NovelToon NovelToon
Lovestruck In The City

Lovestruck In The City

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Keluarga / Karir / Romansa / Bapak rumah tangga / Office Romance
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Bagi beberapa orang, Jakarta adalah tempat menaruh harapan. Tempat mewujudkan beragam asa yang dirajut sedemikian rupa dari kampung halaman.

Namun, bagi Ageeta Mehrani, Jakarta lebih dari itu. Ia adalah kolase dari banyak kejadian. Tempatnya menangis dan tertawa. Tempatnya jatuh, untuk kemudian bangkit lagi dengan kaki-kaki yang tumbuh lebih hebat. Juga, tempatnya menemukan cinta dan mimpi-mimpi baru.

“Kata siapa Ibukota lebih kejam daripada ibu tiri? Kalau katamu begitu, mungkin kamu belum bertemu dengan seseorang yang akan membuatmu menyadari bahwa Jakarta bukan sekadar kota bising penuh debu.”—Ageeta Mehrani, 2024

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Weekend Together

Tidak sekali pun pernah di kepala Ageeta, ada bayangan untuk bisa masuk ke dalam hidup Reno sampai sejauh ini. Dibawa ke rumahnya, diperkenalkan kepada keluarga kecilnya, serta diizinkan untuk tahu sepenggal kisah yang tidak bisa diceritakan kepada sembarang orang.

Sejak kali pertama menyadari perasaannya terhadap lelaki itu pun, Ageeta hanya menganggapnya sebagai sesuatu yang menyenangkan. Sebuah motivasi kecil untuk membantunya lebih bersemangat berangkat ke kantor; demi bisa bertemu dengan Reno. Tidak ada dalam angannya untuk bisa diterima, untuk perasaannya disambut dengan baik sebab sadar ada banyak sekali hal dari mereka yang berbeda.

Sekarang, ketika posisinya sudah ada di tempat yang jauh sekali dari dugaan, Ageeta merasa senang. Bukan untuk menjadi besar kepala lantas menginginkan lebih, dia justru merasa cukup.

“Kalau weekend, kamu biasanya ngapain aja di rumah?” Theresa bertanya sambil membawakan sepiring penuh puding cokelat. Mereka sedang bersantai di backyard sekarang, duduk di kursi-kursi kayu yang mengelilingi satu meja bundar di pusat taman, menikmati matahari jam sembilan pagi sambil menyaksikan Reno berjibaku dengan ikan-ikan di kolam.

“Nggak banyak, Mi. Kalau nggak lagi pengin keluar untuk jalan, saya biasanya cuma rebahan,” jawab Ageeta.

Berbeda dengan keadaan awal ketika baru pertama menginjakkan kaki di rumah ini semalam, sekarang Ageeta sudah tidak lagi merasa canggung. Theresa memperlakukannya dengan baik, begitu juga dengan Scarlett. Gadis cantik itu bahkan terus menempel dengannya, mengikuti ke mana saja ia pergi sambil berceloteh menceritakan banyak hal.

Theresa menganggukkan kepala atas jawaban itu, lalu setelah melahap sepotong puding, ia kembali bersuara. “Kamu suka berkebun, nggak?” tanyanya di sela-sela kegiatannya mengunyah.

Ageeta ikut menyantap puding sambil berpikir sebentar. “Belum pernah coba, tapi mungkin akan suka,” jawabnya.

Menanam sayur-mayur dan beberapa jenis bunga kedengarannya menyenangkan. Ageeta bukannya tidak mau mencoba, hanya saja belum ada waktu dan kesempatannya. Rumah Uti di kampung dulu tidak memiliki lahan yang cukup untuk dipakai berkebun, sedangkan rumah kontrakannya yang sekarang jelas tidak bisa digunakan semena-mena karena masih hak milik sang empunya.

“Kalau gitu, gimana kalau minggu depan kita mulai berkebun? Mami rencananya mau tanam beberapa jenis bunga di taman samping.” Setiap kata yang keluar dari bibir Theresa, diiringi binar terang dari kedua matanya. Membuat Ageeta tidak kuasa untuk menolak. Kepala gadis itu naik turun sebagai jawaban, disambut seruan senang oleh Theresa, yang lantas ditertawakan oleh Scarlett.

“Oma heboh, deh,” celetuk anak itu. Kedua tangannya memegang puding, bibirnya juga masih asyik mengunyah, tapi soal meroasting neneknya jelas tidak boleh dilewatkan begitu saja.

Theresa hanya menanggapi ejekan Scarlett dengan sebuah tepukan pelan di kening sang gadis kecil, membuat empunya merengut sebentar, kemudian keduanya serempak tertawa lepas.

Ageeta ikutan tersenyum melihat interaksi antara nenek dan cucu tersebut, karena dalam beberapa momen, ia seperti sedang melihat dirinya bersama Uti dulu. Mereka juga sedekat itu. Uti selalu menjadi garda terdepan untuk membelanya, tetapi juga sekaligus menjadi orang pertama yang selalu gemar menjahili, sampai kadang-kadang membuat Ageeta menangis sesenggukan. Kalau sudah menangis, tugas Kakung adalah untuk menenangkan.

Meninggalkan Scarlett dan Theresa yang mulai berkutat dengan kegiatannya, Ageeta izin meninggalkan tempat untuk beralih ke seberang. Kalau diperhatikan sejak tadi, Reno kelihatan kepayahan mengurus ikan-ikan di kolam yang hendak dipindahkan ke kolam lain. Ageeta datang menghampirinya, menawarkan bantuan.

“Yang mana aja yang mau dipindahin, Pak?” tanyanya

Mungkin karena kedatangannya yang tiba-tiba, Reno kelihatan terkejut ketika menolehkan kepala. Meski tidak terlalu heboh, lelaki itu juga kedapatan terlonjak.

“Yang warna merah-oranye ini,” jawabnya, seraya menunjukkan kepada Ageeta enam ekor ikan yang sudah berhasil dievakuasi dan ditampung sementara di dalam ember.

Ageeta menganggukkan kepala mengerti. Tanpa membuang waktu, meraih serokan lain di dekat kolam dan mulai membantu. Dalam sekejap saja ia sudah asyik memindahkan ikan-ikan, sampai-sampai membuatnya tidak sadar bahwa setiap pergerakan yang dia lakukan, diperhatikan dengan begitu saksama oleh Reno.

Lelaki itu sama sekali tidak mengalihkan pandangannya, terpaku dan terkagum bak sedang melihat sesuatu yang menakjubkan. Lalu diam-diam, dirabanya dadanya sendiri, mulai merasakan getaran-getaran yang sudah lama tak ia rasakan.

“Wah, mereka lucu banget, ya Pak! Cantik dan lucu!” celoteh Ageeta di tengah kegiatannya.

“Iya, cantik dan lucu,” sahut Reno dengan suara pelan. Sebab, bukan ikannya yang ia amini sebagai cantik dan lucu, melainkan Ageeta. Kamu, Git. Kamu cantik dan lucu.

...****************...

Reno tidak pernah menduga bahwa memulangkan Ageeta kembali ke rumahnya setelah menginap satu malam akan memunculkan drama sebegini hebohnya. Scarlett yang sejak pagi memang sudah mengekor ke mana saja gadis itu pergi, kini menggelendot begitu erat di kakinya. Enggan membiarkan langkah gadis itu terajut untuk meninggalkan teras barang hanya sejengkal.

“Kak Ageeta harus pulang,” bujuk Reno, tetapi agaknya tidak mempan. Karena alih-alih menurut, anak itu malah semakin mengeratkan pelukan di kaki Ageeta, sambil melotot ke arah Reno seolah-olah ayahnya adalah seorang kriminal.

“Sayang, tolonglah. Besok kita juga harus ke rumah Opa, nggak mungkin dong Kak Ageeta kita tinggalin di rumah?” Reno mengiba. Biasanya, langkah ini akan manjur. Sama seperti dirinya yang tidak bisa menolak ketika Scarlett sudah menunjukkan raut melas, anak itu pun begitu.

“Nggak mau, Papi. Scarlett mau sama Kak Ageeta.” Sialnya, Scarlett malah balik merengek. Bibirnya sudah maju beberapa senti, bola-bola matanya yang bulat dan terang mulai berair, suaranya bergetar—hendak menangis.

Reno menghela napas rendah, mencoba meminta bantuan kepada Theresa yang sedari tadi hanya diam menyaksikan drama pemulangan ini berlangsung hampir setengah jam lamanya. Melalui tatapan matanya yang hopeless, ia hendak berkata, “Mi, tolonglah, nggak mungkin Ageeta nginep di sini lagi.”

Tetapi agaknya, Dewi Fortuna sedang enggan beradu mesra dengannya. Bantuan yang dia harapkan datang dari Theresa tak kunjung diberikan, wanita itu malah ikut-ikutan membujuk Ageeta agar menginap semalam lagi. Katanya, tidak masalah kalau Reno dan Scarlett harus pergi besok, dia akan menemani Ageeta di rumah. Hitung-hitung melaksanakan agenda girls time, katanya.

“Nggak bisa, Ageeta juga perlu waktu buat dirinya sendiri. Dia perlu me time, Mami jangan egois,” cetus Reno. Mulai kehabisan kesabaran, ia nekat mengambil alih tubuh Scarlett yang menggelendot di kaki Ageeta. Diangkatnya tubuh kecil itu, lalu dioper kepada Theresa. Setelahnya, ia beralih menyambar tangan Ageeta, menggandengnya.

“Minggu depan Kak Ageeta ke sini lagi, kalian bisa main sepuasnya.” Pada Scarlett yang mulai tantrum, ia mencoba memberikan pengertian.

Sang gadis kecil tidak menjawab. Sorot matanya sarat akan keragu-raguan. Agaknya tidak percaya kalau ayahnya akan membawa teman barunya datang lagi ke sini di lain kesempatan.

“Papi enggak bohong,” kata Reno dengan kedua jari terangkat membentuk huruf V.

Tak lama dari itu, Ageeta juga turut menimpali, “Iya, minggu depan Kak Ageeta ke sini lagi. Kan, kita mau berkebun sama Oma,” ucapnya dengan suara selembut sutra. Bibirnya juga tersenyum, matanya menatap teduh.

Ajaibnya, sebaris kalimat itu saja sudah berhasil membuat Scarlett menganggukkan kepala. Entah Reno harus merasa sedih atau senang, karena sebelum ini, tidak pernah ada yang bisa membujuk Scarlett selain dirinya.

“Kalau gitu, see you next week, Kakak.” Scarlett melambaikan tangannya.

Ageeta membalas, lalu tidak punya waktu lagi untuk ini-itu karena tangannya sudah lebih dulu ditarik oleh Reno, dibawa menjauh menuju mobil lelaki itu.

“Maafin Scarlett ya, dia kalau udah cocok sama orang memang suka jadi clingy begitu,” kata Reno usai mendudukkan diri di kursi kemudi dan memastikan safety belt sudah terpasang dengan benar di tubuh Ageeta.

Menanggapi permintaan maaf itu, Ageeta mengulas senyum lembut. “No problem, Pak. Saya senang kehadiran saya bisa diterima sama Scarlett. Tadinya, saya malah khawatir kalau dia nggak akan mau dekat-dekat sama saya.”

Reno terkekeh pelan sambil menggelengkan kepala, lantas mulai melajukan mobilnya. “Scarlett itu the real definition of social butterfly, there is no way she doesn’t like you. Saya cuma nggak expect aja bisa sampai se-clingy itu,” tuturnya.

“She must be her mom’s copy, I guess,” celetuk Ageeta tiba-tiba, agak melompat dari konteks, sontak membuat Reno mengernyit.

“Kenapa mikir begitu?” tanyanya.

Ageeta tersenyum jahil. “Soalnya Pak Reno kan galak dan tukang marah-marah, nggak friendly sama sekali.” Lantas tertawa renyah atas pemikirannya sendiri.

Kalau di hari-hari biasa, sebuah pukulan pasti akan mendarat di kepalanya sebagai hadiah. Tetapi sore ini, alih-alih pukulan, Ageeta malah mendapati Reno ikutan tergelak. Seakan lelaki itu setuju dengan statement yang ia berikan, dan tidak ada alasan untuk mendebat.

Di tengah tawa mereka yang mengudara di dalam mobil, interupsi kemudian datang dari ponsel Ageeta yang berdering. Sang gadis meredam tawanya, disusul Reno tak lama kemudian. Setelahnya, ketika ponsel dikeluarkan dari dalam tas dan diperiksa siapa yang memanggil, rupanya itu adalah Laras.

"Mbak Laras," gumam Ageeta, lalu detik berikutnya menggeser log hijau dan mulai menyapa.

"Kamu pulang jam berapa? Aku mau ke rumah, anterin Rooney sama mobilnya Pak Reno." Laras dari seberang berbicara dengan latar belakang suara yang ribut. Ageeta menduga perempuan itu sedang berada di area jalanan yang ramai. Mungkin juga sedang menyetir seperti dirinya sekarang.

"Ini lagi on the way," jawab Ageeta.

"Oh, ya bagus! Kalau gitu aku langsung jalan ya ke rumah!"

"Iy--" belum lengkap diucap, telepon sudah lebih dulu diputus. Ageeta membawa ponselnya ke depan wajah, lantas melanjutkan, "Ya...." dengan suara super pelan.

Reno dari balik kemudinya melirik sekilas, mengulum senyum menyaksikan ekspresi kebingungan di wajah Ageeta karena Laras yang sekonyong-konyong memutus telepon begitu saja. Meski bibirnya gatal ingin bicara, namun ia tahan sekuat tenaga. Kakinya hanya menginjak pedal gas lebih dalam, membawa mobil melaju lebih jauh dengan suara dumelan Ageeta yang menggemaskan sebagai latar belakang.

Bersambung....

1
F.T Zira
lha... gak sadar main nyelonong😅😅😅..
ninggalin 🌹 dulu buat ka author✌️✌️✌️
Zenun
Tidur aja, Renonya lagi kena pelet masa lalu😁. Tapi dia lagi di obatin sama Noa sama Laras kok
nowitsrain: Atuh nggak bisa goyang
Zenun: ehehehehe, digoyangin aja
total 5 replies
Zenun
tuh dengerin Ren
nowitsrain: Iyaaa
Zenun: ya ampun, se-rombeng itukah kuping Reo
total 5 replies
Dewi Payang
Untung bukan roh jahat🤣🤣
Dewi Payang: wkwk🤣
nowitsrain: Roh jahat mah udah dipaten sama Pak Ruben
total 2 replies
Dewi Payang
Sisa hidup kamu Ren.... ingat kata2 itu Ren....😄😄
Dewi Payang: 😄😄😄😄😄
nowitsrain: Iya tuuu
total 2 replies
Dewi Payang
Jangan, tar kamu jadi kuda lumping Ren
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣
nowitsrain: Wkwk mau debus dia kak
total 2 replies
Alesha Qonita
baca judulnya mirip sama drakornya babang ichang dan mami Ji-won 😂, Yangyang couple 🤭
Dewi Payang
sepupuan yaa saama si Laras?
nowitsrain: Bukan Kak hehe
total 1 replies
Dewi Payang
Untuk selalu ada? What? Aduh Ren....
Dewi Payang: 🥺🥺🥺🥺🥺🥺
nowitsrain: Sebagai sesama manusia 😭
total 2 replies
Nana Hazie
kenapa teresa nggak suka banget ma clarisa ya
Aresteia
good
esterinalee
luar biasa
Zenun
tuh kan tuh kan
nowitsrain: Salahhhhhh sayangkuuu
Zenun: iiiihh bener itu
total 5 replies
Zenun
setelin lagi last child coba
Zenun: penantian😄
nowitsrain: Wkwk lagu yang mana nih yang cocok untuk menggambarkan suasana suram ini
total 2 replies
Zenun
ada mah, di dengkul hehe
Zenun: hihihihi
nowitsrain: Wow, pantes...
total 2 replies
Zenun
lagi begulet jangan-jangan
Zenun: nyok 🏃‍♀️
nowitsrain: Astaghfirullah... ayo kita grebek!
total 2 replies
Zenun
Omelin mak. Reno masih aja bermain-main sama masa lalu hihihi
Zenun: Reno sukanya nyari kuman nih
nowitsrain: Emang sukanya nyari penyakit
total 2 replies
Dewi Payang
Ren.... Ren... bisa ga sih, ga usah pake peluk2 gitu.....
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣👍
nowitsrain: Bener sih ini...
total 6 replies
Dewi Payang
Seperti Clarissa bakalan lama deh Mam,🤭
nowitsrain: Betul...
Dewi Payang: Dia memang gak jahat kak, tapi situasi akan membuat dia terlihat jahat karena berada diantara Reno dan Ageeta, iya gak kak....
total 7 replies
Dewi Payang
Baru baca fikirannya si Mami, kok udah buat aku antipati sama si Clarissa🤭
nowitsrain: 😌😌 begitulah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!