perjuangan Lucas untuk melawan nasibnya sebagai karakter sampingan dalam novel, dengan menantang alur yang sudah ditetapkan dan mencari jalan untuk bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yarn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Ancaman di Eldoria
Lyra tampak mencurigakan bagi Lucas. Dia adalah seorang ahli potion ketika mereka masih di akademi, belajar di bawah bimbingan Profesor Meyden. Namun, sejak pengkhianatan di Akademi Eldoria, di mana Lyra dan Meyden bersekongkol, Lucas tidak bisa lagi mempercayainya.
Lucas dan Rian memutuskan untuk mengikuti Lyra secara diam-diam. Mereka melihatnya berjalan ke arah sumber mata air desa. Di sana, di atas sebuah batu yang dikelilingi oleh tanaman liar, mereka melihatnya—artefak Plaguebringer's Amulet, benda yang selama ini mereka cari.
Saat Lyra hendak mengambilnya, Lucas langsung menyerangnya dengan cepat, ayunan pedangnya menyasar Lyra yang dengan lincah menghindar. Ketika Lyra menoleh dan melihat wajah Lucas, ekspresi keterkejutannya berubah menjadi senyuman sinis.
"Oh, ternyata teman lamaku, Lucas. Lama tak berjumpa," katanya dengan nada mengejek.
Lucas tidak membuang waktu. "Apa kau yang menyebabkan wabah di desa ini?" tanyanya dengan nada menuntut, pedangnya masih terangkat.
Lyra tersenyum dingin. "Apa maksudmu? Aku di sini juga untuk menghentikan wabah ini dan mendapatkan itu." Ia menunjuk ke arah artefak yang tergeletak di dekat mata air.
Lucas menyipitkan matanya. "Lalu, mengapa kau bersekongkol dengan Profesor Meyden untuk membunuh kepala sekolah?"
Lyra terkekeh pelan. "Bukankah kamu yang membunuh kepala sekolah?" tanyanya dengan nada penuh ironi, matanya menatap Lucas tajam, seolah memancing reaksi lebih.
Rian, yang selama ini hanya diam mengamati, langsung melihat keraguan di wajah Lucas. Lucas menggenggam pedangnya lebih erat, mencoba menahan emosi yang memuncak.
Lyra tersenyum dingin. "Apa menurutmu dengan menghancurkan jantung kepala sekolah, kamu sudah menghentikan proses perubahan menjadi iblis?" tanyanya, nada suaranya penuh ejekan.
Lucas menatapnya dengan kebingungan. "Apa maksudmu? Aku sudah menghancurkan sel iblis yang ditanamkan di dalamnya," jawabnya, suaranya penuh keyakinan, meski kini mulai dirundung keraguan.
Lyra menggeleng pelan, matanya berkilat penuh tipu daya. "Sayang sekali, Lucas. Kamu terlambat. Sel iblis itu sudah menyebar ke seluruh tubuhnya jauh sebelum kamu bertindak. Berkatmu, kepala sekolah memang berubah lebih lama, karena jantungnya hancur. Tapi itu hanya menunda yang tak terhindarkan."
Lucas merasa jantungnya berdegup kencang. Semua yang ia lakukan... Semua pengorbanan yang telah ia buat... Apakah sia-sia?
"Jadi... apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya, suaranya bergetar dengan campuran ketakutan dan kemarahan.
Lyra melangkah lebih dekat, suaranya rendah namun jelas. "Sekarang, kepala sekolah ada di laboratorium rahasia milik kerajaan Eldoria. Mereka sedang menelitinya karena perubahan yang terjadi di tubuhnya. Sel-sel iblis terus berkembang, dan... kamu tahu apa yang akan terjadi, Lucas."
Lucas terdiam, pikirannya berpacu. Jika yang dikatakan Lyra benar, maka ancaman itu belum berakhir. Bahkan, mungkin saja menjadi lebih besar dari yang pernah ia bayangkan. Sebuah iblis yang terbentuk dari kepala sekolah, seorang penyihir terkuat di Eldoria, akan menjadi ancaman yang tak terbayangkan bagi seluruh kerajaan.
Dengan wajah serius, Lucas bertanya, "Di mana Profesor Meyden?"
Lyra mengangkat bahu acuh tak acuh. "Aku tidak tahu."
Merasa tak ada gunanya bertanya lebih lanjut kepada Lyra, Lucas dengan cepat mengambil Plaguebringer's Amulet dan bergegas meninggalkan sumber mata air. Bersama Rian, ia kembali ke desa dengan langkah tergesa-gesa.
Sesampainya di desa, Lucas segera menemui kepala desa. "Kepala desa, ini yang harus kalian lakukan untuk memastikan wabah ini tidak semakin menyebar," kata Lucas dengan tegas, menjelaskan langkah-langkah penting untuk menjaga kebersihan dan mensterilkan air. "Dengan melakukan ini, kalian bisa mencegah lebih banyak penduduk dari terjangkit."
Lucas kemudian menyerahkan artefak yang didapatnya kepada Bella. "Senior Bella, kita harus cepat kembali ke Thornfall."
Bella memandang Lucas dengan heran. "Ada apa, Lucas? Mengapa kita terburu-buru?"
Rian, yang berdiri di samping mereka, segera menceritakan semua yang terjadi di sumber mata air desa, mulai dari pertemuan mereka dengan Lyra hingga ancaman yang lebih besar terkait kepala sekolah dan sel iblis.
Mendengar itu, Bella mengangguk dengan tegas. "Baiklah, kalau begitu, kita harus segera pergi."
Setelah memastikan bahwa penduduk desa sudah ditangani dengan baik, Bella menggunakan kekuatan blessing miliknya untuk mempercepat proses penyembuhan warga yang masih terkena dampak wabah. Berkat kekuatan penyembuhan yang dimiliki Bella, para pasien mulai pulih lebih cepat, dan kondisi desa pun kembali membaik.
Sebagai ungkapan terima kasih yang mendalam, kepala desa dan para penduduk menyambut Lucas, Bella, dan Rian dengan hangat. Mereka diundang untuk makan bersama sebelum perjalanan mereka. Setelah itu, kepala desa menyerahkan tiga ekor kuda kepada mereka sebagai hadiah.
"Kami sangat berterima kasih atas bantuan kalian," kata kepala desa dengan penuh syukur. "Semoga perjalanan kalian aman"
Dengan hati yang penuh harapan, Lucas, Bella, dan Rian naik ke atas kuda masing-masing, bersiap melanjutkan perjalanan mereka.