Axeline tumbuh dengan perasaan yang tidak terelakkan pada kakak sepupunya sendiri, Keynan. Namun, kebersamaan mereka terputus saat Keynan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.
Lima tahun berlalu, tapi tidak membuat perasaan Axeline berubah. Tapi, saat Keynan kembali, ia bukan lagi sosok yang sama. Sikapnya dingin, seolah memberi jarak di antara mereka.
Namun, semua berubah saat sebuah insiden membuat mereka terjebak dalam hubungan yang tidak seharusnya terjadi.
Sikap Keynan membuat Axeline memilih untuk menjauh, dan menjaga jarak dengan Keynan. Terlebih saat tahu, Keynan mempunyai kekasih. Dia ingin melupakan segalanya, tanpa mencari tahu kebenarannya, tanpa menyadari fakta yang sesungguhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Della duduk santai di ruang tamu, dengan sebuah majalah terbuka di tangannya. Udara siang yang sejuk membuatnya semakin nyaman menikmati waktu luangnya, hingga suara ketukan pintu mengganggu ketenangannya.
Ia menghela napas panjang, merasa malas untuk berdiri. "Bi, ada tamu. Tolong buka pintunya," teriaknya tanpa mengalihkan pandangan dari majalah.
Seorang pelayan bergegas menuju pintu, lalu membukanya. Namun, ia tertegun saat melihat beberapa pria berpenampilan rapi, dengan postur tegap, berdiri di depannya.
"Apa Nyonya Della ada?" salah satu pria bertanya dengan nada formal. "Saya dari perusahaan NA Company."
Pelayan itu sempat mengerutkan kening, tapi tetap menjaga sopan santun. "Oh, tunggu sebentar."
Ia berbalik dan menghampiri Della. "Nyonya, ada tamu dari perusahaan NA Company yang ingin bertemu dengan Anda."
Della terdiam sejenak. "NA Company? Bukankah itu perusahaan keluarga Dirgantara?" gumamnya. Karena penasaran, Della menuju pintu dan menatap para tamu dengan ekspresi penuh tanda tanya.
"Siapa kalian?" tanyanya langsung.
Seorang pria yang berdiri paling depan memberi anggukan kecil. "Saya Andrian, asisten Tuan Keynan. Kedatangan saya ke sini atas perintah beliau untuk mengatur ruangan bagi acara pertunangan. Tuan Keynan bahkan mengirim nyonya Jinny sebagai wedding planner terkenal untuk membantu menyiapkan semuanya," jelasnya sambil menunjuk seorang wanita yang berdiri di sampingnya.
Della membelalakkan mata, lalu seulas senyum lebar muncul di wajahnya. "Ka-kalau begitu, silakan masuk semuanya," ujarnya antusias, segera memberi ruang bagi mereka untuk melangkah masuk.
"Silahkan duduk!" ujar Della. Dia menatap Andrian dan Jinny secara bergantian, lalu beralih ke orang-orang yang berdiri di belakang mereka. Matanya menyapu wajah-wajah asing itu dengan sedikit rasa penasaran.
Menyadari kebingungan yang tergambar jelas di wajah Della, Andrian akhirnya angkat bicara.
"Mereka adalah tim dari NA Company yang ditugaskan untuk membantu Nyonya Jinny dan tim dalam mempersiapkan acara pertunangan. Namun, sebelum itu, Tuan Keynan meminta mereka untuk merenovasi beberapa ruangan agar terlihat lebih baik. Dan untuk dua wanita ini," ia menoleh ke dua pelayan muda yang berdiri sopan di sisi belakang, "mereka akan melayani Nona Agnes hingga hari pertunangan tiba."
Della mengangguk paham, seulas senyum muncul di bibirnya. "Oh, begitu. Keynan memang mengatakan ingin mempercantik kembali rumah ini agar lebih layak. Tapi seperti yang kalian lihat, rumah ini tidak sebesar kediaman keluarga Dirgantara. Aku hanya khawatir para tamu undangan merasa tidak nyaman."
Jinny, yang sejak tadi diam, akhirnya menimpali. "Anda tidak perlu khawatir, Nyonya. Kami bisa mengubah rumah kecil Anda menjadi sesuatu yang lebih mewah. Saya jamin para tamu akan terkesan."
Della yang awalnya mengangguk setuju, tiba-tiba mengernyit. "Apa kau bilang? Rumah kecil?"
Jinny menegang seketika, menyadari kesalahannya. Lalu, wanita itu buru-buru mengoreksi ucapannya, "Ma-maaf, maksud saya ... rumah Anda sudah cukup mewah, dan saya akan membuatnya lebih dari itu."
Senyum simpul terbentuk di wajah Della. Ia puas mendengar ucapan Jinny.
"Kalau begitu, izinkan mereka mulai bekerja," ujar Andrian, memastikan semua persiapan berjalan sesuai rencana.
"Tentu saja," jawab Della tanpa ragu.
Andrian segera memberi isyarat kepada timnya untuk mulai membersihkan dan menata ulang ruangan-ruangan di dalam rumah. Sementara itu, Jinny menyodorkan beberapa dokumen kepada Della.
"Nyonya, ini beberapa contoh konsep acara, desain dekorasi, dan pilihan menu," ucapnya sambil menyerahkan beberapa katalog.
Della menelusuri setiap halaman dengan mata berbinar. Semua yang ditunjukkan Jinny tampak elegan dan berkelas. Mereka mulai berdiskusi lebih serius, membahas setiap detail dengan seksama demi memastikan pertunangan Agnes dan Keynan berlangsung sempurna.
Di sisi lain, Andrian memperhatikan jalannya diskusi dengan ekspresi datar. Namun, saat melihat timnya bekerja, ia mendekat dan memberikan isyarat halus dengan sebuah kedipan mata yang segera dibalas dengan anggukan paham dari orang-orangnya.
Persiapan ini lebih dari sekadar acara pertunangan. Ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini.
Saat tengah berdiskusi dengan Jinny, tiba-tiba suara langkah cepat terdengar mendekat. Agnes, yang baru saja pulang, menghentikan langkahnya begitu melihat banyak orang berkeliaran di dalam rumahnya.
"Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan di rumahku?" sentak nya tajam.
Ruangan seketika hening. Semua orang yang tengah bekerja berhenti dan menoleh ke arahnya, termasuk Della dan Jinny.
"Agnes, kau sudah pulang." Della segera menghampiri putrinya, menggenggam tangannya dengan lembut. "Ayo duduk dulu."
Namun, ekspresi Agnes masih dipenuhi tanda tanya. "Mom, siapa mereka?" tanyanya, matanya menatap tajam ke arah orang-orang asing yang memenuhi rumahnya.
Della tersenyum, berusaha menenangkan putrinya. "Sayang, mereka adalah orang-orang yang dikirim oleh Keynan. Dan dia ..." ia menunjuk Jinny, yang tersenyum ramah. "Dia adalah wedding planner pilihan Keynan. Dia akan membantu kita mempersiapkan pertunangan kalian. Lihat contoh desain dekorasi ini. Sangat bagus dan mewah, bukan?"
Agnes menatap katalog yang disodorkan kepadanya, tetapi pikirannya berkecamuk.
Benar, ia memang senang saat Keynan berkata akan mengurus semuanya. Itu berarti Keynan benar-benar serius dengannya. Namun, mengingat sikap pria itu yang berubah dingin padanya, membuat meragukan muncul di benaknya. Dia merasa seolah tengah di permainkan.
"Sayang, kenapa kau diam? Lihat ini dan pilih salah satu yang kau suka. Semua biaya sudah ditanggung oleh Keynan," bujuk Della dengan lembut.
Agnes melirik sekilas ke arah orang-orang yang masih sibuk bekerja di dalam rumahnya. "Lalu, apa yang mereka lakukan di rumah kita, Mom?" tanyanya, menunjuk ke arah mereka.
Kali ini, Andrian yang menjawab. Ia menjelaskan dengan suara tenang dan profesional. "Kami bekerja sama dengan tim Nyonya Jinny untuk mempersiapkan acara pertunangan Anda, Nona. Selain itu, kami juga membantu merapikan dan membersihkan ruangan agar semuanya siap untuk acara nanti."
Tatapan Agnes terhenti pada sosok Andrian. Ia tahu jika pria itu adalah asisten kepercayaan Keynan. Jika Andrian sampai turun tangan langsung, berarti Keynan benar-benar serius dengan pertunangan ini.
Pikiran itu membuat bibir Agnes perlahan tertarik membentuk senyuman. Keraguannya mulai memudar. Ia akhirnya mulai memilih dekorasi dan persiapan lainnya dengan antusias, seolah-olah semua kekhawatiran yang sempat menghantuinya menghilang begitu saja.
Senyum tipis terukir di wajah Andrian saat melihat perubahan ekspresi Agnes yang kini tampak lebih antusias. Tanpa menarik perhatian, ia berbalik dan melangkah menjauh, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku. Jemarinya lincah mengetik pesan singkat, sebelum menekan tombol kirim.
"Semua berjalan sesuai rencana, Tuan."
Tatapannya kembali mengarah ke Agnes, yang kini sibuk mendiskusikan pilihan dekorasi bersama Jinny dan Della. Dia menghela napas pelan, melihat rencana telah berjalan dengan lancar sejauh ini, sekarang tinggal menunggu langkah selanjutnya.
Itu lah karma buat si ulet bulu agnes menyakiti axeline terima akibatnya.......
make it simple lah Xel..