kelanjutan dari Novel "Menjadi Yang Terkuat Dengan Sistem Terkuat"perjalan ini akan di mulai dengan perjalanan ke alam dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
Setelah beberapa saat berjalan dengan kuda, akhirnya rombongan Jian Yu melihat kota Xi’an dari kejauhan.
“Itu kota Xi’an, kan?” ucap Mei Yan sambil menatap ke arah kota.
“Iya, itu kota Xi’an. Ayo cepat, kita pergi ke sana,” pinta Zhen Tao.
Mereka segera memacu kuda menuju gerbang kota dengan cepat. Ketika hampir tiba, dari arah belakang terdengar suara roda kereta kuda yang berderak keras, melaju dengan kecepatan tinggi. Kereta itu hampir menabrak rombongan Jian Yu.
“Woi! Pakai mata, jangan pakai lututmu!” teriak Jian Yu sambil menarik kendali kudanya ke samping untuk menghindar. Ia menatap tajam ke arah kusir kereta yang sembrono itu.
Setelah kereta berhenti di depan mereka, empat orang keluar dari dalamnya. Mereka menatap rombongan Jian Yu dengan pandangan meremehkan.
“Dasar kelompok semut,” ejek salah satu dari mereka dengan nada sinis.
Zhao Feng yang mendengar itu langsung terlihat marah dan hendak maju, tapi Jian Yu menahan bahunya.
“Jangan gegabah. Kita baru sampai di kota ini, jangan sampai bikin keributan,” ucap Jian Yu tegas sambil turun dari kudanya. Ia menarik tali kekang kudanya dan berjalan melewati kelompok sombong itu.
Namun, salah satu pria dari kelompok itu tiba-tiba menepuk pantat Xiao Ying yang berjalan di samping Jian Yu.
“Dasar kau babi sialan! Berani sekali menyentuhku!” teriak Xiao Ying dengan marah. Ia langsung menghunus pedangnya dan mengarahkan ujungnya ke leher pria itu.
Jian Yu yang melihat istrinya dilecehkan langsung melangkah maju dengan tatapan dingin.
“Xiao Ying, tangan mana yang berani menyentuhmu?” tanyanya dengan suara datar namun penuh amarah.
Pria itu tersenyum meremehkan. “Anak kecil sok-sokan mau jadi pahlawan rupanya,” ucapnya santai, membuat ketiga rekannya tertawa kecil.
“Tangan kanannya yang memukulku,” jawab Xiao Ying sambil menatap tajam pria itu.
Mendengar itu, Jian Yu tiba-tiba melesat cepat, tubuhnya hampir seperti bayangan. Dalam sekejap, ia sudah menggenggam tangan kanan pria tersebut dengan kuat.
“Berani-beraninya tangan kotor ini menyentuh istriku,” ucap Jian Yu dingin.
Pria itu berusaha keras melepaskan diri, namun genggaman Jian Yu seperti penjepit baja.
“Kenapa aku tidak bisa melepaskan tanganku ini…?” batinnya panik sambil berusaha menarik diri.
Cengkraman Jian Yu makin kuat. Tulang-tulang di tangan pria itu mulai berderak, dan wajahnya memucat menahan sakit.
“Dasar brengsek! Lepaskan aku, bocah kecil!” teriaknya sambil mengangkat tangan satunya untuk memukul Jian Yu.
Jian Yu dengan cepat memiringkan kepala sedikit, menghindari pukulan itu tanpa melepaskan genggamannya. Dalam satu gerakan cepat, ia menarik tangan pria itu dan membanting tubuhnya ke tanah dengan keras. Suara kraak! terdengar jelas ketika tulang bahu pria itu patah menghantam batu jalanan.
Kerumunan di sekitar mereka terkejut, beberapa bahkan menahan napas. Suasana hening sesaat.
Jian Yu menatap dingin pria yang terkapar kesakitan. Ia memegang kepala pria itu dan mengangkatnya dengan satu tangan, menunjukkan kekuatan luar biasa.
“Ingat baik-baik. Jika kau atau siapa pun berani menyentuh orang-orangku lagi, jangan salahkan aku kalau kepalamu hancur,” ucapnya tajam.
Belum sempat pria itu menjawab, Jian Yu melemparkannya ke arah tiga rekannya hingga mereka terjatuh berantakan.
“Ambil kembali sampah kalian,” ucap Jian Yu dingin sebelum berbalik dan berjalan pergi.
Ketiga pria itu hanya bisa menatap dengan wajah tegang, tubuh mereka sedikit bergetar. Tatapan Jian Yu yang dingin dan aura qi yang menekan dari tubuh mereka dan membuat mereka sedikit kesusahan untuk berdiri.
@#$
Rombongan Jian Yu pun pergi menjauh dari kerumunan sambil menuntun kuda mereka.
“Katanya kau tidak mau membuat masalah, tapi ternyata bukan kita yang bikin masalah, malah masalah yang datang sendiri,” ucap Zhao Feng sambil menggeleng pelan.
Jian Yu tersenyum kecil. “Hehe, mau bagaimana lagi? Mereka melecehkan Xiao Ying, aku tidak bisa diam saja,” jawabnya tenang.
Zhao Feng hanya menghela napas panjang. “Susah kalau begini. Jadi sekarang kita mau ke mana dulu?” tanyanya pada semua orang.
“Lebih baik kita cari makan dulu. Sekarang sudah hampir siang,” jawab Jian Yu. Yang lain pun mengangguk setuju.
Mereka menuntun kuda perlahan melewati jalanan kota yang ramai, hingga akhirnya menemukan sebuah rumah makan di dekat gang sempit. Namun, sebelum masuk, Jian Yu menghentikan langkahnya.
“Tunggu sebentar, kita cari dulu gang yang sepi. Aku mau melakukan sesuatu,” ucap Jian Yu.
Yang lain menatapnya dengan bingung tapi tetap mengikutinya menuju gang yang lebih sunyi di samping rumah makan itu. Dinding-dinding bata tua di gang tersebut tampak lembap, dan udara di sana terasa lebih dingin.
“Kak Jian, kita mau melakukan apa di sini?” tanya Zhen Tao penasaran.
Jian Yu menatap sekeliling sejenak, memastikan tak ada orang lain, lalu tersenyum tipis. Ia mengangkat tangan kanannya dan menjentikkan jarinya.
di depan mereka muncul retakan ruang berwarna keunguan yang perlahan terbuka seperti celah dimensi. Angin dari dalamnya berputar lembut, membawa cahaya samar.
Zhentao, Zhao Feng, dan Meiyan terkejut melihatnya.
“Cepat, masukkan kuda kalian ke dalam ruang dimensiku,” ucap Jian Yu dengan nada tenang namun tegas.
Xiao Ying segera menuntun kudanya ke depan celah itu. Ketika kuda tersebut melewati celah ruang, tubuhnya seolah ditelan cahaya dan menghilang tanpa suara, seolah berpindah ke tempat lain sepenuhnya.
Yang lain masih berdiri terpaku, menatap pemandangan luar biasa itu dengan mata membulat.
“Ini... ruang dimensi pribadi?” gumam Zhao Feng kagum. Udara di sekitar masih bergetar lembut.
“Cepat, sebelum ada yang melihat,” ucap Jian Yu. Nada suaranya membuat mereka segera sadar. Zhentao, Meiyan, dan Zhao Feng pun bergerak cepat memasukkan kuda mereka satu per satu ke dalam celah tersebut.
Begitu semuanya selesai, Jian Yu mengangkat tangannya lagi dan menutup celah ruang itu. Retakan keunguan itu perlahan menutup, kembali seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Zhao Feng menatap Jian Yu dengan kagum. “Kau ini benar-benar punya banyak kejutan.”
Jian Yu hanya tersenyum kecil. “Lebih baik simpan saja kekagumanmu itu. Sekarang, ayo kita makan sebelum perut kita benar-benar memberontak.”Mereka pun keluar dari gang dan berjalan menuju rumah makan.