namun Fatar tak sendiri, ada seorang wanita bersamanya. Wanita tanpa identitas namun menggunakan anting-anting yang sama persis dengan yang diberikan Fatar padanya. Aina tak terima Fatar pergi tanpa penjelasan.
Sampai akhirnya, Bian muncul sebagai lelaki yang misterius. Yang mengejar Aina dengan sejuta pesonanya. Aina yang rapuh mencoba menerima Bian. Sampai akhirnya ia tahu siapa Bian yang sebenarnya. Aina menyesal karena Bian adalah penyebab hidupnya berada dalam kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesuatu Tentang Aira
"Bagaimana proses perceraiannya?" tanya Sahrul pada putri sulungnya.
"Mas Tio tidak mau bercerai, pa. Karena dia juga punya teman-teman hakim maka kami diminta untuk rujuk lagi."
"Kenapa kamu tak mencoba rujuk saja?" tanya Sahrul.
"Pa, aku sudah tak tahan lagi dengan semua sifat mas Tio. Aku sama sekali tak dianggapnya."
Sahrul menatap putranya. "Kamu adalah istri seorang pejabat. Sudah sepantasnya kamu mendukung karir suamimu."
Diana hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Pa, apakah kamu mau menunggu anak kita mati sia-sia di tangan suaminya yang psikopat itu?"
"Semua ini tak akan pernah terjadi jika Aira tetap menjaga martabatnya bukan menyerahkan dirinya pada lelaki lain sebelum pernikahannya. Tio sudah cerita semua ke papa."
Aira segera meninggalkan kamar papanya. Hatinya sakit setiap kali papanya mengulang kesalahan yang pernah dilakukannya saat ia kuliah di Australia.
Aira melihat putranya yang sedang bermain dengan baby sitter nya. Seandainya Denis tak pernah lahir, Aira pasti tidak akan pernah bertahan dengan Tio.
Kesalahan Aira yang pernah dilakukannya di Australia, tidak pernah disesalinya. Aira bahkan ingin membatalkan perjodohannya dengan Tio karena sesungguhnya Aira tak pernah mencintainya. Sebelum menikah pun Aira sudah berterus terang pada Tio. Lelaki itu memang terlihat kecewa namun dia akhirnya mengatakan tak masalah.
Namun setelah malam pertama mereka, Tio berubah. Dia suka kasar dan jarang sekali menyentuh Aira. Bahkan setahun belakangan ini, mereka bahkan sudah pisah ranjang. Terakhir Aira tahu kalau Tio memiliki wanita idaman lain.
Aira menelepon adiknya. Saat-saat seperti ini dia ingin berbagi cerita dengan Aina.
"Kak, 1 jam lagi aku pulang kerja. Nanti kita ketemu di cafe biasa, ya?" ujar Aina dari seberang.
"Baiklah." Aira pun menuju ke kamarnya. Ia mandi dan bersiap untuk pergi menemui adiknya.
**********
Aira menatap adiknya yang duduk di hadapannya. "Ai, kamu terlihat mulai berisi lagi. Wajahmu tak semuram dulu. Sepertinya kamu bahagia dengan pernikahanmu."
"Sekarang aku memang merasakan bahagia, kak."
Aira tersenyum. "Kamu berani melakukan sesuatu yang tak pernah aku bisa lakukan. Aku tak mampu mempertahankan cintaku karena takut pada papa dan mama."
Aina ikutan tersenyum. "Mungkin karena Allah tahu aku sangat terluka sampai aku dipertemukan dengan kak Emir dan ibunya. Dan aku juga tak menyangka akan secepat ini memiliki hati bagi kak Emir. Aku juga menyayangi ibu Tita yang mengasihi aku dengan penuh ketulusan."
"Berbahagialah dengan keputusanmu, Ai. Kalau memang Emir lelaki baik, nikmatilah pernikahanmu tanpa harus memusingkan harta, tahta atau kedudukan."
"Kak, kamu terluka kan?"
Aira mengangguk. Lalu ia menceritakan kisah masa lalu ya yang tak pernah ia ceritakan pada adiknya.
"Jadi, lelaki bernama Hamid itu dan kakak sudah tidur bersama?"
Aira mengangguk. "Kami melakukannya atas dasar suka sama suka. Aku sungguh jatuh cinta padanya dengan semua kelembutannya. Bahkan sehari sebelum aku menikah, Hamid masih mencari ku. Dia mengajak aku untuk kawin lari saja. Namun aku menolaknya dengan mengatakan bahwa aku tak memiliki perasaan apapun padanya."
"Kakak, kenapa tak mencari Hamid lagi?"
"Dia sudah menikah. Sekarang sudah tinggal di Amerika. Namun kira-kira 2 bulan yang lalu, aku melihat Hamid ada di Jakarta. Atau mungkin pria yang mirip Hamid. Entahlah. Kalaupun ketemu, pasti Hamid tak akan menyukai aku lagi. Dia lelaki tampan dan kaya. Pasti akan cepat menemukan pengganti diriku." Aira menunduk. Ia meremas kedua tangannya. "Andaikan waktu dapat ku putar, aku pasti akan memilih pergi dengan Hamid saat itu."
Aina menggeser kursinya sehingga ia kini duduk di samping kakaknya. "Kak, kuatkan hatimu. Jangan putus asa. Masih ada Denis yang membutuhkan perhatianmu. Kalau memang mas Tio bukan pria yang terbaik untukmu, maka akan datang pria yang lebih baik lagi, yang menerima kakak dan juga Denis dengan tulus."
Aira memeluk adiknya. "Terima kasih ya. Kamu selalu ada untukku walaupun saat kamu terluka, aku ikut menyimpan rahasia tentang Fatar."
Aina melepaskan pelukannya karena ponselnya berdering. Ia langsung menerimanya saat mengetahui kalau Emir yang meneleponnya.
"Assalamualaikum, kak. Ada apa?"
"Sayang, kamu masih bersama kakakmu?"
"Iya."
"Masih lama nggak? Aku sudah selesai masak. Mau mengajak kamu makan malam."
"Oh ya, baiklah. Aku pulang sekarang."
"Aku jemput Saha. Soalnya aku dan kamu akan memakan di suatu tempat."
"Ok."
Aira memperhatikan adiknya. "Wajahmu berseri-seri saat berbicara dengan Emir. Pasti dia sangat tampan ya? Bibi Lina mengatakan kalau suamimu itu tampan, gagah dan seksi."
Aina tertawa mendengarnya. "Dia memang tampan."
"Aku penasaran dengan wajahnya."
"Nanti aku kenalkan."
Aira baru saja akan menikmati kopinya namun ponselnya berbunyi. Ada panggilan dari baby sitter nya.
"Ai, kakak harus pulang sekarang. Denis demam." Aira langsung berdiri.
"Ya sudah. Kakak pergilah. Aku tunggu kak Emir jemput."
Aira pun langsung pergi dengan wajah cemasnya. Sedangkan Aina menikmati kopinya sampai akhirnya ia melihat motor Emir yang berhenti di depan cafe. Lelaki itu melambaikan tangannya ke arah Aina yang memang duduk di dekat kaca. Aina pun segera keluar.
"Kak, nggak masuk dulu dan menikmati kopi?"
"Nanti makanannya keburu dingin, sayang."
"Baiklah. Ayo pergi." Aina naik di belakang Emir. Ia kini tanpa segan memeluk pinggang suaminya dan melaju meninggalkan cafe.
"Kak, kenapa kita tak ke rumah?" tanya Aina setelah menyadari bahwa mereka sedang menuju ke tempat yang lain.
"Ada kejutan, sayang."
Aina jadi penasaran. Apalagi saat menyadari bahwa mereka menuju ke luar kota.
Ternyata ada sebuah pantai yang indah. Motor berhenti di depan sebuah villa yang letaknya paling ujung.
"Sayang, kok ke sini?" tanya Aina.
"Ayo masuk !" Emir tak menjawab istrinya. Ia terus menarik tangan Aina menuju ke villa itu.
Saat pintu villa terbuka, ada hiasan balon dengan pernak-pernik ulang tahun lainnya. Lalu dia atas meja makan yang sudah penuh dengan makanan, tersedia kue tart dengan angka satu.
"Kak, siapa yang ulang tahun?" tanya Aina bingung.
"Kita." jawab Emir.
"Kita?"
"Happy wedding anniversary untuk kita berdua, sayang."
"Ya ampun, kak. Kok aku bisa lupa tanggal ini ya?" Aina langsung memeluk Emir. Ia bahagia sekali. Emir mengecup dahi Aina dan mengajak istrinya duduk di meja makan. Mereka pun menikmati makan malam yang romantis dengan menu penutup bercinta di dalam kamar villa.
********
"Sayang, kita ke luar negeri, yuk!" ajak Emir. Keduanya baru selesai mandi dan kembali di atas ranjang hanya menggunakan jubah handuk. Keduanya sudah sepakat akan menghabiskan waktu dua hari di sini karena besok hari libur karena hari kemerdekaan.
Aina menatap Emir. "Ke luar negeri. Ngapain?"
"Kita mencari keberuntungan di sana. Kebetulan ada temanku yang menawarkan pekerjaan. Kita bisa membangun impian kita bersama di sana. Kamu punya pasport?"
"Punya. Aku menyimpannya di rumah papa dan mama."
"Ya sudah, kita pergi. Rencananya aku ingin ke Spanyol."
Aina mengangguk. "Aku pikir-pikir dulu ya, kak. Soalnya aku sudah menyukai pekerjaan di sini." Aina kini duduk berhadapan dengan Emir. "Kak, aku ingin pernikahan kita tidak disembunyikan lagi. Aku ingin semua di kantor tahu kalau kita semua istri. Aku tak akan tersinggung saat mereka mengejek aku karena mau menikah sama satpam."
"Baiklah jika itu mau mu. Saat ulang tahun perusahaan, kita akan datang bersama sebagai pasangan suami dan istri. Tapi jika kamu berubah pikiran, satu Minggu lagi kita akan ke Spanyol. Tabunganku cukup untuk membelikan tiket bagi kita berdua. "
Aina mengangguk. "Baiklah." ia memeluk Emir. "Kak, satu ronde lagi?" tanya nya dengan tatapan menggoda.
"Siapa sih yang sanggup menolak?" Emir langsung membuka jubah mandinya. Aina tertawa dalam dekapan Emir. Ia bahagia menikmati perannya sebagai istri Emir.
***********
Apa yang akan menjadi pilihan Aina?
Emir
Aina
Arya
krn mgkn sbnrnya Hamid, Wilma dan Emir adlh saudara seayah...
smoga brharap Emir GK trmsuk dlm lingkaran orang jht yg mo ancurin kluarga kmu ai.....smoga....