Karina Fransiska Arnold tidak pernah menyangka jika dirinya akan dijadikan kambing hitam atas meninggalnya Gloria calon tunangan adik iparnya oleh wanita yang dicintai suaminya. Masyarakat berlomba-lomba mengutuknya dan menghujaninya dengan kalimat-kalimat umpatan dan sumpah serapan. Hingga membuat hidup Karina tidak tenang. Ia meninggalkan kota kelahiran ibunya dan kembali menjadi wanita yang paling dihormati di negaranya.
Kepergian Karina membuat hidup Ocean Dirgantara Gultom berubah 160 derajat.
10 tahun kemudian mereka dipertemukan kembali dalam keadaan tak terduga. Namun, kebencian dari putra-putrinya merupakan penyesalan terbesar kedua yang ia rasakan setelah kehilangan wanita yang selama ini menjadi istrinya.
"Mungkin caraku salah dalam melindungi mu. Tapi, aku sadar menyesal pun tak ada gunanya." Ocean Dirgantara Gultom
"Sejauh apa pun aku bersembunyi. Tapi, takdir justru selalu memihak pada mu." Karina Fransiska Arnold
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Nica berteriak ketakutan saat mendengar tembakan itu. Ocean kecil dengan cepat menutup kedua telinga adiknya dengan telapak tangannya agar tidak mendengar suara tembakan lagi.
"Nica... tidak apa-apa. Kakak akan melindungi mu."
"Tapi Nica takut kak Oscar kenapa-kenapa." lirih Nica menangis sesenggukan.
"Nonno sudah membekali kita ilmu bela diri. Oscar pasti baik-baik saja." balas Ocean kecil dengan lembut menenangkan perasaan takut adiknya.
Lagi-lagi Oscar mengindari tembakan itu dengan sangat lincah.
"Apa kau tidak tahu. Kalau kami dididik sangat keras oleh Nonno kami agar menjadi penerusnya dimasa depan! menurut mu seberapa hebat kemampuan seorang anak yang berasal dari keturunan mafia?" tanya Oscar tersenyum menyeringai menatap wanita itu.
"Hahaha. Apa kau pikir aku takut dengan keluarga Gultom!"
Wanita itu tertawa lepas mendengar perkataan Oscar.
"Gultom?" ulang Oscar dengan wajah bingung.
Lagi-lagi wanita itu tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan polos Oscar.
"Cih! apa kau tidak tahu kalau kalian itu hanyalah anak haram yang terlahir dari benih pewaris Gultom! Sayangnya wanita itu sudah mati ditangan ku. Jika wanita itu masih hidup. Aku yakin kematian kalian merupakan penderita terberat di dalam hidupnya."kata wanita itu keceplosan.
"Cih! apa kau pikir aku akan percaya dengan perkataan mu! tidak! Aku tidak akan pernah percaya dengan penculik seperti mu!" ketus Oscar menatap wanita itu dengan tatapan waspada. Ia khawatir wanita itu hanya ingin menjebak mereka agar membenci ibu mereka.
Prok
Prok
Prok
"Ternyata hanya usiamu saja yang masih kecil! Tapi otak mu sama sekali tidak bisa dicuci!" celetuk wanita itu salut dengan cara berpikir Oscar.
Oscar mengacuhkan perkataan wanita itu. Ia malah bertanya mengenai identitas dan tujuan wanita itu menculiknya.
"Siapa kau! dan apa tujuan mu menculik kami!" ketus Oscar sembari memberikan kode kepada Ocean agar membawa adik mereka keluar dari ruangan sempit itu.
"Tujuanku adalah menghancurkan semua keturunan Gultom hingga ke akar-akarnya!" tegas wanita itu tersenyum menyeramkan.
"Aku belum pernah bertemu dengan keluarga Gultom seperti yang kau katakan! Sebenarnya mereka berasal dari keluarga mana?" tanya Oscar kembali dengan wajah polosnya.
"Hahaha. Mereka adalah keluarga ayahmu! Apa kau tidak tahu kalau ibu mu meninggalkan ayahmu demi pria lain yang sekarang berstatus sebagai ayah tirimu!"
"Cih! Ibumu berprilaku sama dengan nenek mu! sama-sama menyukai pria yang sudah bersuami!" ketus wanita itu melebih-lebihkan ucapannya.
"Bukankah ayah kami sudah meninggal?" tanya Nica dengan sesenggukan.
Wanita itu kembali mengalihkan pandanganya kearah Nica yang meringkuk ketakutan di pelukan Ocean kecil.
"Hey anak kecil! Apa ibu mu yang mengatakannya?" tanya wanita itu dengan wajah sinis.
"Ya. Madre berkata kalau Padre tinggal jauh dari kami dan Padre sangat bahagia dengan dunianya. Bukankah surga merupakan dunia yang paling indah." jawab Nica dengan wajah polosnya. Ya, Karina memang mengatakan hal tersebut agar anak-anaknya tidak mencari keberadaan ayah mereka. Ia tidak ingin anak-anaknya tumbuh tanpa kasih sayang dari ayah kandungnya.
Wanita itu merasa gemas dengan kepolosan anak perempuan itu. Jawaban anak itu cukup menyentuh hatinya. Karena surga akan menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi orang-orang yang sudah mati.
Tiba-tiba ingatannya kembali ke beberapa puluh tahun yang lalu. Dimana ia melihat Jhonson Dirgantara membunuh suaminya di depan matanya sendiri. Saat itu ia sedang mengandung putrinya yang masih berusia 6 bulan. Hati wanita mana yang tidak hancur melihat suaminya mati dengan tragis di depannya dalam keadaan hamil.
Kehilangan pria yang dicintainya selama bertahun-tahun membuatnya harus kehilangan kewarasannya. Wanita itu dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh keluarga besarnya. Sementara anaknya harus hidup di dalam inkubator selama berbulan-bulan karena terlahir prematur.
Saat berada di rumah sakit jiwa. Ia malah dilecehkan oleh seorang petugas magang yang memiliki riwayat penyakit bipolar.
Kehidupannya yang tragis membuat sifatnya berubah 360 derajat. Hanya satu ambisi yang tertanam dalam hati dan pikirannya. Menghancurkan orang-orang yang sudah merenggut kebahagiaannya. Jhonson Gultom merupakan target terakhir yang harus ia hancurkan setelah menghancurkan keluarga Alexander.
"Jika aku tidak bisa menyentuh Jhonson dan Ocean! Maka keturunan mereka yang akan menjadi targetku." kebencian mendarah daging di dalam hatinya membuatnya lupa dengan jati dirinya yang sebenarnya.
#
#
Disisi lain
Ocean tergesa-gesa turun dari pesawat dan naik ke atas mobil hitam yang sudah menunggunya di parkiran bandara.
Lagi-lagi Karina langsung naik ke dalam mobil dan duduk di kursi samping pengemudi.
"Jangan mengumpat ataupun menyumpahi ku. Karena sekarang keselamatan anak-anak lah yang paling penting!" celetuk Karina dengan cepat tanpa membiarkan Ocean berbicara kasar padanya.
Ocean mendengus kasar mendengar penuturan mantan istrinya. Mobil yang dikendarainya berlalu meninggalkan bandara.
Lagi-lagi Giselle mengeram kesal melihat kedekatan Karina dan Ocean.
"Charles! Aku mau ikut dengan Ocean!" ujar Giselle dengan nada memaksa.
"Sebaiknya Anda kembali ke kediaman Anda, Nona. Karena saya memiliki satu tugas penting dari tuan muda."balas Charles meninggalkan Giselle dengan wajah merah padam begitu saja.
Tiga puluh menit kemudian, Charles tiba di markas Black Mamba. Beberapa anggota Black Mamba yang berdiri di depan menunduk hormat saat melihat kedatangan Charles.
Saat membuka sebuah ruangan dibalik pintu besi di bagian utara bangunan itu. Charles melihat seorang pria bertopeng duduk sembari memantau beberapa CCTV yang muncul di layar komputernya.
"Bagaimana. Apa kau sudah menemukan keberadaan anak-anak Tuan muda." tanya Charles menatap pria itu dengan wajah serius.
"GPS yang terpasang di ponsel mereka mengarah ke bangunan tua yang ada di dalam hutan pulau jawa bagian timur." kata pria itu dengan wajah datar dibalik topeng menyeramkan yang menutupi wajahnya.
"Coba perbesar rekaman CCTV yang kau dapatkan." pinta charles lagi memperhatikan wajah-wajah para penculik itu dengan teliti.
"Aku tidak bisa menemukan identitas mereka saat aku menggunakan face detection untuk mencari identitas mereka secara mendetail. Identitas mereka sama sekali tidak ditemukan di negara manapun."kata pria bertopeng itu sembari menunjukkan hasil pencariannya kepada Charles.
"Sepertinya mereka menggunakan wajah palsu untuk menghilangkan jejak." tebak Charles mengeluarkan ponselnya menghubungi Ocean.
[Bagaimana?] tanya Ocean dari seberang sana.
"Tuan, kami sudah menemukan titip GPS ponsel yang biasanya Tuan muda kecil gunakan. Mereka disekap di salah satu hutan yang ada di pulau Jawa bagian timur. Daniel akan mengirim alamat lokasi tersebut ke email Anda."
[Baik. Aku akan langsung pergi menuju hutan tersebut. Kerahkan anggota Black Mamba agar mengepung lokasi tersebut! prioritaskan keselamatan anak-anak ku.] kata Ocean sebelum mengakhiri panggilannya.
Charles langsung mengirimkan beberapa anggota Black Mamba ke lokasi keberadaan anak-anak Ocean dan Karina.
"Daniel saat ini aku sangat mengandalkan kecerdasan mu. Aku akan memastikan keselamatan tuan muda dan anak-anaknya." kata Charles sebelum berlalu dari sana.
#
#
Disisi lain
"Ocean! Bagaimana? Apa kau sudah menemukan keberadaan anak-anak ku?" tanya Karina dengan perasaan cemas. Meskipun ia berasal dari keluarga mafia. Namun, di negara itu mafia yang diketuai oleh Gavin tidak memiliki daerah kekuasaan disana. Hanya Ocean dan Dave yang dapat Karina andalkan untuk menemukan keberadaan anak-anaknya.
"Aku sudah menemukan keberadaan anak-anak ku. Duduklah dengan tenang! aku tidak ingin direpotkan lagi karena harus menjaga mu juga."sindir Ocean dengan nada halus.
"Ingat! mereka adalah anak-anak ku, Ocean! Jangan besar kepala dengan statusmu! kau hanyalah penyumbang benih! status mu sebagai penyumbang benih tidak akan pernah berubah!" ketus Karina tidak suka dengan perkataan Ocean yang mengklaim anak-anaknya sebagai anak-anak dari pria itu.
"Cih! tanpa benihku kau tidak akan bisa melahirkan anak-anak ku! jangan besar kepala Karina! kau hanyalah wadah yang aku jadikan sebagai penampung benih ku! kau tidak ada harganya dibandingkan anak-anak ku!" balas Ocean tersenyum penuh kemenangan saat melihat wajah kecut Karina.
Gengsinya yang tinggi membuatnya harus mengucapkan kalimat itu kepada mantan istrinya.
"Berhenti berdebat denganku! karena sekarang prioritas utamaku adalah anak-anak ku!" lanjut Ocean saat melihat Karina ingin kembali membalas ucapannya.
Karina langsung mengunci mulutnya agar tidak mengeluarkan bahas binatang yang bisa saja akan terucap dari bibirnya.
"Demi keselamatan anak-anak ku. Hanya pria ini yang bisa aku andalkan saat ini. Setelah kejadian ini. Kau harus kembali ke Italia. Aku tidak bisa tinggal disini terlalu lama." gumam Karina dalam hati sibuk bergelut dengan pikirannya.
ini yg paling sulit kupahami jalan critanya