NovelToon NovelToon
Dia Milikku!

Dia Milikku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Pelakor / Mata-mata/Agen
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Anis

Karena pekerjaannya, Alin terpaksa menghilang, meninggalkan sebentar pria yang dicintai.

Anjar, cukup stres memikirkan kemana perginya sang pujaan hati, ditambah seorang wanita terus mengejarnya akibat rencana perjodohan keluarga.

Apakah keduanya bisa bersatu kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Asmara Rezan dan Bibit Pelakor

Masih menjadi misteri kenapa malam pertama terasa sangat menegangkan bagi pasangan pengantin baru.

Selesai membersihkan diri dengan segera Alin merebahkan diri di ranjang, ganti Anjar yang masuk kamar mandi. Alin bingung apa yang harus dia lakukan. Apakah benar meraka akan menghabiskan malam panas bersama. Pikiran itu terus menghantui Alin sejak beberapa hari sebelum menikah.

Benar saja setelah Anjar membersihkan diri, pria itu segera menyusul istrinya.

"Kau takut padaku? Takut aku macam-macam kan?" tanya Anjar sengaja meledek istrinya.

Alin menggelengkan kepala, cukup gengsi bagi wanita itu untuk mengatakan takut. "Untuk apa takut, aku yakin bisa melewati malam ini dengan mudah."

Anjar segara membungkam mulut wanita itu, tidak membiarkan Alin lepas dari dirinya. Dengan penuh kehati-hatian keduanya berhasil menghabiskan malam berdua.

...----------------...

Ditempat lain, tepat nya sebuah bar, Rezan datang untuk menemui kekasihnya. Mereka sedang bertengkar hebat karena kekasih Rezan tidak mau menemani dirinya datang di pernikahan sang bos. Wanita itu lebih memilih bertemu dengan teman-teman nya.

"Disaat seperti ini pasti aku juga yang harus mengalah." ucap Rezan berjalan masuk untuk mencari keberadaan sang kekasih.

Tadi selepas acara pernikahan bosnya selesai, Rezan harus tetap menemui para tamu dari luar negeri. Sebagai bentuk sikap menghormati mereka yang datang jauh-jauh.

Hingga sebuah notif mengacaukan konsentrasi nya.

"Bos Re, kekasih anda mabuk berat bersama teman-teman nya."

Itu adalah pesan yang dikirim oleh orang suruhannya yang bertugas menjaga Jingga. Rezan hanya membalas tidak perlu, karena dia akan segera datang menjemput kekasihnya itu.

Dengan sedikit tergesa-gesa, Rezan mengendarai mobil menuju bar. Matanya bergerak kesana kemari mencari keberadaan Jingga. Kata orang suruhannya, Jingga masuk keruangan VIP dan hanya orang tertentu yang dapat mengakses nya.

"Sepertinya aku harus menggunakan kartu ini." kata Rezan mengeluarkan kartu member milik bosnya. "Maaf bos, aku pinjam sebentar karena punya ku tertinggal di rumah."

Dengan pelan Rezan masuk ruangan VIP yang tidak terlalu padat namun cukup ramai. Mata pria itu langsung tertuju pada meja paling pojok. Wajahnya menggelap saat melihat Jingga duduk dipangkuan seorang pria sambil melakukan adegan kissing.

"Wanita murahan, baiklah jika itu maumu." ujar Rezan mengambil potret Jingga lalu pergi dari tempat ini.

"Ternyata semua perjuangan ku terbuang sia-sia." Sepanjang jalan pulang Rezah memutar playlist lagu galau.

Hingga sampai rumah, segera membersihkan diri untuk istirahat. Besok dalam waktu beberapa hari, bosnya cuti menikah, dia yang sementara waktu meng handle urusan perusahaan.

Pagi ini Rezan datang lebih cepat, dia ingin menyibukkan diri dengan pekerjaan kantor mengabaikan puluhan panggilan dari sang kekasih.

"Cih, aku tidak akan peduli lagi padamu. Minta saja uang pada om-om mu itu." batin Rezan saat melihat nama kekasihnya terus menelpon dan mengirim pesan.

Rezan sudah mejalani hubungan dengan sang kekasih dari mereka lulus kuliah. Kesibukannya sebagai asisten Anjar memang kerap membuat Jingga melayangkan protes padanya. Jingga merasa Rezan terlalu sibuk.

"Kau selalu sibuk, tidak pernah ada waktu untukku. Aku ingin seperti teman-teman ku yang dimana kekasih mereka selalu ada. Sehingga tidak pernah merasa kesepian." ucap Jingga saat mereka bertemu makan siang bersama.

"Kau tahu seneng bagaimana kesibukan ku, tapi saat aku ada waktu luang sedikit saja langsung menemuimu kan. Apapun yang kau mau juga selalu terpenuhi. Bukankah kita sudah membicarakan hal ini sejak awal? Kenapa sekarang kau banyak berubah, Jingga?" Anjar menatap heran kekasihnya yang mulai rewel. Dia memang paham wanita itu mudah merasakan kesepian. Tapi kali ini Jingga selalu meributkan hal-hal kecil, membuat Rezan bingung menghadapinya.

Jingga menggerutu kesal. "Iya tapi kenapa kau berbeda dengan kekasih teman-teman ku? Yang selalu ada waktu untuk menemani wanitanya, jadi hubungan tidak membosankan. Aku ingin kau seperti mereka,membalas pesan dengan cepat, langsung mengangkat telepon ketika aku membutuhkan, langsung datang ketika aku minta."

"Ya itu karna pacar teman-teman mu pengangguran." jawab Rezan membuat Jingga melotot. "Kenapa? Memang benar jawabanku. Kau pikir aku tidak tahu jika pacar teman-teman mu itu pengangguran, masih mengandalkan uang dari orang tua. masih mencoba mencari pekerjaan dan ada yang mendaftar di tempat ku bekerja namun mereka tidak lolos."

"Kenapa kau jadi menghina pacar teman-teman ku?" ujar Jingga tidak terima.

"Lalu apa mau mu? Aku menyanjung mereka yang sudah berani ikut menikmati hasil kerja keras ku?" tanya Rezan sembari mengangkat alisnya. "Kartu debit yang ada di tanganmu itu, kau menggunakan sesuka hati, memanjakan teman-teman mu serta para kekasih mereka. Jangan mengira aku tidak tahu apa-apa, Jingga."

Jingga, wanita itu terdiam mendengar perkataan Rezan.

"Sekarang aku tanya, apa mau mu? Jika kau masih ingin menjadi kekasihku maka aku minta tolong mengerti akan kesibukan ku. Bukankah setiap minggu selalu aku usahakan kita pergi berdua? Semua kebutuhan mu terpenuhi dengan baik. Sejak kita berpacaran aku tidak menuntut apapun padamu. Kau mau bekerja atau tidak, uangku tetap bisa kau nikmati."

"Apa kau ingin kita putus?" tanya Jingga terlihat ketakutan.

"Jika itu membuat aku tenang, aku tidak masalah. Untuk apa menjalani hubungan yang selalu dipenuhi pertengkaran. Mencari solusi pun percuma, tidak akan bertahan lama." jawab Rezan dengan tenang.

"Tidak, aku tidak mau putus. Baiklah aku tidak akan meributimu lagi tapi jangan putuskan aku." ucap Jingga memohon sambil memegang tangan Rezan.

Itu percakapan mereka beberapa minggu lalu, dimana Rezan berusaha memahami apa mau Jingga. Dia pikir setelah pertemuan itu Jingga benar paham dengan kesibukannya. Tapi ternyata tidak, wanita itu malah mencari kesenangan bersama pria lain.

"Lihat saja apa yang bisa aku lakukan padamu. Mati-matian aku terus mempertahankan hubungan ini, belajar memahami dan menerima semua perlakuan mu. Menjaga diri untuk tidak menyentuhmu karena aku sangat menyayangimu. Tapi kau malah dengan mudah menyerahkan diri ke pelukan pria lain. Sangat menjijikan." ujar Rezan terlanjur kecewa.

......................

Sedangkan di sebuah hotel, pasangan pengantin baru itu masih menjalin kemesraan di ranjang. Keduanya tidak menyia-nyiakan waktu menikmati masa honeymoon mereka.

"Aku ingin bekerja sebagai sekretaris mu." pinta Alin mengungkapkan keinginannya.

"Kenapa?" tanya Anjar meminta alasan. "Bukankah lebih enak kau menikmati hari-harimu dirumah atau pergi bersama mama, Kak Dinda atau mengunjungi Cila."

"Itu akan bosan jika dilakukan secara rutin setiap hari. Aku ingin memiliki kesibukan berbeda, yaitu bekerja sebagai sekretaris mu. Bukankah kau tidak memiliki sekretaris? Maka jadikan aku sekretaris saja di kantor." jawab Alin sedikit memaksa.

Anjar mengangguk setuju. "Baiklah, sepertinya menjadi sekretaris ku tidak ada ruginya juga. Kita bisa terus bertemu setiap hari."

"Dan aku bisa membasmi calon pelakor dalam rumah tangga kita." jawab Alin tersenyum sinis.

"Apa maksud mu? Siapa yang berani mengganggu ramah tangga kita? Cari mati saja." ujar Anjar memeluk tubuh istrinya.

Alin tidak menjawab, wanita itu semakin masuk dalam pelukan suaminya. Pikirannya melayang pada hari pernikahan mereka, ada seorang gadis yang secara terang-terangan tidak menyukai dirinya.

"Entah apa bagusnya dirimu hingga Anjar bisa memilihmu menjadi istrinya. Lihat saja, aku akan merebut Anjar darimu." ucap gadis itu berbisik ditelinga Alin saat mereka bersalaman.

Alin hanya diam saja, membiarkan gadis itu kesal dengan pemikiran sendiri. Namun yang Alin tahu, gadis itu datang bersama papanya. Mungkin papanya salah satu rekan bisnis perusahaan Anjar.

"Baru juga menikah, bibir pelakor sudah muncul. Kita lihat saja nanti, seberapa berani dia menggoda Anjar." batin Alin merasa heran.

1
Mulyana
lanjut
Ruang Rindu
lanjuttttt
Mulyana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!