NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Abi

Jodoh Pilihan Abi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Pelakor jahat
Popularitas:78.6k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nur Halimah

Sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya, malam itu adalah pertama kalinya Abi membentak Zahra supaya putrinya itu menikah dengan anak Kyai Amir, Gus Afkar. Padahal Gus Afkar adalah suami incaran sahabatnya, dan dia sebenarnya berencana untuk lanjut S-2 dulu.
Setelah pengorbanannya, ia harus menghadapi sikap sang suami yang tiba-tiba berubah dingin karena setelah akad nikah, dia mendengar rencana Zahra yang ingin menceraikannya. Belum lagi, reputasi pondok yang harus ia jaga.
Mampukah Zahra bertahan diantara orang-orang yang punya keinginan tersendiri padanya? Dan akankah ia dapat mempertahankan rumah tangganya?
Zahra sang anak kesayangan keluarga, benar-benar ditempa dalam lingkungan baru yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nur Halimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Caring Vs Loving

“Akh!” jerit lirih Gus Afkar.

Zahra meliriknya iba sambil lebih berhati-hati mengoles revanol di siku kanan suaminya yang terluka, karena tergesek aspal saat menolong anak tadi.

Air matanya kembali menetes dan jatuh di lengan suaminya itu.

Lelaki itu tampak menilik wajah Zahra yang tengah tertunduk tersebut.

“Aku tidak apa-apa, luka seperti ini sepele….”

Zahra langsung mengangkat kepalanya sambil menatap tajam ke arah lelaki itu.

“Sepele?--- Sepele Gus? Nyawamu hampir melayang tadi, kau bilang sepele Gus?” 

“Akh!” lelaki itu menjerit kembali karena Zahra sengaja menekan lukanya dengan kapas.

Ia kemudian menggeser duduknya dan membelakangi suaminya dengan kesal.

Lelaki itu kemudian memeluk Zahra dari belakang dengan menyandarkan dagunya pada bahu Zahra. 

“Lain kali aku tidak akan seceroboh tadi, jadi maafkan aku. Aku tak bisa melihat air matamu terus menetes, Nanti Rania bisa salah paham.”

“Apa?” teriak Zahra melirik marah sambil hendak membalikkan badan ke arah suaminya itu. Tapi lelaki yang barusan terlihat tersenyum melihatnya merajuk itu, menahannya tetap di posisi semula.

“Maaf, aku hanya bercanda.”

“Bercan…”

“Tetaplah seperti ini sebentar saja, aromamu sungguh menenangkan.”

Zahra terdiam mendengar ucapan suaminya itu yang terdengar cepat tapi  begitu mendalam itu.

“Rasanya begitu lega sekarang. Aku begitu kaget tadi saat kau mengejar anak itu, hampir seluruh tubuhku mati rasa. Kalau sudah begitu, mana mungkin aku diam saja,” lanjut Gus Afkar dengan begitu serius.

‘Gus’

Dia kemudian terasa membalikkan badan Zahra ke arahnya perlahan.

“Zahra, aku sudah menunggu begitu lama untuk menikah denganmu. Bahkan setiap malam aku memintamu pada Rabbku dan Rabbmu. Jadi setelah semua ini, menurutmu apa aku bisa membiarkanmu dalam bahaya.” 

Zahra memandang lelaki di depannya itu penuh arti. Ia tak pernah menyangka bakal mendengar itu dari suaminya tersebut.

*****

Gus Afkar langsung disambut oleh panitia kajian begitu memasuki lobby hotel yang sungguh mewah dan berkelas itu. Mereka mempersilahkan Zahra dan suaminya itu untuk mengikuti mereka masuk ke dalam ballroom hotel.

“Mari Gus,” ucap salah satu panitia kajian yang menyambut mereka.

Kebetulan penyelenggara kegiatan tersebut adalah alumni dari pesantren suaminya.

Meski begitu terlihat orang-orang yang sebenarnya terlihat lebih tua darinya itu, tampak sungkan kepada Gus Afkar.

“Gimana perjalanannya, Gus?” tanya salah seorang panitia kepada suaminya itu.

“Alhamdulillah baik. Ditemani istri, selama apapun perjalanan pasti menyenangkan, begitu Nggih Pak Satria?” jawab Lelaki itu sambil terus menggandeng tangan Zahra sepanjang jalan menuju Ballroom hotel.

Zahra tersenyum menunduk sambil menggigit bibirnya.

“Iya betul Gus, Saya, kalau istri saya nggak habis melahirkan juga saya ajak kemari,” ucap lelaki yang dipanggil Pak Satria itu. 

“Alhamdulillah, barokallah fikum, Pak. Anak keberapa, Pak,” tanya Gus Afkar terdengar sangat berantusias mendengar kabar tersebut.

“Alhamdulillah lima, Gus.”

“Masya Allah, semoga berkah semua hidupnya, Allahumma aamiin,” ujar Gus Afkar bahagia mendoakan mereka.

Akhirnya mereka sampai di ballroom hotel itu.

Gus Afkar dan Zahra disambut lagi oleh beberapa orang panitia lain di depannya.

Terlihat suaminya itu menjabat tangan mereka duluan kemudian  merangkul mereka seperti yang dia lakukan di lobby tadi. 

“Assalamualaikum, Pak,” sapa Gus Afkar ramah.

“Waalaikum salam, Gus?” jawab mereka bergantian.

“Ini?” tanya salah seorang panitia sambil membuka kelima jarinya menyambut Zahra.

“ini Istri saya, pak. Ning Zahra,” ucap suaminya  memperkenalkan dirinya.

“Masya Allah, senangnya bisa ketemu menantu Kyai Amir,” ucap salah satu dari orang yang menyambutnya itu.

“Assalamualaikum, Pak,” sapa Zahra sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

“Waalaikum salam, Ning,” jawab orang-orang itu dengan tersenyum hangat hingga kemudian salah satu dari mereka kemudian membukakan pintu ballroom yang besar dan tinggi itu untuk mereka.

“Mari Gus Afkar, Ning Zahra, masuk!” ucap salah seorang dari mereka sembari membuka tangan lebar-lebar.

Saat masuk, Zahra langsung disuguhi videotron lebar bertuliskan tema kajian, “Future Talks, Nikah Butuh Ilmu, Kajian Pra Nikah”

Terlihat di kanan kiri, para peserta sedang duduk. 

Zahra tidak menyangka jika itu adalah kajian pra nikah dan pesertanya adalah anak-anak muda. Memang ada beberapa ibu-ibu berhijab syar’i panjang, tapi hanya beberapa.

Zahra dan gus Afkar masuk diikuti panitia yang bertugas menyambut tadi di samping dan belakangnya. 

Mereka jalan di tengah menuju kursi VIP. 

Terdengar pembawa acara yang sudah berada di atas panggung itu menyebut nama suaminya.

“Alhamdulillah, telah hadir bersama kita, Bapak Ahmad Khoirul Afkar, Lc. MA. selaku pemateri kita hari ini. Selamat datang, Bapak.”

Gus Afkar terlihat mengangguk sambil tersenyum.

Zahra terus berjalan bersama suaminya menuju barisan paling depan.

Ia disambut seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat modis dan anggun, dengan jas warna creamnya. Lalu dipersilahkan duduk di kursi bagian kiri, sedang suaminya duduk di sebelah kanan.

Itu sama seperti kursi peserta kajian yang berada di belakangnya, di pisah lelaki di barisan kanan, dan perempuan di barisan kiri.

“Silahkan sambil dimakan, Ning!” tawar wanita itu padanya.

Tak berapa lama Gus Afkar di panggil ke atas panggung untuk memberikan materi tentang pra nikah itu. 

Lelaki itu duduk di sofa panjang yang ada di depan videotron. Serong di sampingnya ada wanita berhijab pink dengan coat warna coklat selaku moderator. Wanita itu terlihat muda, anggun dan modis.

Zahra memperhatikan suaminya yang begitu kerennya memberikan kajian dengan santai, tapi berbobot. 

Waktu satu setengah jam seakan tak terasa.

Sesekali lelaki itu tampak menatapnya hangat, Zahra membalasnya dengan tersenyum. 

Tibalah sesi tanya jawab, gelak tawa penonton terdengar lebih intens dan terkadang di selingi curhatan yang mengharu biru. 

Apalagi yang ditanyakan para peserta begitu variatif, membuat baper dan terkadang terdengar relevan sekali dengan kehiduoan percintaan anak zaman sekarang. Belum lagi penyampaian mereka yang kadang tak biasa disertai puisi dan pantun, konyol dan mengharukan.

Sampai seorang ibu terdengar curhat tentang kerabatnya yang sudah berumur tapi belum mau menikah.

“Sebelumnya Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” sapa wanita itu yang kemudian dijawab riuh oleh seluruh orang di ruangan besar tersebut.

“Maaf ya Ustadz, perkenalkan saya Ibu Rochima dari Jogja,” ucap wanita itu memperkenalkan dirinya,

“Ya bu, salam kenal dari saya,” jawab Gus Afkar ramah. 

“Saya punya kerabat yang menurut orang kebanyakan itu sudah berumur tapi belum mau menikah, karena mau fokus berkarya. Itu bagaimana ya, Ustadz? Mungkin juga ustadz belum menikah?”

Para peserta langsung riuh mendengar pertanyaan wanita itu termasuk Afkar.

‘Lihatlah! dia langsung tersenyum setelah ditawari nikah’ gumam Zahra dalam hati

“Alhamdulillah sudah, Ibu. Itu istri saya ada di depan,” timpal Gus Afkar setelah keriuhan itu meredam, membuat hadirin tersenyum.

Dia kemudian terlihat berbicara lirih kepada moderator.

“Apa saya boleh membawa istri saya ke atas?” 

Deg

Sayup-sayup terdengar pertanyaan lirih suaminya itu.

Tak berapa lama, Gus Afkar turun ke arah Zahra.

“Ayo Habibati!” ucap suaminya itu membuat keriuhan kembali di ballroom tersebut.

“Yang belum nikah, jangan baper ya. Akan ada waktunya sendiri nanti,” ucap Gus Afkar yang kembali membuat seisi ruangan riuh redam bersahut-sahutan.

Zahra tampak tak bisa menahan senyum malunya.

Ia menyambut tangan sang suami dan berjalan mengikutinya ke atas panggung yang akhirnya membawanya duduk di sebelah suaminya tersebut.

“Kakak-kakak, perkenalkan ini istri saya, namanya Azzahra khoirunnisa. Panggilannya Habibati yang artinya Sayang.”

“Apa maksudmu?” ucap Zahra yang sangat malu melihat para peserta di sana sorak sorai ikut bahagia.

“Sudah ya saudara semuanya, istri saya malu.”

‘Allah, apalagi ini Gus?’ gumam Zahra sambil meremas tangan suaminya yang ternyata sedari tadi belum dilepasnya.

1
Siti Yatimatin
mana julukan istri shjolihahmu zàhra yg kau ajarkan pada muridmu emang takut dosa suami minta hak ìstri menolak dilaknat alloh
Siti Yatimatin
Dasar bodoh kamu AZZAHRA KHOIDUNNISA
Lilik Juhariah
disini yg bikin pembaca jengkel , lebih takut janji ke sahabat drpd janji pada Sang Pencipta
Lilik Juhariah
bener bener Gus afkar menahan nafsunya , tapi istrinya yg keterlaluan
Lilik Juhariah
karaktermu aneh Zahra , sama suami berani udah tau hukumnya , kl sama sahabat takutnya minta ampun
Lilik Juhariah
hiks iks ks
Lilik Juhariah
punya suami sprt Gus afkar , jadi istrinya tersanjung banget
Lilik Juhariah
nurut suami zahra
Lilik Juhariah
ceritanya bagus pemilihan katanya bagus
Lilik Juhariah
ya ahirnya, biang keroknya kabur semua, andai suami sprt Gus afkar damai tuh para istri, sabar pengertian
Lilik Juhariah
la opo kok nuduh orang gk jelas
Lilik Juhariah
karakter Zahra sampe disini gk suka banget, mentingin temennya , gk jujur, dan lebih jengkelin lagi sukanya bicara dalam hati
Lilik Juhariah
ini Zahra udah tau bertemu selain mahram apalagi udah punya suami dosa, dilakukan trs , ntar jadi fitnah
Lilik Juhariah
ini kelakuannya nayla
Lilik Juhariah
Zahra lebih banyak bicara dgn hatinya, wkkwk
Lilik Juhariah
Nayla terlalu Ter obsesi
Lilik Juhariah
kesenengnya ngomong gitu, ntar kl nikah beneran sakit hati, untung Islam melarangnya , Zahra Zahra
Lilik Juhariah
haaah janinnya siapa , tapi masih ngejar Gus afkar
Lilik Juhariah
walau pun amnesia juga gk begitu , tetap harus jujur ,
Lilik Juhariah
lah Nayla ini lucu , wong Gus afkar cintanya sama Zahra , emang kl Zahra cerai trs bisa kamu gantikan jadi istri Gus afkar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!