Shiza, murid pindahan yang langsung mencuri perhatian warga sekolah baru. Selain cantik, ia juga cerdas. Karena itu Shiza menjadi objek taruhan beberapa cowok most wanted di sekolah. Selain ketampanan di atas rata-rata para cowok itu juga terlahir kaya. Identitas Shiza yang tidak mereka ketahui dengan benar menjadikan mereka menganggapnya remeh. Tapi bagaimana jika Shiza sengaja terlibat dalam permainan itu dan pada akhirnya memberikan efek sesal yang begitu hebat untuk salah satu cowok most wanted itu. Akankah mereka bertemu lagi setelah perpisahan SMA. Lalu bagaimana perjuangan di masa depan untuk mendapatkan Shiza kembali ?
“Sorry, aku nggak punya perasaan apapun sama kamu. Kita nggak cocok dari segi apapun.” Ryuga Kai Malverick.
“Bermain di atas permainan orang lain itu ternyata menyenangkan.” Shiza Hafla Elshanum
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn rira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fira Alesha
Ruang musik sudah di isi anak-anak yang ekskul. Termasuk Shiza dan Candra, mereka hanya saling pandang tanpa bicara. Mengikuti guru pembimbing para siswa itu mengambil alat musik yang di tekuni. Shiza duduk menghadap piano karena sejak awal tempat itu kosong. Sepertinya peminat piano belum ada. Shiza menekan tuts piano penuh perasaan. Pelajaran yang di terimanya saat les piano di Kanada akan di terapkannya di sekolah ini.
Shiza memainkan nada instrumental menjadikannya tontonan orang-orang namun tiba-tiba di pertengahan jalan ada suara alat lain yang menggiring yaitu biola. Shiza tersentak namun tetap memainkan pianonya, ia tersenyum melihat Candra menggiring nada di mainkan.
"Wah." Violet bertepuk tangan takjub. "Kamu pinter banget main piano nya, Za."
Shiza tersenyum. "Nggak juga kemarin waktu ikut les kami memainkan nada ini." Ia melirik ke arah Candra yang menepi bergabung dengan yang lain.
Ekskul itu menghabiskan waktu satu dua jam. Shiza bersiap untuk pulang tapi ia di kejutkan dengan keberadaan Ryuga di depan ruangan. Ada yang aneh dari tampilan anak itu. Tangannya terbungkus perban sedikit kemerahan. Shiza meraih tangan Ryuga mengamatinya dengan teliti
"Luka kenapa?" Bukan mendapatkan jawaban tapi malam menerima pelukan. Shiza merasakan kalau Ryuga memeluknya erat.
Semua orang mengambil batas aman melangkah sedikit jauh dari dua sejoli itu. Termasuk Candra yang mematung melihat pemandangan di depannya. Ia benci dengan rasa aneh yang timbul di dalam hatinya, tidak ingin lama menyaksikan semua itu. Candra membawa langkah pergi.
Ryuga memberi jarak lalu tersenyum tipis. "Ayo pulang."
Shiza hanya mengangguk lalu melangkah bersama, kenapa kekasihnya ini ? Di depan sana ada taksi yang telah menunggu. "Kita naik taksi?"
Ryuga mengangguk tanpa kata. Mereka masuk ke dalam mobil meninggalkan halaman sekolah. Shiza menangkap pandangan kosong kekasihnya. Melihat jika Ryuga kurang baik, Shiza mengirim pesan ke Mama Adina jika pulang terlambat. Shiza menyentuh pundak Ryuga sampai pemuda itu menoleh. Seolah memahami isyarat, Ryuga merebahkan tubuhnya ber bantal paha Shiza. Perlahan Ryuga memejamkan mata menikmati helaian rambutnya yang di belai. Sejenak perasaannya luruh. Satu jam lalu Ryuga sudah berharap besar jika orang tuannya pulang tapi malah di batalkan karena terkendala oleh pekerjaan yang belum finish. Karena kesal Ryuga meninju kaca spion motornya hingga pecah.
"Kita sampai." Shiza membangunkan perlahan .
"Aku ketiduran." Ryuga menatap gedung menjulang tinggi di depannya.
Mereka keluar dari taksi lalu masuk ke dalam lobi apartemen. Ryuga merasa sedikit lebih baik karena Shiza menemaninya. Mereka tiba di unit milik Ryuga. Apartemennya rapi dan bersih jauh dari tampilan seorang Ryuga.
🌷🌷🌷🌷🌷
Hari ini Shiza di antar oleh mama Adina karena Ryuga tidak bisa menjemput. Tiba di sekolah Chio menyapa riang seperti biasanya. Shiza mengayun langkah menuju kelasnya. Tak lama di belakangnya ada Candra yang baru sampai. Mereka melangkah beriringan tanpa Shiza sadari pikirannya tertuju pada Ryuga. Apa kabar pemuda itu ? Sejak pulang dari apartemennya mereka tidak bertukar kabar lagi. Sementara yang di khawatirkan sudah berada di ruangannya.
"Jadi kapan kamu putusin Shiza."
Ryuga tersenyum tipis. "Aku belum tahu, Shiza sudah pernah melihat sisi rapuh ku."
Dariel menarik nafas panjang. "Jangan terlalu lama kasian Shiza. Awal mulanya hubungan kalian adalah permainan kalau kamu mau serius katakan semuanya baru mulai dari awal lagi. Shiza, cewek baik."
"Eh denger nggak ada murid baru lagi katanya cantik."
Ryuga tidak sempat menjawab karena salah satu siswa masuk membawa berita. Dariel kembali duduk menghadap depan membiarkan sahabatnya itu dengan segala pikirannya. Seluruh siswa berhamburan mendengar bel masuk. Tidak lama seorang guru bersama gadis cantik sedikit mungil juga masuk beriringan.
"Selamat pagi semuanya, kita ke datangan siswi baru di kelas kita. Silahkan perkenalkan nama kamu."
"Hai, nama aku Fira Alesha semoga kita berteman baik ya." Gadis itu tersenyum tatapannya jatuh pada Ryuga yang mematung melihatnya. "Ryu, kita ketemu lagi."
Pemuda itu tersenyum lebar ada kebahagiaan yang terlukis di wajahnya. Tidak menyangka gadis di depannya itu ada di sini satu sekolah dan sekelas. Sementara Dariel hanya menatap sekilas ke depan. Ia sangat tahu gadis imut yang ada disana adalah sahabat kesayangan Ryuga.
Kabar kedatangan siswi berwajah imut bertubuh mungil sudah tersebar di sekolah. Tidak hanya itu fotonya sudah tersebar di base sekolah. Chio yang melihat berita itu berekspresi biasa saja. Sekilas ia melirik ke arah Shiza. Gadis itu tampak tidak terganggu dengan berita yang menyebutkan Fira sudah mengenali Ryuga.
🌷🌷🌷🌷🌷
Waktu yang di tunggu para siswa sudah tiba beberapa detik setelah bel. Mereka berhamburan menyerbu kantin. Begitu pun Shiza dan Aysela. Namun langkahnya terhenti saat Ryuga masuk dengan wajah sumringah namun lebih mengejutkan lagi ada seorang gadis berdiri di belakangnya.
"Shiza kenalin ini sahabat aku dia baru pindah ke sekolah kita. Nah, Fira kenalin Shiza cewek aku."
"Hai" Shiza tersenyum. "Kamu imut banget sih." Sambungnya gemas.
"Hai, Ryu udah punya cewek kok aku nggak tahu."
Ryuga menyampirkan lengannya di pundak Fira. "Setelah kelulusan SMP kamu kabur nggak tahu kemana terus nomor hp kamu juga udah nggak aktif."
"Kamu pasti sedih dan kesepian." Fira memasang raut wajah bersalah.
"Nggak juga, ayo ke kantin." Seakan lupa Ryuga langsung melangkah bersama Fira.
Sementara Shiza hanya diam memperhatikan. Setiba di kantin seperti biasa mereka membawa nampan antrian mengambil makanan. Setelah terisi Shiza membawa miliknya ke meja biasa begitu pun yang lain.
"Shiza aku boleh duduk di tempat kamu, aku masih kangen sama Ryu." Fira ingin sekali duduk bersebelahan dengan Ryuga.
Shiza tersenyum. "Iya, Del geser dong."
Adel tersenyum masam. "Nih cewek sok banget sih." Gerutunya tidak senang.
"Jangan marah ya." Ryuga menoleh ke arah Shiza. "Kami sudah lama nggak ketemu."
Shiza hanya mengangguk melanjutkan makannya. Dariel dan Chio hanya diam malas untuk berbasa basi. Mereka makan dengan tenang.
"Ryu, aku nggak suka bawang nya." Fira menyodor nampannya ke tengah.
"Biar aku yang ambil." Satu per satu Ryuga memindahkan bawangnya ke dalam tempat miliknya. "Nih, makan udah nggak ada bawangnya." Perlakuan itu tidak luput dari perhatian yang lain.
Fira tersenyum senang. "Makasih ya..."
"Udah segede ini kamu masih nggak suka bawang. Harusnya ngomong tadi sama pegawai kantinnya." Seru Chio tidak suka.
"Biarin, kalian juga udah sebesar ini masih nggak suka sama aku." Sahut Fira cemberut.
"Bukan nggak suka tapi malas sama kemanjaan kamu." Ujar Chio lagi.
"Kalau bukan kalian siapa lagi yang manjain aku." Jawab Fira sambil memakan makanannya.
"Chio udah, biar Fira makan dulu." Sela Ryuga
"Loh Shiza, kamu udah selesai makan." Dariel baru menyadari jika kekasih sahabatnya itu sudah berhenti makan.
"Kalian makan sambil ngobrol jadi nggak sadar aku sudah selesai." Sahut Shiza tersenyum seperti biasa.
Ryuga menoleh benar saja tempat makan Shiza sudah kosong. "Bener kamu makan 'kan?"
"Benar Ryu "
Fira menoleh ke arah Shiza. "Maaf ya aku berisik saat makan. Kami berteman sedari SMP udah lama nggak ngobrol."
"Santai aja."
"Kita kaya kambing conge nggak sih?" Bisik Adel pada Aysela.