NovelToon NovelToon
Quadrangle Romance

Quadrangle Romance

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Fantasi Wanita
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: lalarahman23

Mandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia dikurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namun perilakunya membuat Kedua orangtuanya mengirim paksa putri tunggalnya ke Korea Selatan.

Di sana, Mandalika menjadi bintang kampus dan menarik perhatian Kim Gyumin. Bertemu dengan perundung berhati dingin bernama Park Ji Young, mahasiswi angkuh, mengancam Ia dengan bukti kejam, memaksa Mandalika meninggalkan Korea dengan rasa trauma yang membekas.

Sebelum kepergiannya, Mandalika mendapat dukungan dari Hwang In Yeop, pekerja di Apartemen tempatnya tinggal. Perasaan Kim Gyumin terungkap dan melalui malam terakhir mereka bersama.

Sekembalinya ke Indonesia, Mandalika memulai hubungan dengan Zoo Doohyun setelah tiga tahun berlalu. Dan kembali ke Korea menghadapi cinta segi empat yang rumit dengan Kim Gyumin, Zoo Doohyun, serta Hwang In Yeop

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lalarahman23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21: Melangkah maju.

"Sedang apa?!" tanya Manda begitu pintu Apartemen terbuka dengan keras, suaranya menggema di ruangan yang hening.

"Kau dari mana saja?" Bukannya menjawab, Gyumin malah balik bertanya dengan nada tajam, sorot matanya menuntut penjelasan.

"Kenapa meninggalkan aku dengan orang ini?!" kesal Doohyun, sembari menunjuk ke arah Gyumin dengan jari telunjuknya yang gemetar.

Manda menghela napas panjang, terlihat frustasi. "Aku mencari angin segar," katanya sembari berjalan menuju jendela yang besar, mencoba mengalihkan pandangan dari kedua Pria tersebut.

"Aku akan ke suatu tempat, tolong tinggalkan aku!" ujarnya dengan tegas, lalu berbalik meninggalkan mereka.

"Pergilah!" Doohyun menatap Gyumin dengan pandangan penuh kebencian.

"Kau!" Gyumin nampak kesal, matanya menyala-nyala saat mendengar ucapan Doohyun.

"Apa maksudmu?!"

Manda menoleh, raut wajahnya penuh amarah. "Kalian berdua harus meninggalkan tempat ini!" tegasnya, langkah kakinya menghentak lantai dengan keras.

Doohyun yang tak terima diusir pun berjalan ke arah Manda. "Kau juga!" lanjut Manda, menatap tajam ke arah Doohyun yang terhenti di tengah langkahnya.

"Sayang, aku salah apa?" rengek Doohyun, mencoba meraih tangan Manda dengan tatapan penuh harap.

"Tidak, kali ini aku memang butuh waktu untuk sendiri," ujarku dengan suara yang lebih lembut namun tegas, kemudian berbalik dan menuju kamar.

Manda berhenti sejenak di ambang pintu kamarnya, menoleh dan menatap kedua orang tersebut dengan raut wajah yang tidak bisa disembunyikan kekesalannya. "Pergilah!" lanjutnya, masih dengan nada marah.

Doohyun dan Gyumin pun saling menatap dengan kebencian yang nyata, sebelum akhirnya mereka keluar dari Apartemen Manda dengan langkah berat.

Pada hari yang sama, Manda sedang membereskan meja di kamarnya ketika tanpa sengaja dia menjatuhkan beberapa buku dari atas meja. "Uh, sialan!" Manda merutuk sembari berjongkok, membereskan kekacauan akibat ulah Doohyun dan Gyumin. Di antara tumpukan buku, dia menemukan sebuah kartu nama yang tertinggal.

"Kartu nama Ryu na, pemilik butik itu...," gumam Manda, matanya memperhatikan detail kartu nama tersebut.

"Apa aku terima tawaran itu? Apa aku bisa?" bisik Manda pada dirinya sendiri, merenung sejenak sebelum akhirnya memutuskan.

"Baiklah, mari kita lakukan hal baru!"

...Butik Fairy. ...

Keesokan harinya, pukul 13.00 siang. "Wah, apa ini benar butiknya? Besar sekali," gumam Manda sembari menatap bangunan besar di hadapannya, kagum akan kemegahannya.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang karyawan dari butik tersebut dengan ramah, senyum menghiasi wajahnya.

"Apa benar ini alamatnya?" tanya Manda sembari memperlihatkan kartu nama butik yang ada di tangannya.

"Benar sekali, silakan masuk. Saya akan mengantar anda ke CEO-nya langsung," ujar karyawan tersebut dengan sopan.

Setibanya di Ruang CEO Butik fairy. "Permisi, ada yang ingin bertemu dengan Anda," seru karyawan ketika pintu ruangan terbuka sedikit.

"Izinkan," sahut sang CEO dari balik meja kerjanya yang rapi.

"Selamat siang," ucap Manda, mendorong pintu agar lebih terbuka dan melangkah masuk.

"Wah, silakan duduk!" kejut Ryu na saat melihat Manda, senyumnya mengembang dengan antusias.

"Emm, apakah tawaran itu masih berlaku?" tanya Manda ragu-ragu, duduk di kursi yang disediakan.

"Tentu saja! Aku sangat menantikan kedatanganmu ini. Apa kau ingin menandatangani kontraknya sekarang juga?" tawar Ryu na sembari menyodorkan surat kontrak yang ada di atas meja.

"500 Juta Won?" Manda nampak terkejut saat membaca angka di surat kontrak tersebut.

"Apa terlalu sedikit? Aku akan menambahkannya. Kau juga bisa mendapatkan bonus," ujar Ryu na, tersenyum lebar.

"Tidak, ini kontrak yang besar, dan hanya tiga tahun?" tanya Manda masih dengan nada heran.

"Kau pantas mendapatkannya, ini bukanlah jumlah yang besar. Jadi terimalah!" balas Ryu na dengan meyakinkan.

"Anda langsung menyodorkan kontraknya tanpa berbasa-basi terlebih dulu?" tanya Manda sembari menandatangani surat kontrak tersebut.

"Saya sudah menantikan ini sejak lama, jadi sudah tidak sabar untuk bekerja sama dengan Anda," jawab Ryu na, matanya bersinar-sinar penuh semangat.

"Sepertinya jarak umur kita tidak terlalu jauh, panggil aku dengan nama saja," ujar Manda.

"Kau juga, Manda. Selamat atas bergabungnya kamu di butik kami," lanjut Ryu na sembari mengulurkan tangannya.

"Terima kasih kembali. Aku akan bekerja semampuku," ucap Manda dengan tulus, menerima uluran tangan Ryu na.

"Kau bisa mulai bekerja besok! Ini kartu aksesmu di butik ini, kau bisa keluar masuk kapan pun," Ryu na menyerahkan sebuah kartu kepada Manda.

"Baik, kalau begitu. Saya permisi," ujar Manda, tersenyum.

"Terima kasih, sampai jumpa besok," ucap Ryu na, antusias.

Keesokan hari, pukul 07:00 pagi, di Butik fairy.

"Sepertinya aku datang kepagian, masih sepi," gumam Manda dengan bahasa Indonesia, melihat sekeliling butik yang masih kosong.

Manda melihat banyak sekali baju cantik dengan berbagai model modern yang terpajang rapi. Ia menaiki tangga menuju lantai dua, dimana foto dan poster idol K-POP yang memakai jasa butik ini dipajang.

"Rupanya, butik ini sudah terkenal di kalangan semua Idol," gumamnya. Manda tidak menyangka akan bekerja di butik seterkenal ini. Di saat Manda tengah asyik melihat model baju yang terpajang, seseorang menepuk pundaknya. Manda pun terkejut dan berbalik.

"Kau sudah tiba? Apa kau menunggu lama?" tanya Ryu na saat melihat Manda.

Manda melihat jam yang kini pukul 09:30 pagi. "Ee, aku tiba pukul tujuh pagi," Gumamnya.

"Apa kau sudah menantikan pekerjaan ini?"

"Ku kira butik akan beroperasi lebih awal," ucap Manda dengan senyumannya.

"Butik akan beroperasi pukul sepuluh pagi, dan tutup pukul dua belas malam. Tapi, kau bisa datang ke butik ini sesuai jadwal pemotretan mu saja. Karena kau hanya model, kau tidak perlu datang sepagi ini kecuali saat meeting," Ryu na memberitahu Manda semuanya agar Ia lebih paham.

"Lalu, apa yang akan ku kerjakan hari ini?" tanyaku dengan perasaan malu.

"Hari ini, kita akan pemotretan. Kau bisa langsung menuju ruang rias, karyawan akan mengantarmu. Dan aku akan menunggumu di ruang ganti,"

Manda hanya menganggukkan kepalanya lalu berjalan mengikuti Karyawan yang menuntunnya ke arah ruangan tersebut.

Di ruang rias, cahaya dari lampu-lampu di sekitar cermin memantulkan kilauan lembut yang menerangi wajah Manda. Perias, seorang wanita bernama Eun Ja, mengamati setiap lekuk wajah Manda dengan mata penuh kekaguman. Tangannya yang terampil mengusap lembut kuas makeup, tapi hatinya ragu.

"Bahkan tanpa riasan pun, kau sudah sangat cantik. Aku takut riasanku merusak kecantikanmu," ucap Eun Ja dengan nada tulus, seakan-akan kejujuran itu membebani lidahnya.

Manda tertawa kecil, suaranya lembut dan menenangkan. "Lakukan saja, aku mungkin akan terlihat cantik dengan riasanmu," jawabnya, memberikan senyum manis yang menambah pesona alami wajahnya.

Eun Ja tersenyum, merasa sedikit lega. "Ryu Na memang tidak salah dalam memilih model secantik anda. Kalau modelnya secantik ini, bisa-bisa semua pakaian di butik ini akan habis terjual," katanya dengan nada bercanda, namun penuh pujian.

Manda tertawa lagi, kali ini lebih keras. "Itu aneh, aku bukan orang seperti itu," katanya, menutupi mulutnya dengan tangan untuk menahan tawa.

Eun Ja mengernyit bingung. "Mengapa orang secantik ini perlu dirias?" gumamnya, setengah pada dirinya sendiri.

"Mungkin agar tidak memalukan?" jawab Manda mendengar gumaman itu, senyumnya masih terukir di wajah.

Eun Ja mendongak, tatapannya penasaran. "Omong-omong, kau sepertinya bukan asli Korea. Asalmu dari mana?" tanyanya.

"Aku berasal dari Indonesia," jawab Manda dengan ramah, matanya bersinar dengan kebanggaan.

Eun Ja terkejut, matanya melebar. "Ha? Tidak mungkin orang Asia tenggara bisa secantik ini! Aku kira kamu orang Amerika atau Eropa," ujarnya tak percaya.

Manda tersenyum lembut. "Semua wanita juga cantik, jangan berlebihan," katanya dengan rendah hati.

"Itu benar, kau sangat cantik," kata Eun Ja sembari merias wajah Manda dengan hati-hati, seakan-akan setiap sentuhan kuas adalah seni.

Beberapa saat kemudian, Eun Ja mundur selangkah, memandangi hasil riasannya dengan kagum. "Wah! Ka-kau sangat cantik sekali!" serunya, matanya berbinar-binar.

Manda tersenyum puas. "Ini karena kemampuan meriasmu yang sangat baik," ujarnya memuji, membuat Eun Ja tersipu malu.

"Apakah aku bisa mengambil fotomu?" tanya Eun Ja sembari mengeluarkan ponselnya.

"Tentu saja, ayo kita mengambil foto bersama," jawab Manda, meraih tangan Eun Ja dan menariknya lebih dekat.

Di ruang ganti, Manda melangkah masuk, matanya menyapu sekeliling ruangan yang dipenuhi berbagai pakaian mewah. Seorang karyawan membuka pintu untuknya, dan suara riuh rendah mengisi ruangan ketika Ryu Na, pemilik butik, masuk dengan tepukan tangan meriah.

"Ini sangat menakjubkan! Luar biasa!" ucap Ryu Na kagum, tepukan tangannya masih bergema.

Semua mata tertuju pada Manda, membuatnya merasa sedikit tidak nyaman, meski sudah terbiasa dengan perhatian seperti itu. Dia mengangkat dagunya sedikit, berusaha menunjukkan percaya diri yang selalu menjadi andalannya.

"Ini tidak akan sulit bukan? Semua model baju akan terlihat sangat menarik di dirinya," kata Ryu Na kepada seorang stylish yang berdiri di sampingnya.

Stylish itu mengangguk setuju. "Ini benar-benar luar biasa! Bahkan, aku bisa melakukannya dengan menutup kedua mataku," katanya sembari tertawa.

Ryu Na menatap Manda dengan penuh kekaguman. "Kau sungguh luar biasa. Sekali lagi, terima kasih atas bergabungnya kamu di butik ini," katanya dengan tulus.

"Mari ikut denganku, aku akan menunjukkan model baju yang akan kau pakai untuk pemotretan," ujar stylish itu, mengarahkan Manda ke rak pakaian yang berderet rapi.

Di ruang pemotretan, lampu-lampu terang menyinari ruangan, menciptakan suasana profesional yang sibuk. Manda berdiri di tengah ruangan, dikelilingi oleh kru yang sibuk menyiapkan segala sesuatu.

Lagi dan lagi, semua orang yang berada di sana pun terkagum melihat kecantikan Manda yang luar biasa. Kecantikannya bak ratu dari khayangan.

Seorang pria mendekati Ryu Na dengan penasaran. "Di mana kau dapatkan model secantik ini?" tanyanya.

Ryu Na tersenyum puas. "Sangat sulit mendapatkannya. Jadi, aku sangat senang sekali ketika dia menyetujui kontraknya. Mari kita rayakan ini setelah semuanya selesai!" ujarnya penuh semangat.

Pria itu mengangguk. "Ku akui, kau mendapatkan keberuntungan kali ini. Baiklah, mari kita mulai pemotretannya," katanya, memimpin pemotretan hari itu.

Selama pemotretan, Manda terlihat sangat lihai dalam bergaya. Setiap gerakannya, setiap tatapan matanya, semuanya memukau. Waktu berjalan cepat, dan satu jam kemudian, pemotretan pun selesai.

"Kerja bagus!" seru Ryu Na sembari bertepuk tangan, menghargai usaha keras Manda.

Semua orang tersenyum senang setelah pemotretan selesai. Tak lama kemudian, Ryu Na menerima panggilan di ponselnya. "Ya?" sapanya.

"Hai, bagaimana dengan pemotretannya? Berjalan dengan baik?" tanya Kim Nam Gil di ujung telepon.

"Sangat baik!" jawab Ryu Na antusias.

"Bagaimana dengan modelnya? Siapa yang menjadi model kali ini?" tanya Nam Gil lagi.

"Datanglah, sebelum orangnya pergi," jawab Ryu Na, senyum misterius menghiasi wajahnya.

"Kau membuatku penasaran!" kata Nam Gil.

"Ayolah, dia tidak mungkin menunggumu untuk datang. Sampai jumpa!" ujar Ryu Na, tertawa kecil sebelum menutup telepon.

Beberapa saat kemudian, Manda yang duduk sendiri di sofa, sibuk memainkan game di ponselnya. Seorang Pria berjalan menghampiri dan duduk di dekatnya.

"Hari ini kau bekerja dengan sangat baik!" ujar Pria itu, memperkenalkan dirinya.

"Kenalkan, saya Han Yeon Go," katanya sembari mengulurkan tangan.

"Saya Manda, terima kasih atas pujiannya," jawab Manda sembari tersenyum, menjabat tangan Yeon Go.

Yeon Go menatap Manda dengan pandangan yang tidak sopan. "Kau berasal dari mana? Amerika atau Jepang?" tanyanya.

"Aku dari Indonesia," jawab Manda, tetap ramah meski merasa tidak nyaman.

Yeon Go mendekati Manda, mencoba meraba pahanya. Manda terkejut dan segera menghindar. Dari arah belakang, seorang Pria mendekat, menarik tangan Yeon Go dan memukulnya hingga babak belur. Suasana di ruangan pemotretan itu berubah tegang seketika.

"Berani sekali kau melecehkan wanita di tempat umum seperti ini!" teriak Nam Gil, lalu melayangkan pukulan lagi ke arah Yeon Go.

"Aku tidak melakukannya, itu tidak benar!" bantah Yeon Go dengan darah yang mengalir dari hidungnya.

"Jangan mengelak!" bentak Nam Gil, melanjutkan pukulannya.

Keadaan menjadi kacau. Semua orang di ruangan itu terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Hingga beberapa saat kemudian, Nam Gil akhirnya berhenti memukul, dan berdiri dengan napas terengah-engah. Yeon Go terkapar di lantai, wajahnya bengkak dan berdarah.

"Terima kasih," katanya pelan tanpa melihat ke arah Nam gil, suaranya bergetar.

Nam Gil mengangguk, melihat Manda dengan tatapan penuh perhatian. "Jangan khawatir," ujar Nam gil, suaranya lembut namun tegas.

Suasana kembali tenang, namun insiden tersebut meninggalkan kesan mendalam pada semua orang yang menyaksikannya.

...To be continued....

1
Iren Nursathi
makin syukka aku kasih vote untk mu thor
lalarahman23: Komentarmu menyemangati sekali💌
total 1 replies
Iren Nursathi
apa yg terjadi thor jngn sampe ya
Iren Nursathi
jangan sampe foto nya tersebar thor kasihan
lalarahman23
Ingin BAB tambahan? Tolong sukai dan beri komentar kalian, juga penilaian anda. Terimakasih sudah mengikuti kisah Mandalika 📌
Ana@&
lanjut
Iren Nursathi
aku tidak suka tokoh anin jauhkan thor sudah terlalu banyak masalah manda
Sad Grill
asik ceritanya
lalarahman23: Terimakasih, Bab ke atas lebih menarik lagi kak.
total 1 replies
Iren Nursathi
makin seru lanjuuuuut thor
lalarahman23: Terimakasih, Jangan lupa kasi ratingnya ya Kak🙏
total 1 replies
Bintangkehidupan
Semoga Authornya doyan Update!
Bintangkehidupan
Semangat Thor! Yuk updatenya banyakinn
Bintangkehidupan
Cepetan lanjuttt🙀
Bintangkehidupan
/Puke//Puke//Puke/
Bintangkehidupan
GOMBALLL
Bintangkehidupan
Kasian in yeop, manda kamu bener bener yaa🙉
Bintangkehidupan
/Panic//Panic//Panic/
Bintangkehidupan
kok di gigit🙈
Bintangkehidupan
Kasian banget umin, pasti tersiksa banget di tinggalin manda. mana nikah sama sikopet it lagi. ngeri nasipmu
Bintangkehidupan
Padahal si mama itu dah bener, harusnya Manda move on, ini malah nekat balik lagi
Bintangkehidupan
Doohyun itu dari awal emang sebenernya suka sih sama manda, tapi ketutup sama sikapnya yang dingin.
Bintangkehidupan
/Whimper//Whimper//Whimper/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!