Kinan hanyalah gadis biasa, dirinya mengadu nasib pergi ke kota bersama temannya setelah mendapatkan informasi kalau ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, demi kebutuhan dan juga ingin mengurangi beban keluarga Kinan akhirnya pergi ke kota jakarta, Di sana Kinan harus berhadapan dengan Daniel pria tampan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Mampukah Kinan bertahan di jakarta atau memilih pulang dan melanjutkan sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Dan Dia Berharga
Waktu terus berjalan, Daniel begitu asik menghabiskan waktu bersama Sarah, gadis yang di cintai nya. Saling bertukar cerita tentang banyak hal termasuk pernikahan dengan Kinan.
Daniel sama sekali tidak membicarakan tentang Kinan sebab Sarah tidak ingin tau dan akan menunggu sampai hari di mana Daniel datang ke rumahnya untuk menemui kedua orangtuanya.
Sementara itu Kinan menunggu dengan cemas di kamar, bukan cemas karena kotak perhiasan yang tadi di temukan akan tetapi baju Daniel sudah ia masukan kedalam koper tanpa seizin nya.
"Bagaimana kalau A Daniel marah ya," Kinan terus berbicara seperti menerka-nerka apakah nanti Daniel akan memarahinya karena telah lancang membuka lemari. Perkara kotak perhiasan Kinan tidak terlalu ambil pusing, dirinya merasakan kalau itu adalah milik Sarah. Lamanya ia menunggu sampai tak tenang mondar-mandir tak karuan akhirnya Daniel membuka pintu kamar.
Kinan menoleh ke arah pintu kamar yang di buka. Bergantian melirik jam dinding. Pukul 18:20 Daniel baru sampai rumah.
Ga biasanya A Daniel pulang jam segini,
"Assalamualaikum,"
"Waalikumsalam," Kinan bangkit menghampiri dan menyalami Daniel mengabaikan pertanyaan di hatinya.
Daniel bertingkah tenang untuk apa memperlihatkan wajah panik toh Kinan tidak mengetahui dirinya bersama Sarah, memberi tahu pun Kinan pasti akan menerima. Sedikit lega Daniel rasakan, Daniel serakah seakan Kinan tidak cukup, Tapi sebelum ada Kinan dalam hidupnya. Sarah sudah lebih jauh mengisi hatinya.
"Aa tumben baru pulang." Tanya Kinan sedikit kesal. Wajahnya terlihat murung dan kecut..
Daniel masih terlihat tenang, berjalan ke arah sofa sembari menarik tangan Kinan lalu keduanya duduk..
Perhatian Daniel tertuju pada dua koper di pojokan sofa,
"Itu koper kenapa di taro di situ?" Tanya Daniel masih menatap koper..
Kinan ikut menatap dua koper berukuran sedang itu tak enak.
"Itu koper Kinan sama A Daniel."
Daniel mengerutkan kening. "Mau ke mana?"
"Bunda ngajakin liburan ke puncak." Sahut Kinan, seolah mengingat sesuatu kepalanya menoleh kearah Daniel. "A, Kinan mau minta maaf."
"Maaf kenapa?" Daniel yang awalnya tenang menghela napas berat apalagi ada koper miliknya di sana, bersanding dengan koper Kinan.
"Kamu buka lemari baju aku ya?" Daniel terlihat datar, apalagi melihat Kinan mengangguk.
"Maaf A, Kinan dah lancang." Cicit Kinan sembari menunduk takut..
Daniel berdecak lalu bangkit dan membuka lemari pakaian. Kotak perhiasan yang mana cincinnya sudah melingkar di jari manis Sarah masih tersimpan rapih di sana. Tapi tidak mungkin Kinan tidak melihatnya. Untuk itu Daniel kembali duduk dan menatap Kinan.
"Kamu liat kotak perhiasan di dalam lemari?"
Kinan menggelengkan kepala, Daniel tersenyum melihat tingkah konyol Kinan.
Ga liat gimana, orang di depan begitu.
Daniel ingin marah pada awalnya akan tetapi tingkah Kinan memadamkan api dalam hatinya.
"Jangan bohong," Daniel kembali berusaha tenang membuang wajah cengengesannya yang sedari tadi terlihat beruntung Kinan menunduk.
"Maaf A, Kinan ga sengaja." Lagi Kinan memberi jawaban tanpa mengangkat kepala.
"Angkat dulu kepalanya, aku mau ngomong."
Kinan mengangkat kepala tapi menatap asal ruangan.
"Mau ngomong apa?" Kinan menatap gorden alih-alih Daniel yang ada di hadapannya. Kembali hal itu membuat Daniel tertawa, melihat Daniel tertawa Kinan ikut tertawa pelan..
"Jangan ketawa aku mau ngomong serius." Daniel protes yang di jawab anggukan kepala dari Kinan..
"Sok atuh mau ngomong apa?" Kata Kinan sedikit menaikan nada suara.
"Mata, mata kamu lihat aku," Daniel menjentikkan jarinya.
"Iya apa?" Kali ini Kinan menatap Daniel..
Daniel diam sejenak untuk merenung. memikirkan dari mana harus memulai.
"Apa A?" Kinan menunggu dengan tidak sabar.
"Aku sama Sarah balikan lagi."
Sontak Kinan merekatkan tangan, asal memainkan baju saking terkejutnya. Tapi tak lama senyuman terlukis.
"Iya ga papa,"
"Kamu ga marah?" Tanya Daniel untuk memastikan. Menatap lekat wajah Kinan. Sedikit kecewa karena sepertinya sang istri tidak menaruh rasa cemburu.
Kinan menggeleng cepat berusaha terus tersenyum menahan rasa sakit di hati.
Ga, aku ga berhak marah atau sakit hati, A Daniel memang suami aku, tapi dia juga sudah punya pacar, masa lalu memang masih menjadi pemenangnya. Sekuat apapun kamu menghindar kamu sendiri ga kuat menahan cintanya Sarah. Aku ga akan mempertanyakan ucapan kamu tempo hari mau membuka hati A, Kinan ga akan protes, setelah bayi ini lahir aku akan memilih pergi agar kamu bisa bersama Sarah tanpa terikat lagi sama aku. Aku ga mau jadi penghalang hubungan kalian.
"Kinan mau, Aa ga kasih tau identitas Kinan ke Sarah, setelah bayi ini lahir Kinan akan pergi."
Daniel mengerutkan kening mendengar ucapan Kinan, "Pergi? Maksudnya pergi ke mana?"
"Kinan ga mau ada di antara A Daniel dan Sarah,"
Kepala Daniel menggeleng tak suka. "Aku ga akan izinin kamu pergi,"
"Aa mau nikahin Sarah, di saat Aa masih ada ikatan sama Kinan?" Kinan terlihat tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
Daniel ragu mengangguk.
"Astaghfirullah, Ga A, Kinan ga mau," Kinan lantas bangkit dan keluar kamar tapi Daniel mengejarnya. Kembali memeluknya dari belakang.
"Lepas A, lepasin Kinan," Kinan memberontak berusaha melepaskan kedua tangan Daniel dari tubuhnya.
"Aku ga bisa kehilangan kamu dan juga Sarah, ga bisa Kinan,"
"Kinan mungkin masih awam mengetahui apa itu poligami tapi Kinan tau kemana arah pembicaraan Aa,"
"Please jangan membuat aku bingung."
"Kinan juga mohon sama A Daniel untuk tidak menahan Kinan, Kinan akan pergi setelah bayi ini lahir. Selama dia belum lahir, Kinan harap A Daniel tidak menemui Sarah." Seketika Kinan menghempas kedua tangan Daniel yang melingkar di tubuhnya. Begitu cepat membuka pintu kamar dan meninggalkan Daniel di sana.
"Ya Allah, kuatkan aku," Kinan menyeka pipinya yang basah karena tidak ingin di ketahui kedua mertuanya yang kebetulan sudah ada di meja makan.
Melihat Kinan datang, Bu Tari tersenyum manis. "Daniel Mana?"
"Aa katanya udah makan di luar Bun," Kinan menjawab asal, padahal tadi di kamar keduanya tidak membahas tentang makanan.
Bu Tari mengangguk pun pak Teo, ketiganya memilih mengisi piring dan menyantap hidangan sembari membahas besok pagi-pagi berangkat ke puncak..
Di tengah aktivitas Daniel menampakkan diri membuat Bu Tari dan Pak Teo menoleh.
"Kakak, katanya Kinan udah makan di luar?" Kata Bu Tari melirik Kinan yang acuh tak menggubris. Seolah paham suami istri itu kembali mengisi perut. Pasti mereka tengah bertengkar. Pikir keduanya.
Daniel tak ingin menjawab, dirinya duduk di samping Kinan yang acuh akan dirinya.
"Kinan udah ceritakan kalau kita mau ke puncak?" Pak Teo menatap Daniel yang tengah menyendok nasi.
Daniel mengangguk. "Besok hari Senin, kenapa ga Minggu depan aja?"
"Ya ga papa, emang jalan-jalan harus di weekend aja, kalau pas weekend jalanan macet, jalan ke vila juga pasti banyak kendaraan, aduh, bunda ga mau." Bu Tari menjawab dengan ekspresi wajah kusut. Mengingat waktu itu liburan di hari weekend jalanan tol macet, liburan berakhir dengan sakit badan dan kepala..
"Iya, iya, kakak nurut aja." Daniel menurut karena emang tidak ada pilihan. Diam-diam dirinya melirik Kinan yang nampak ketus.
"Makan yang banyak biar bayi kita sehat." Kata Daniel.
Kinan melirik Daniel tanpa menerima jawaban.
Dia marah, tapi setidaknya aku udah kasih tau dia, bagiku kamu dan Sarah begitu berarti Kinan, aku emang belum mencintai kamu, tapi aku juga tidak bisa melepaskan kamu.