NovelToon NovelToon
Sumpah 100 Hari

Sumpah 100 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dikelilingi wanita cantik / Anak Kembar / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: RatihShinbe

Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.

Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Abel kembali ke rumah lebih cepat, karena dia tak mau lama-lama tinggal di sana.

Luna memapahnya, Abel duduk di sofa.

"Anda harus ke kamar Pak! " ucap Luna.

Abel masih diam, masih marah padanya.

Luna tersenyum merasa gemas dengan sikapnya.

"Saya kan sudah minta maaf berulang kali Pak, masa masih marah" ucap Luna.

Abel malah hanya menghela saja.

Luna menyerah, kemudian suara bel pintu terdengar.

"Itu pasti pak Devan" ucap Luna menduga.

Tapi, saat pintu dibuka, yang datang adalah Clara dan Mikaela.

"Hallo tante! " seru Mikaela.

"Hallo sayang! " Luna berlutut melebarkan tangannya.

Clara masuk dan menaruh kotak bekal Mikaela di meja kemudian langsung menemui Abel.

"Kau baik-baik saja kan? " tanya Clara.

Luna menatapnya aneh, sembari menggendong Mikaela. Clara menunjukkan perhatian nya di depan Luna.

Luna berpikir mungkin karena Clara merasa kalau dia sudah tahu tentang mereka, jadi merasa bebas mengekspresikan perasaannya pada Abel di depannya.

"Kenapa kemari? " tanya Abel terkejut.

Dia berdiri dan sedikit mundur menjauh dari Clara.

Clara hendak membelainya.

"Aku cemas, tapi tak bisa pergi karena Novel belum juga pergi ke kantor penerbit, aku baru bisa kemari setelah dia pergi, aku benar-benar cemas mendengar kamu masuk rumah sakit" jelas Clara.

"Pulanglah, nanti Novel tahu dan dia akan mengamuk lagi" ucap Abel.

Luna merasa percakapan mereka tak untuk didengar nya dan Mikaela, dia melangkah pergi keluar.

Abel menatap ke arah Luna yang pergi dan sadar Luna tahu sesuatu tentang mereka.

Luna terdiam di luar, dia tak tahu hendak kemana. Mau membawa Mikaela ke rumahnya, takut nanti Clara mencarinya.

Mikaela minta turun dari gendongannya.

"Mama.. " ucap Mikaela.

"Sebentar ya sayang, nanti mamah keluar jika sudah bicara dengan Pak Bos" ucap Luna membujuknya.

Mikaela juga memanggilnya dengan sebutan itu karena Luna selalu menyebutnya.

Luna menatap ke arah pintu, merasa sedikit sedih.

"Kenapa aku jadi sedih saat dia datang dan seolah sangat cemas. Itu wajar kan, dia mantan pacarnya. Mungkin masih ada sedikit rasa di hatinya" gumam Luna.

Kemudian lift berhenti di lantai itu, Luna menatap cemas ke arah lift. Takut yang datang orang tuanya atau bahkan Novel adiknya.

"Jangan terlalu menekan dia kasihan kan, dia sudah menjadi sekretaris mu cukup lama" ucap Sheila yang suaranya terdengar oleh Luna.

Luna menghela, lega. Yang datang adalah Devan dan Sheila.

"Kenapa kau begitu senang melihat ku? " tanya Devan menunjuk wajah Luna.

"Hehe, tidak ada alasan khusus..... "

Tapi kemudian, dia sadar bahwa mereka juga tidak tahu tentang Clara yang sebenarnya adalah mantan kekasih Abel.

"Aaahhhh, Pak Devaaaan! " seru Luna keras.

Devan terheran, dia menyapanya dengan suara yang lantang.

"Heii, itu terlalu keras" keluh Sheila.

Dari dalam, Abel tahu Devan datang.

"Pergilah, sudah cukup drama yang kau buat hari ini" ucap Abel.

"Tapi Bert, aku benar-benar masih mencintaimu, kenapa kamu bersikap seolah aku yang salah? " Clara menyentuh tangannya.

"Devan datang, jangan buat ulah" Abel berjalan perlahan ke kamarnya.

Clara hendak membantu, tapi lagi-lagi dia menepis tangannya.

Clara terdiam, dia mengambil kotak bekal Mikaela dan pergi.

Devan dan Sheila terkejut melihat Clara keluar dari sana. Kemudian menatap Mikaela yang tangannya tak mau lepas dari Luna.

"Ayo Mikaela! " ajak Clara.

Mikaela masih memegang Luna.

"Mikaela! " Clara sedikit berseru.

Mikaela melepaskan dengan wajah sedih.

Semua orang hanya diam menatap mereka yang pergi masuk ke dalam lift.

"Ada apa dengannya? " tanya Devan.

Sheila menatap Luna.

"Pertanyaannya, apa yang dilakukannya di dalam saat Luna dan Mikaela malah ada di luar? " ucap Sheila mengangkat dahinya.

Luna tersenyum bodoh, Devan jadi ikut menatapnya.

"Aku tidak tahu apa pun" jawab Luna dengan tangan seolah menyerah pada polisi.

Sheila dan Devan masuk ke dalam, mereka langsung mencari Abel tapi tak ada. Luna juga mencarinya.

"Dimana dia? " tanya Sheila.

"Pasti di kamarnya" ucap Devan seraya mendekat ke kamar dan mengetuk.

"Bel.... ! " seru nya.

"Jangan biarakan dia masuk! " seru Abel dari dalam.

Sheila terkejut, Devan menatap kearah Luna dan istrinya.

"Dia mengesalkan menyuruh ku masuk ke rumah sakit dan katanya tidak akan di suntik, kau tahu aku mendapatkan 4x, kau dengar 4x suntikan! Dia sangat menyebalkan! " Abel terus berteriak.

Luna menyeringai, tak menyangka Abel akan mengalihkan perhatian mereka ke arah sana.

"Dia masih kesal dengan mu? " tanya Sheila.

"Hmm, KALAU BEGITU, AKU PULANG YA PAK DEVAN! " seru Luna berteriak.

Sheila yang berada di dekatnya langsung menjauh karena terkejut. Devan juga menatap heran padanya.

"Ada apa dengan kalian berdua, kenapa berteriak-teriak seperti itu! " ucap Devan seraya mendekati istrinya.

Luna mengambil tasnya hendak pergi.

"Hei kau! " seru Abel yang keluar dari kamar.

Luna berbalik.

"Lihat kamar mandi ku, licin sekali, nanti aku jatuh" ucapnya pelan tanpa menatap.

"Ya Pak, saya akan katakan pada Arul untuk memanggil cleaning services kemari. Selamat sore! " ucap Luna kemudian pergi.

Abel menggigit bibirnya, kesal bukan Luna yang melakukannya.

"Kau keterlaluan! " ucap Sheila.

Abel berjalan perlahan ke sofa.

"Baru saja aku memarahi Devan karena dia teralu menekan Vera dengan pekerjaan dan masalahnya dengan Luna. Sekarang aku melihat kau memperlakukan Luna masih sama seperti 5 tahun yang lalu. Sekarang dia sekretaris mu, jangan menyuruhnya tentang pekerjaan rumah lagi! " Sheila mencecarnya.

"Aku.... " Abel hendak protes.

Devan memberi kode agar dia diam saja tak protes.

Abel menghela, tapi kemudian dia berpikir untuk bicara pada Luna, menanyakan perihal tahu atau tidaknya dia tentang Clara dan dirinya.

#

Sudah sangat larut, Luna pun sudah tidur dengan lelap, setelah beberapa hari hanya tidur di kursi di rumah sakit.

Hanya Abel yang gelisah, dia tak bisa tidur memikirkan reaksi Luna tadi.

"Dia pasti sudah tahu, dia takkan mungkin pergi membawa Mikaela ke luar jika dia tidak tahu" gumam Abel.

Dia pergi keluar, menatap pintu rumah Luna dan mendekat. Tapi dia berbalik dan kembali masuk ke rumahnya.

"Jika dia tahu, kenapa selama ini dia bersikap seolah tidak tahu?" Abel bicara sendiri.

Dia kembali membuka pintu dan menatap ke arah rumah Luna.

"Apa yang hendak dia tukar dengan informasi ini? Jangan-jangan, dia mau minta rumah? " Abel berspekulasi sendiri.

"Aku kan sudah berikan rumah itu, pasti bukan rumah. Tapi apa? Ayo Abel berpikir dengan otak pintar mu ini? " Dia terus memikirkan nya.

Hingga dini hari, dia bolak balik menatap rumah Luna.

Sedangkan Luna sendiri, sedang tersenyum-senyum dalam mimpinya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>

1
tuteng supratman
semangat bikinnya
Ini cinta
nah loh
Aul soobin
semngt yaa
Shinbe: /Good/
total 1 replies
Ini cinta
lanjut
Ini cinta
hmmm begitu awalnya....
Ini cinta
🤦‍♀️pingsan terooos
Ini cinta
🤣🤣🤣
Ini cinta
/Facepalm/
Suka Baca
/Smile/
Ini cinta
selamatkan Luna!
Ini cinta
ada aja lucunya
Ini cinta
lanjut
Ini cinta
ini kek romcom yang pernah aku lihat
Ini cinta
Hadir thor, semangat banget bikin banyak novel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!