NovelToon NovelToon
Happiness

Happiness

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali / Office Romance
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Early Zee

Rasanya menjadi prioritas utama bagi seseorang adalah suatu keberuntungan. Canda tawa dan bahagia selalu membersamai mereka dalam hubungan yang sehat ini, hingga membuat keduanya tidak berhenti bersyukur.

Hari demi hari kita lalui dengan berbagai cerita. Saat itu, semua masih terasa baik-baik saja. Hingga tanpa kita sadari, satu persatu masalah mulai menghiasi hubungan ini.

Awalnya kita mampu bertahan di tengah badai yang sangat kuat. Tetapi nyatanya semakin kita kuat, badai itu semakin menggila. Kiranya kita akan bisa bertahan, ternyata kita salah.

Hubungan yang sudah kita jalin dengan baik dan banyak cerita bahagia di dalamnya, dengan sangat terpaksa kita akhiri. Badai itu benar-benar sangat dahsyat! Kita tidak mampu, kita menyerah sebab lelah.

Dan syukurlah tuhan tidak tidur, kebahagiaan yang di renggut paksa oleh seseorang kini telah di kembalikan. Kisah kita kembali terukir hingga menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya dalam ikatan pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Early Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22

Malam ini, Jeno membawa Naureen untuk bertemu dengan papa dan mama-nya. Mereka sudah berjanji untuk makan malam bersama. Selain itu mama Jeno juga meminta Naureen dengan khusus untuk menemaninya berbelanja. Sudah lama sejak terakhir kali beliau berbelanja. Dan syukur-nya kali ini ada calon menantu yang menemaninya.

Di sebuah restauran, mereka sudah duduk teratur saling berhadapan. Jeno dengan Naureen duduk berdampingan menghadap sang mama papa. Mereka mulai menyantap hidangan yang sudah tersaji disana.

"Naureen, sayang. Jeno sudah cerita semuanya ke mama papa." Ucap mama Jeno, mengawali pembicaraan mereka.

"Cerita soal apa ma?" Tanya Naureen.

"Soal kalian yang sudah sepakat untuk menikah." Sahut mama seraya tersenyum.

"Iya. Mengenai itu, bagaimana kalau kita adakan pertunangan dulu dalam waktu dekat ini?" Ucap papa, sangat antusias.

Jeno tersenyum. Ia salah tingkah diajak berdiskusi mengenai pernikahannya sendiri. Wajahnya masih tertunduk, malu.

"Tunangan? Dalam waktu dekat pa?" Seru Naureen. Ia membelalakkan matanya. Melirik Jeno yang hanya tertunduk sejak tadi. Naureen pun ikut salah tingkah saat melihat Jeno mengulum senyum.

"Sayang. Kok diam aja?" Tanya Naureen seraya berbisik sambil menggoyangkan bahu Jeno.

"Sebentar sayang, aku lagi salting." Sahut Jeno. Astaga, pria dewasa seperti Jeno kenapa bisa menggemaskan sekali.

Naureen refleks tertawa, begitu juga dengan mama dan papa yang mendengarnya.

"Kamu kayak anak muda aja, No." Celetuk papa yang hanya bisa geleng-geleng. Memang benar ya, buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya. Anak dan papa sama, sama-sama berhati lembut, baik dan selalu menghargai wanita. Juga sama-sama mudah salah tingkah.

"Sudah, No. Ayo fokus lagi." Sambungnya. Menghentikan tawa semua orang.

"Baik pa." Kata Jeno.

"Jadi, kalau memang kalian sudah serius segeralah tunangan. Atau langsung menikah akan jauh lebih baik." Tutur papa.

Jeno dan Naureen membelalakkan matanya. Mereka terkejut bukan main. Dari yang semula membahas pertunangan tiba-tiba menjadi pernikahan.

Memang si, mereka sudah siap untuk menikah. Tetapi keduanya sudah sepakat untuk menikah di hari yang sudah mereka tentukan.

"Kita akan tunangan dulu pa. Karena Jeno dan Naureen sudah sepakat untuk menikah di hari ulang tahun Naureen." Jelas Jeno. Naureen mengangguk, mengiyakan.

"Oh, kalian sudah tentukan harinya? Kapan ulang tahun Naureen?" Tanya mama. Si paling antusias jika membahas masalah pernikahan. Terlebih calon menantunya adalah Naureen.

"Oktober ma." Sahut Naureen.

"Hanya tersisa 5 bulan lagi sampai harinya. Jadi, ya... Kita tunangan dulu pa." Kata Jeno.

"Baik. Kalau begitu, Naureen tolong sampaikan ke ayah mu nak. Pekan depan kita akan datang melamar. Tapi hanya keluarga inti dan adik papa saja." Ucap papa.

Speechless. Naureen merasa seperti sedang bermimpi. Dulu ia selalu cuek sama lelaki, dan bahkan sudah bertahun-tahun menyendiri. Sekarang, moment penting bernama pernikahan itu akan segera nyata. Meskipun belum melewati masa pertunangan, tapi tetap saja. Dia bahagia sekali.

...***...

Akhir pekan yang penuh kebahagiaan itu sudah usai. Kini Naureen harus menghadapi kenyataan lagi untuk bekerja keras.

Dia sudah siap dengan segala sesuatunya. Langkah terakhir dari persiapannya pagi itu adalah parfum. Wangi semerbak khas-nya sudah mengisi ruangan itu. Sekarang Naureen sudah benar-benar siap.

Ia melangkahkan kaki menuju ruang makan untuk berpamitan. Disana sudah ada sang ayah yang baru saja selesai sarapan. Nico, dia sudah berangkat kuliah. Dan kini saatnya Naureen yang berangkat bekerja.

Setelah berpamitan, Naureen berjalan ke halaman rumahnya. Menunggu Jeno yang seharusnya sudah sampai. Dia berdiri di balik pagar rumah selagi menunggu kekasihnya. Dia tidak sendiri, tetapi dengan rasa cemas. Dia khawatir terjadi sesuatu dengan Jeno, karena sebelumnya Jeno tidak pernah telat seperti ini menjemputnya. Jeno selalu tiba setengah jam sebelum berangkat.

Tapi syukurnya rasa khawatir itu tidak terlalu lama menguasai dirinya. Saat ini Naureen sedang tersenyum, setelah mobil Jeno mulai terlihat dari kejauhan. Dia lega, syukurlah.

Dan tidak menunggu lama lagi, mereka pun segera berangkat.

___

Sesampainya di kantor. Naureen berlari kecil setelah memasuki ruangan. Ia dengan segera menghidupkan monitor di hadapannya. Duduk dan mulai mengambil satu berkas untuk di kerjakan.

Tidak ada kopi pagi ini, rasanya dia hanya akan membuang-buang waktu kalau harus mampir ke cafe dulu. Tapi keberuntungan kembali memihaknya.

"Nauu. Titipan dari pak Jeno." Ucap Fey. Dia baru saja tiba sambil membawa beberapa kopi yang ternyata pemberian Jeno.

"Pas banget. Thank you." Kata Naureen.

Setelah mengambil kopinya, Naureen kembali memaku pandangan pada layar monitornya. Dia kembali fokus mengerjakan berkas yang di pegangnya setelah menyeruput kopi.

Fey, cukup lama memperhatikan Naureen. Ada rasa khawatir yang terpancar dari bola matanya. Dia merasa kasihan dengan Naureen yang saat ini tengah menjadi tum-bal dari permainan Mira. Fey geram jika mengingat itu.

"Woy!" Sean mengejutkan Fey yang tengah memperhatikan Naureen. Pria dewasa yang kekanakan itu menepuk punggung Fey dan membuatnya kesal.

"Ish!" Seru Fey sambil menunjukkan kepalan tangannya. Ia kaget bukan main.

"Makanya masih pagi jangan melamun." Ucap Sean yang sudah duduk di tempatnya.

"Gue enggak melamun. Cuma kasihan aja sama nih anak." Sahut Fey sambil menunjuk Naureen.

"Oh iya! Hari ini ya Nauu?" Seru Sean. Dia baru ingat kalau hari ini Naureen harus menyerahkan semua berkas yang di berikan oleh Mira.

Naureen hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun.

"Huh." Sean menghela nafas kasar. Dia juga sama seperti Fey, merasa kasihan dengan temannya itu.

"Udah lah Nauu, enggak usah di paksa. Toh beberapa menit lagi lo bakal serahin semua berkas itu, termasuk yang belum selesai. Dan lo akan tetap kena marah." Ucap Sean.

"Setidaknya satu berkas ini selesai. Jadi yang tersisa enggak terlalu banyak." Sahut Naureen.

"Tetap aja Nauu." Sean menggigit bibirnya. Dia semakin kesal. Terlebih Naureen, sahabatnya itu keras kepala.

Beberapa menit kemudian, Naureen sudah selesai dengan pekerjaannya. Ia merapihkan kembali berkas-berkas yang sudah ia kerjakan. Lalu segera pergi untuk menemui kepala timnya.

___

Di ruang kerja bu Novi. Naureen yang selalu tersenyum itu berdiri dan memberikan berkas-berkas itu dengan tanpa rasa takut sedikit pun.

"Selesai Nauu?" Tanya bu Novi.

Naureen menggeleng sambil terseyum.

"Masih ada beberapa yang belum sempat di kerjakan bu." Sahut Naureen.

Bu Novi menghela nafas. Ia sangat menyayangkan dengan apa yang harus di alami Naureen. Bu Novi sangat mempercayai Naureen, tapi dia masih bingung kenapa Mira sampai bertindak seperti ini. Alih-alih menanyakan alasannya, bu Novi memilih diam dan mengikuti saja perintah atasannya. Meskipun sebenarnya ia juga merasa kasihan kepada staff kesayangannya itu.

"Maaf ya Nauu, saya tidak bisa berbuat banyak. Saya menyesali hal ini terjadi sama kamu." Ucap bu Novi penuh penyesalan.

"Tidak apa bu. Saya juga tidak tahu alasan sebenarnya, tapi selagi memang itu yang di perintahkan. Sebisa mungkin saya tetap harus mengerjakannya." Ucap Naureen. Legowo.

"Ya sudah Nauu. Saya akan berikan semua berkas ini ke bu Mira. Apa yang terjadi setelah ini, saya benar-benar minta maaf."

"Iya bu. Santai aja. Saya enggak apa-apa kok." Kata Naureen. Dia benar-benar dengan sukarela menyerahkan dirinya untuk menjadi mainan untuk si Mira itu.

...***...

1
Vanni Sr
bru up kk?
Vanni Sr
masa cm 1 up ny😩
anggita
👌oke Thor, terus berkarya semoga novelnya sukses banyak pembaca.
anggita
like👍utk Naureen, Jeno. ☝iklan utk Author.
anggita
hari senin kerjo maneh... pancen males🥴
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!