NovelToon NovelToon
TUMBAL TERAKHIR

TUMBAL TERAKHIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Horor / Iblis / Fantasi Timur
Popularitas:447
Nilai: 5
Nama Author: pena biru123

Ini adalah kisah wanita bernama Ratih, yang pulang dari merantau tiga tahun yang lalu, dia berniat ingin memberi kejutan pada neneknya yang tinggal disana, namun tanpa dia ketahui desa itu adalah awal dari kisah yang akan merubah seluruh hidup nya

bagaimana kisah selanjutnya, ayok kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pena biru123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 13

Ratih menatap Jaya, matanya yang menyala kini dipenuhi kengerian yang dalam. Bisikan Jaya—"nenekmu ada di bawahku!"—menguak misteri yang paling mengerikan. Wadah itu bukan hanya mengenakan wajah neneknya; entitas itu telah membuang tubuh aslinya, meninggalkan Ratih yang asli terperangkap.

"Di dalam sumur?" bisik Ratih, suaranya tercekat.

Wijaya segera menarik Ratih ke belakang, belatinya terhunus. "Ini bukan lagi jebakan. Ini perangkap berburu!"

Sosok tinggi berjubah abu-abu—Sang Wadah—di depan rumah batu itu mulai bergerak. Gerakannya lambat, seperti sendi yang berkarat, tetapi setiap langkahnya memancarkan aura dingin yang menghentikan detak jantung. Sosok itu mengangkat tongkat bengkoknya, dan kabut di sekitar Desa Tiga Batu tiba-tiba menjadi gelap, nyaris hitam, mencekik setiap cahaya.

"Dia mendengarmu, Api Merah," ejek Aria, dengan belati kembar di tangan kanannya menari-nari. "Dia tahu kau tahu."

Ratih mengabaikannya, menatap Wijaya. "Nenekku ada di dalam sumur! Jaya dan Dara tepat di atasnya!"

"Tali yang mengikat mereka adalah benang ritual," desis Wijaya, matanya yang dingin memantulkan bayangan Sang Wadah. "Jika kita memotongnya, mereka akan jatuh. Jika kita melawan kedua Penjaga Kabut itu, kita akan menghadapinya tanpa perlindungan."

Tawa Aria melengking lagi. "Lihatlah dilemamu, Pelindung Jiwa! Kau harus memilih: nyawa teman-temanmu... atau nyawa sang nenek yang sudah lama hilang!"

Inilah jebakan sesungguhnya:

Jika Ratih menyerang Aria dan Kael untuk menyelamatkan Jaya dan Dara, Sang Wadah akan menyerang Wijaya, dan dalam kabut gelap ini, mereka tidak akan bertahan.

Jika mereka menyerang Sang Wadah, Jaya dan Dara akan ditinggalkan tanpa perlindungan, rentan terhadap mantra kabut Kael atau belati cepat Aria.

Dan yang terburuk, nenek Ratih terperangkap di bawah mereka, mungkin terluka atau bahkan... berubah.

Seketika, Ratih merasakan panas liontinnya berdenyut liar, mengancam untuk meledak. Dia memejamkan mata dan berteriak, bukan dengan suara, tetapi dengan kekuatan murni dari jiwanya, memusatkan gelombang panas yang tidak terlihat.

Gelombang panas itu menyebar, tetapi kali ini, bukannya menguapkan kabut, ia menyerang Kael, pria berjubah hitam itu.

Kael meraung kesakitan, terhuyung mundur. Jubahnya mulai berasap. "Panas itu... itu membakar mantraku!"

Kabut hitam di sekitar mereka berputar-putar, menjadi lebih tipis, menampakkan kembali reruntuhan desa yang mencekam.

"Wijaya! Ambil Kael! Aku akan menangani Aria dan menyelamatkan mereka!" perintah Ratih.

Wijaya mengangguk cepat, matanya berbinar dalam bayangan. "Sudah lama aku ingin memainkan tarian ini." Ia melompat maju, belati-belatinya bersinar biru, langsung mengincar Kael yang kesakitan.

Aria mendesis. "Lancang!" Dia maju, belati kembar berkelebat menjadi garis perak yang mematikan. "Kau tidak akan pernah sampai ke sumur itu, Api Merah!"

Ratih menghindar, panas dari liontinnya melonjak. Aria cepat, sangat cepat, tetapi Ratih adalah cerminan dari api. Dia mengalihkan serangan, mengarahkan gelombang panasnya bukan pada Aria, melainkan pada tali yang menahan Jaya dan Dara.

Tali itu mendesis dan putus, tetapi bukan dengan luka bakar yang bersih. Tali itu meledak menjadi asap hijau beracun.

Dara dan Jaya langsung terjun bebas ke dalam sumur, sementara asap hijau memenuhi udara, menyebar ke arah Ratih.

"Itu jebakan ganda!" teriak Wijaya dari kejauhan, saat dia diserang oleh Kael yang kini memuntahkan kabut hitam yang lebih tebal.

Asap hijau itu menyentuh kulit Ratih, dan dia merasakan kepalanya berputar, penglihatannya kabur. Dia tersandung, mencoba menangkis kabut itu, tetapi Aria sudah berada di depannya, belati kembar diangkat tinggi-tinggi.

"Selamat datang di jurangmu, Api Merah!"

Namun, saat belati Aria hendak menusuk, sebuah dorongan kuat dari belakang membuat Ratih terlempar.

Ratih terbatuk, berjuang melawan racun. Dia melihat Wijaya, yang sekarang berdiri di antara dia dan Aria. Pria dingin itu tersenyum kecil, sebuah senyum yang nyaris tidak terlihat.

"Sudah waktunya untuk mundur, Api Merah," bisik Wijaya, sebelum ia diselimuti oleh kabut hitam Kael dan serangan belati Aria. Dia mengulurkan tangan, mendorong Ratih dengan kekuatan terakhirnya ke arah sumur. "Pergi! Aku akan menahan mereka!"

Ratih tersandung, menabrak bibir sumur. Pemandangan terakhirnya adalah Wijaya yang tenggelam di tengah pertarungan melawan dua Penjaga Kabut, dan di belakang mereka, Sang Wadah menjulang tinggi, wajah neneknya menyeringai dalam kegelapan yang mencekik.

Ratih kehilangan keseimbangan dan terjun bebas, mengikuti teman-temannya ke dalam kegelapan sumur yang dingin, yang kini menjadi satu-satunya petunjuk menuju neneknya.

Gelap. Dingin. Dan dia jatuh...

Ratih terjatuh, kegelapan sumur menelannya. Dinginnya udara di bawah mencengkeram, dan racun hijau masih membuat penglihatannya berputar. Tapi saat tubuhnya membentur air, bukan kegelapan yang menyambutnya, melainkan ledakan cahaya merah membara.

Liontin di dadanya—Api Merah—akhirnya meledak, tetapi bukan dalam kehancuran. Itu adalah reaksi terhadap air beracun. Alih-alih membakar, ia membersihkan. Panas yang menyengat itu merambat, menetralkan racun, dan dalam sekejap, pikiran Ratih kembali jernih.

Dia mendapati dirinya di dalam genangan air yang dangkal, dikelilingi oleh dinding batu yang lembap. Di sampingnya, Jaya dan Dara terbatuk-batuk, berusaha keras untuk tetap terapung di air yang keruh dan berbau aneh.

"Ratih! Kau baik-baik saja?" Jaya tersengal, air menetes dari wajahnya.

"Aku... ya," Ratih menjawab, berdiri tegak. "Tapi kita tidak punya banyak waktu. Di mana..."

"Nenekmu?" sela Dara, menunjuk ke dinding. "Bukan di sini."

Ternyata, sumur itu bukan sekadar lubang air. Itu adalah pintu masuk. Sebuah lengkungan gelap, nyaris tidak terlihat di dinding timur, memancarkan cahaya biru kehijauan yang samar. Dan di atas lengkungan itu, terukir dalam bahasa kuno yang hanya dapat Ratih pahami, adalah sebuah frasa:

"Gerbang menuju Raga yang Terbuang."

Sebuah getaran kuat mengguncang sumur. Di atas mereka, bayangan Wijaya yang bertarung tampak seperti bayangan mengerikan yang menari. Teriakan dan benturan logam bergema, suara pertempuran yang menegangkan.

"Kita harus keluar dari sini! Wijaya tidak akan bertahan lama!" seru Jaya, panik.

"Tidak," kata Ratih, suaranya tenang, api tekad membakar di matanya. "Dia menyuruh kita pergi. Dia memenangkan kita waktu. Kita ikuti petunjuknya. Jaya, kau dan Dara, ke dalam sana. Temukan nenekku. Aku akan kembali ke atas dan membantunya."

Dara menggeleng. "Itu gila! Kau tidak bisa melawan mereka sendiri!"

"Aku tidak sendiri," Ratih menyeringai, mengangkat tangan. Api merah menyala, menyelimuti tinjunya. "Liontin ini sekarang hidup."

Saat Jaya dan Dara dengan enggan merangkak menuju terowongan biru, Ratih bersiap untuk mendaki. Namun, sebuah suara serak, dingin, dan menyeramkan berbisik di samping telinganya.

"Kau tidak akan ke mana-mana, Api Merah. Api di bawah sudah padam."

Ratih berbalik. Di belakangnya, mengambang di air, adalah sisa-sisa tali hijau beracun yang menahan teman-temannya. Dan kini, asap dari tali itu telah memadat, membentuk sosok ilusi yang mengerikan—wajah Kael yang berlumuran kabut, hanya berupa asap, namun matanya memancarkan niat membunuh.

"Kau pikir menghancurkan tali itu akan mengakhirinya? Itu hanya awal racun, idiot!" Asap itu tertawa, suaranya berderak. "Sekarang, aku akan menahanmu di sini. Dan di atas, Sang Wadah akan menikmati hidangan utamanya: Pelindung Jiwa."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!