"Meski kau adalah satu-satunya lelaki di dunia ini, aku tetap tidak akan mau denganmu!" Britney menolak tegas cowok yang menyatakan cinta padanya.
Tapi bagaimana kalau di hari Britney mengatakan itu, terjadi invasi virus zombie? Seketika satu per satu manusia berubah menjadi zombie. Keadaan Zayden High School jadi kacau balau. Pertumpahan darah terjadi dimana-mana.
Untungnya Britney mampu bertahan hidup dengan bersembunyi. Setelah keadaan aman, dia mulai mencari teman. Dari semua orang, satu-satunya orang yang berhasil ditemukan Britney hanyalah Clay. Lelaki yang sudah dirinya tolak cintanya.
Bagaimana perjalanan survival Britney dan Clay di hari kiamat? Apakah ada orang lain yang masih hidup selain mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ³⁵ - a kid
Pagi datang tanpa permisi. Cahaya matahari pertama menembus jendela berdebu, menyorot partikel-partikel tipis yang menari di udara. Clay terbangun lebih dulu, refleks tangan meraih pedang anggar yang selalu berada di sisi tubuhnya. Ia menoleh cepat ke seluruh ruangan. Super aman.
Lalu bola mata Clay bergerak ke arah basement. Britney masih tertidur di lengannya, wajahnya tenang namun lelah. Clay menunduk, mencium keningnya pelan sebelum meletakkan kepalanya di atas bantal kain yang mereka buat dari selimut lusuh.
Clay bergerak tanpa suara melewati dapur dan menuju pintu basement. Ia membuka sedikit, menuruni tangga pelan-pelan, siap dengan segala kemungkinan. Namun apa yang ia temukan bukan erangan zombie. Bukan gerakan liar atau suara gesekan gigi. Melainkan suara kecil. Seperti gumaman. Seperti seseorang yang kebingungan.
Clay menegakkan tubuhnya, meletakkan pedang di posisi siap, langkahnya melambat begitu mencapai lantai basement.
Anak itu, yang semalam hanya menggeram seperti setengah makhluk, kini duduk bersandar di dinding. Matanya normal. Cokelat muda. Muram tapi bersinar. Tubuhnya tidak lagi kaku seperti zombie, dia tampak seperti anak kecil yang baru bangun dari mimpi buruk yang panjang.
Ketika Clay turun sepenuhnya, anak itu menoleh.
“Uh… halo?” Suara kecil itu hampir membuat Clay membeku. Refleksnya ingin mengangkat pedang, namun ia menghentikan gerakan itu. Bocah itu tidak berperilaku seperti zombie sama sekali.
Clay membersihkan tenggorokannya. “Kau… sadar?”
Anak itu menatap tangannya yang masih terikat, kemudian melihat Clay dengan ekspresi bingung. “Kenapa aku diikat?”
Clay menelan ludah. “Hanya… pengamanan. Kau… apa kau ingat terakhir kali apa yang terjadi?”
Anak itu berpikir keras. Wajahnya mengerut, matanya bergerak cepat seakan mencari potongan memori.
“Aku… lari," katanya pelan. “Terus ada suara… aku pikir itu ibu. Tapi bukan. Terus… rasanya panas banget… terus dingin…” Ia menggigit bibirnya. “Terus gelap.”
Clay menghela napas panjang. Harapan. Ini bisa berhasil. Britney benar. Langkah kaki terdengar dari atas. Lembut. Lalu suara itu ia kenal baik.
“Clay…?”
Britney muncul di tangga dengan hoodie besar yang ia kenakan sebagai mantel. Matanya masih sayu tapi langsung melebar ketika melihat anak itu dalam keadaan sadar dan benar-benar sadar.
“Clay… Clay! Lihat dia!” Britney setengah berlari menuruni tangga.
Tommy, karena anak itu tampak jelas manusia lagi, mengangkat kepala, seperti ciut melihat orang baru.
“It’s okay,” kata Clay cepat, meyakinkan keduanya. “Dia sadar. Dia… bicara.”
Britney sudah berjongkok di dekat anak itu sekarang, wajahnya campuran lega, tak percaya, dan emosi yang hampir meledak.
“Nama kamu siapa?” tanya Britney lembut.
Anak itu menelan ludah, ragu-ragu. “Tommy.”
Britney menutup mulutnya dengan kedua tangan, terisak kecil karena lega. “Tommy… kamu sadar… kamu benar-benar sadar.”
“Uh… iya?” Tommy mengerjap.
Britney tersenyum samar. “Karena kamu tadinya sakit sekali. Dan kami menolongmu.”
Tommy menunduk dan tiba-tiba wajahnya memucat. “Aku… digigit zombie.”
Clay dan Britney saling menatap. Tommy benar-benar ingat.
“Tommy…” Britney meraih pergelangan tangannya yang kecil. “Kamu digigit, iya. Biasanya orang yang digigit berubah… bukan jadi manusia lagi.”
Tommy menatapnya lama, seperti tidak mengerti. “Tapi aku manusia.”
“Karena kamu spesial,” jawab Clay cepat sebelum Britney berbicara terlalu jauh. Ia tahu Britney mudah terbawa perasaan.
Namun Britney tetap melanjutkan dengan tenang, memilih kata-kata hati-hati. “Aku punya imun, Tommy. Darahku kebal dari virus zombie. Kalau aku suntikkan ke tubuh orang yang baru terinfeksi, ada kemungkinan dia sembuh. Sepertimu sekarang.”
Tommy membuka mulut. Lalu menutupnya lagi. Kemudian membukanya lagi. “Jadi… aku hidup karena darahmu?”
Britney tersenyum kecil. “Iya.”
Tommy menatapnya seolah menatap pahlawan super. Mata cokelatnya membesar, mengkilat, penuh rasa kagum sekaligus bingung.
“Berarti kau punya super power?” tanyanya lirih.
Britney terkekeh kecil. “Tidak juga. Tapi… mungkin darahku bisa membantu orang.”
Clay menatap bocah itu lebih lama sekarang. Gerakannya, tatapannya, caranya berbicara, semua berbeda drastis dibanding tadi malam. Bukan zombie. Bukan setengah zombie. Anak ini kembali menjadi manusia. Utuh.
“Clay…” kata Britney, suaranya pelan tapi bergetar. “Ini… ini berhasil lagi. Ini bukan kebetulan. Ini bukan keberuntungan.”
Clay mengangguk, perlahan tapi pasti. “Iya… ini bukti. Kamu benar sejak awal.”
Tommy memandang keduanya bergantian. “Kalian… pasangan suami istri?”
Britney tersipu, sementara Clay mengeluarkan suara kecil mirip dengusan tertahan. “Semacam itu,” jawab Clay singkat.
“Oh…” Tommy manggut-manggut. “Aku sangat berterima kasih!"
“Terima kasihnya nanti saja,” jawab Clay, kali ini dengan nada sedikit lebih lembut. “Untuk sekarang, kami perlu pastikan kamu benar-benar pulih.”
Tommy menunduk, menatap kakinya yang masih terikat. “Bisa… dilepas? Aku janji tidak akan nakal.”
Nada suaranya begitu polos hingga Clay terdiam sesaat. Kemudian ia menarik napas panjang, meyakinkan dirinya bahwa yang ia lihat adalah manusia biasa, bukan ancaman.
Dengan gerakan terkontrol, Clay melepas ikatan tangan Tommy terlebih dahulu. Kemudian kaki kecil itu. Tommy menggosok pergelangannya, tampak sedikit kesemutan.
“Terima kasih…” katanya pelan.
Britney langsung meraih bahunya. “Tommy… kamu sendirian? Kamu tinggal di mana?”
Wajah Tommy langsung berubah. Sorot polos tadi mendadak tergantikan oleh kesedihan yang berat untuk anak seusianya.
“Aku… tinggal sama orang tuaku dulu,” jawabnya, suara makin kecil. “Tapi waktu zombie datang… aku sendirian di rumah. Orang tuaku tidak pernah kembali."
Britney menelan ludah, matanya memerah. “Berapa lama kamu sendirian, Tommy?”
Tommy berpikir. “Tiga… atau empat minggu? Aku tak tau. Kadang malam sama siang jadi mirip.”
Clay memejamkan mata sejenak. Bayangan anak kecil bertahan sendirian di dunia seperti ini membuat dadanya terasa berat.
“Kamu hebat, Tommy,” kata Clay dengan suara mantap. “Kamu bertahan sendiri sejauh ini. Itu tidak mudah.”
Tommy menatap Clay dengan rasa bangga kecil. Sepertinya ia jarang sekali mendengar pujian.
“Aku cuma… lari aja kalau ada zombie. Kadang aku naik ke atap rumah orang… kalau pintunya kebuka. Kadang aku tidur di mobil."
Britney meraih tangan kecilnya. “Tommy, kamu nggak sendirian lagi sekarang.”
Tommy mengangkat wajahnya perlahan. “Kalian… mau membawaku?”
Pertanyaan itu menghantam Britney tepat di jantung. Clay melihat itu, dan ia tahu, Britney takkan sanggup menolak.
Clay menghela napas. “Ya. Tapi kita harus pindah segera. Tempat kami sekarang tidak aman.”
Tommy mengangguk cepat, seperti takut jawaban itu bisa berubah. “Tidak apa-apaaa! Aku kuat! Aku bisa jalan jauh! Aku bisa diem kalau perlu!”
Britney tertawa kecil sambil mengusap rambutnya. “Pelan-pelan. Kami tidak akan meninggalkan kamu.”
Tommy tersenyum. Senyum kecil yang terlihat jarang sekali muncul di wajah seorang anak yang sudah melihat begitu banyak horor.
Clay lalu menatap Britney. Tatapan yang berarti kita harus bicara setelah ini. Tapi ia tidak mengatakannya di depan Tommy.
Britney mengangguk pelan. Mereka akan membawa anak ini. Namun itu berarti satu hal, pindah dari mansion adalah keputusan yang tak bisa ditunda lagi.
semoga ada seoasen ke 2 nya 🥳
🎉🥰💖🤩🎊
Apa yg akan terjadi dengan Joy, mungkinkah berubah jadi zombie...🤔
Akan tetapi seharusnya Joy juga kebal seperti Britney.