"Penting kah pak?" Tanya Hana dengan suara yang datar, berusaha biasa saja.
Pak Arman menganggukkan kepala.
"Sebentar saja, saya mohon" lirihnya.
Hana yang tanpa respon dianggap Arman menyetujui permohonan nya.
Arman dengan sigap menunjuk sebuah meja panjang yang terletak persis di samping pintu keluar kafe.
"Disini ya..." Ucap nya.
Hana mengangguk dan kembali duduk meletakkan tas ranselnya.
Sebelum duduk, Pak Arman terlihat seperti memberi kode kepada pelayan di dalam, seperti nya sedang memesan sesuatu.
Mereka duduk berdampingan menghadap jendela.
"Jadi gini Hana.. saya ingin kamu menjadi istri saya.." ucap pak Arman tanpa basa-basi sedikit pun.
"Apa! Istri?" Dengan suara yang agak keras melengking, Hana di buatnya kaget bukan kepalang.
Suaranya membuat orang - orang di sekelilingnya menoleh ke arah mereka.
"Iyaa istri" kata Arman kembali mengulang kata istri dengan lembut sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yani_AZM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Bingkisan Yang Banyak!
Di buka nya bagasi bagian belakang mobil, Arman mengeluarkan beberapa bingkisan.
Sehingga Arman harus mondar mandir sebanyak 3 kali.
Pertama Arman datang membawa 2 buah parsel buah yang terlihat segar dan cantik.
Lalu kembali lagi, dengan 2 kantong goodie bag berukuran besar berisi macam - macam sembako.
Yang ketiga Arman datang dengan 2 box bolu coklat dan keju, yang sering kali Hana beli.
Hana dan semua keluarga nya di buat melongo dengan bawaan yang di bawa untuk menjenguk, sehingga tak ada gerakan untuk membantu nya.
"Ya ampun! Banyak sekali.. Ini datang menjenguk atau melamar!" ucap Nina keceplosan sambil menggaruk-garuk dahi nya yang tidak gatal.
"Aduh jangan begitu mbak Nina, ini hanya sedikit untuk menjenguk bapak... Semoga Bermanfaat.." kata Bu manda dengan santun.
"Kami pasti akan datang lagi untuk meminang gadis mungil ini... jangan kemana - mana yaaa sayang" kata Bu Manda sambil merangkul Hana sejak tadi.
Hana kembali memberikan senyum malu - malu nya itu.
Dalam hati Hana, "Mereka datang untuk menjenguk atau mengikat ku?" pikir Hana dengan pe-de nya.
Hana bingung harus menjawab apa.
Setelah selesai Arman menaruh semua bingkisan dari mami Manda di atas meja, Hana pun berkata.
"Hmm mami dan papi.. Juga kamu mas Arman.. terimakasih banyak atas kunjungan dan bingkisan yang banyak ini.. Maafkan kami kalau ada kurang dalam penyuguhan dan layanan kami sebagai tuan rumah.." ucap Hana dengan hati - hati di samping mami.
"Oh, ngga apa-apa kok. Ini semua sudah lebih dari cukup. Yang di sajikan juga rasa nya enak - enak semu.. Semoga kedepan nya kita bisa lebih dekat lagi menjalin silaturahmi nya ya.. " kata mami menjawab.
Bapak Malik, Hana, dan ketiga Kaka Hana membalas dengan senyum.
"Ya sudah kita pamit dulu ya" kata Arya menjulurkan tangan nya ke arah pak Malik.
Pak Malik pun menangkap jabatan tangan tersebut.
"Terimakasih kasih banyak ya pak Arya, dan Bu Manda.. Semoga rejeki kalian semakin berkah" kata Malik sambil berjabat tangan dengan kedua nya.
Tak lupa pula dengan Kaka - Kaka Hana yang bergantian untuk bersalaman dan menghantar kan tamu keluar rumah, sampai mereka semua masuk ke dalam mobil.
Sampai mobil itu berlalu.
Tiba - tiba, Hana mendadak berteriak saat berjalan masuk ke dalam kamar nya meninggalkan mereka di luar.
Bapak, dan ke tiga Kaka nya merasa heran kepada sikap Hana.
"Kenapa dia?" Tanya mbak Yaya yang memperhatikan Hana sampai Hana masuk ke dalam kamar nya.
"Paling lagi peregangan otot karena dari tadi menjadi patung hidup hehehe" ucap mba Fafa.
"Kasian sekali Anak yang tidak pernah pacaran itu! Belum genap 1 Minggu berpacaran, calon mertua nya sudah datang ke rumah" kata mbak Nina.
Bapak hanya bisa senyum - senyum sendiri, mendengar percakapan ketiga anak nya.
Mereka masuk kedalam rumah, dan menutup pintu, karena sedikit lagi adzan Maghrib berkumandang.
Bapak meminta kepada Fafa untuk di buat kan teh hangat saat itu.
"Fafa, tolong buat kan bapak teh hangat nak.. setelah itu bapak ingin sholat berjamaah sama kalian semua" ucap bapak.
Tapi Fafa menolak nya..
"Sholat sendiri dulu lah pak, bapak kan masih belum fit banget" ucap Fafa.
"Hari ini bapak senang sekali! bapak rasa, badan sakit bapak tak terasa sakit" ucap bapak meyakinkan Fafa.
Fafa pun menurutin bapak membuat kan teh hangat untuk mengisi energi nya.
Di waktu yang bersamaan, Nina membereskan segala hidangan sisa tamu tadi.
Sedangkan Yaya masuk ke dalam kamar Hana, sejak Hana masuk kamar, Yaya sangat penasaran mengapa Hana berteriak begitu.
*Pintu si buka.
Hana terlihat sedang menutup wajah nya dengan bantal.
"Loh, dek ngapain kamu" kata mbak Yaya membuka bantal di atas wajah Hana.
Saat bantal di angkat, terlihat wajah Hana merah padam. Kedua sudut mata nya turun kebawah.
"Kenapa kamu?" tanya Yaya lagi.
"Aku malu sekali mbak..." jawab Hana.
"Hahaha aku kira kenapa! Ya wajar lah memang begitu. Ngga ada tuh calon mantu yang langsung nempel rekat seperti lem sama calon mertua. Semua pasti melewati masa canggung dulu!" kata Yaya.
Hana langsung duduk dan menetapkan badanya dengan tegak.
"Masa si mbak?" kata hana dengan wajah yang mendekat, dekat sekali sampai hidungnya menyentuh hidung yaya.
Tangan Yaya memundurkan wajah Hana perlahan.
"Pengalaman!" kata Yaya singkat.
"Eh mbak.. Mbak.. aku mau nanya.." kata Hana.
Yaya hanya mengangkat alis nya.
"Memang nya aku mau di nikah-in ya?" tanya Hana.
"Ya emang nya kamu ngga mau nikah?" tanya Yaya lagi.
Hana hanya bergeming.
Tiba - tiba terdengar suara bapak memanggil untuk sholat berjamaah.
"Ayo dipersiapkan sajadah nya" ucap bapak agak sedikit teriak.
"Denger tuh, bapak ajak sholat berjamaah. Udah Ayuk keluar. Mendingan kamu berdoa sama tuhan, serah kan semua sama yang di atas. Ngga usah ikut ngatur.. Biar tuhan yang atur hidup ini.. Kewajiban kita hanya menjalani sebaik mungkin segala takdir" jelas mbak Yaya.
Pundak Hana turun sekejap. Ia hanya berkedap - kedip menatap mbak Yaya. Wajahnya terlihat cemas dan bingung.
"Ayok dek! Malah bengong!" kata Yaya lagi sambil menarik tangan Hana keluar kamar.
Sekeluarga itu langsung melaksanakan sholat berjamaah.
Mereka juga mendoakan Hana, agar Hana mendapatkan petunjuk dari kegalauan nya.
Selesai beribadah, Mbak Nina langsung mengajak adik - adik nya untuk membuka bingkisan dari Arman tadi.
"Dek, mau kemana?" tanya Nina menghentikan langkah Hana yang akan keluar rumah setelah membereskan pakaian sholat nya.
"Mau ke rumah Gita.." jawab Hana.
"Sebentar.. sebentar... Ayo bantuin mbak dulu bongkar bingkisan ini, lalu bawa sebagian ke rumah Gita" kata Nina.
Hana menurut saja, ia kembali memutar badan nya masuk ke dalam dan duduk di kursi ruang tamu.
Mbak Nina mengambil wadah untuk menyisihkan beberapa buah yang segar untuk di bagikan ke rumah Gita dan sebagian untuk stok di rumah.
"Ya tuhan, ini banyak banget sembako nya.. Coba yaya tolong ambil kan itu goodie bag satu lagi, apa isinya?" kata Nina.
Yay dan Fafa kompak mengangkat goodie bag besar itu dan membuka nya.
Ternyata isinya berbagai cemilan Snack ringan dan 2 box coklat Silverqueen.
"Mbak mau satu mbak" pinta Hana menunjuk coklat Silverqueen itu.
Mbak Nina melempar 1 batang coklat ke arah Hana, Hana pun dengan tangkas menangkap nya.
Terlihat, Kedua sudut mata dan kedua sudut bibir Hana masih turun. Wajah nya masih galau sekali di perhatikan.
"Sudah lah dek, kamu galau sekali sih.. Toh calon mu itu sudah jelas. Jelas gantengnya, jelas keluarga nya, jelas sifat nya, jelas asal usul nya" kata Nina.
"Jelas juga sumber kekayaan nya" mbak Fafa nyeletuk sambil memakan bolu keju yang dibawa kan oleh Arman.
"Mbak...." panggil hana ke mbak Nina.
Mbak Nina hanya melirik sebentar dan kembali lagi pada buah yang di sisihkan.
"Aku ngga di nikah kan bulan ini kan mbak?" tanya Hana.
Terdengar suara tawa mbak Yaya dan mbak Fafa yang terpingkal - pingkal karena pertanyaan Hana itu.
"Ya urusan kapan nya itu ya terserah kamu dan Arman lah dek!" jawab Nina santai.
Hana hanya bergeming.
"Yasudah ini, kamu berikan pada bude meta ya.." mbak Nina memberikan goodie bag berisi beberapa buah, dan beberapa sembako.
Hana langsung mengambil nya dan bergegas ke rumah Gita.