"Bu, aku tak ingin di jodohkan!" ucap Tania.
Namun sayang waktu pertunangan mereka hanya tinggal menghitung jam saja. Rasanya Tania ingin kabur dari sana. Namun Tania tak tahu kemana.
"Sudahlah sayang, kau harus menurut! Pria itu sudah mapan. Kau tidak perlu bekerja lagi. Cukup mengurusnya saja!" sahut bu Rosa.
Tania terdiam. Selama ini dia lah yang menjadi tulang punggung keluarganya semenjak ayah nya meninggal.
"Tapi bu, bagaimana dengan sekolah Rania jika aku menikah nanti?" ucap Tania.
Bu Rosa menarik nafasnya pelan. "Kau tidak perlu khawatir ibu sudah mengaturnya! Kau cukup turuti ibu saja!" sahut Bu Rosa.
Sebenarnya Bu Rosa hanya ingin melihat putrinya menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke kampus
Hari ini Andika akan berangkat ke luar kota. Ia meminta bik Ijah untuk menjaga nya. Sementara Tania merasa sedih di tinggal suaminya.
"Kau hati-hati di rumah! " ucap Andika.
"Kau juga! " sahut Tania.
Andika langsung berangkat. Sementara Rania baru saja turun dari kamarnya. Ia hanya melihat andika baru saja memasuki mobilnya.
"Kak, kak Andika mau dinas ke luar kota?" tanya Rania.
Tania mengangguk. Lalu Tania meminta Rania segera bersiap karena ia akan menemani Rania ke kampus nya.
"Baiklah kak! Aku mandi dulu!" sahutnya.
Tania sudah menunggu adiknya. Namun hampir 1 jam Rania belum juga turun.
"Intan, di mana kau? " pekik Tania.
"Ada apa nona?" sahut intan.
"Bisakah kau memanggil adikku?" ucap Tania.
Belum sempat intan naik, Rania sudah turun dari kamarnya.
"Maaf ya kak! Aku tadi menjahit kancing kemejaku! " ucap Rania.
"Kenapa kau tak bilang padaku! kau bisa a memakai bajuku!" sahut Tania.
Rania hanya diam lalu membawa kakaknya keluar. Karena mobil mereka di bawa pak Dadang untuk mengantar Andika. Sehingga mereka menaiki sebuah taksi menuju ke kampus.
"Pak, antar kami ke kampus ini ya pak!" ucap Tania .
Tania terlebih dahulu turun dan di susul oleh Rania. Rania terbelalak melihat kampus yang pilihkan kakaknya itu.
"Wah, besar sekali kampusnya kak?" ucap Rania.
Tania hanya tersenyum, ia meminta Rania untuk membawanya ke ruang admin agar bisa mendaftarkan adiknya.
Bruk
"Ah maafkan saya nona!" ucap David.
Rania merasa kesal melihat pria itu berjalan tanpa memperhatikan langkahnya.
"Anda itu kalau berjalan lihat -lihat dong! Ceroboh sekali!" ketus Rania.
Sementara Tania yang tak bisa melihat itu mencoba menenangkan adiknya itu.
"Sudah sudah! Kami tidak apa-apa kok!" sahut Tania.
David menatap Tania intens, ia terpesona melihat gadis buta itu. Sementara Rania kesal melihatnya.
"Minggir! Kami mau lewat! " ucap Rania.
"Rania, jangan seperti itu! Kau tidak boleh bersikap seperti itu" sahut Tania.
Rania acuh, ia takut jika kakaknya kenapa-kenapa. Ia tak ingin melihat kakaknya terluka. Kini mereka sudah berada di ruang Admin. Tanpa di sadari pria itu juga berada di sana.
"Kalian nona yang tadi bukan?" ucap David.
Tania mengenali suaranya, sementara Rania menatap tajam David.
"Ah iya, saya tidak tahu pasti. Rania apakah dia berbicara benar?" tanya Tania.
Rania hanya berdehem, Rania memperhatikan pria itu yang selalu mencuri pandang pada kakaknya. Ia tidak suka.
"Hei kau, apa yang kau lihat! Dasar cabul!" ucap Rania.
"Rania" pekik Tania.
Tania mencoba menegurnya. Namun Rania masih tampak kesal. Rania meminta agar tak berkuliah di kampus ini. Rania sudah kepalang kesal.
"Kak, aku tak ingin kuliah di sini! " ucap Rania
"Apa maksud mu?" sahut Tania.
Rania mengatakan jika dia tak suka pada pria itu. Pria itu selalu menatap kakaknya. Ia takut pria itu bisa membahayakan kakaknya itu.
"Rania, itu tidak mungkin! Kau ini ada-ada saja?" ucap Tania.
Setelah semua selesai David mengantar mereka ke depan.
"Mari saya antar!" ucap David.
Rania menuntun kakaknya, lalu membawa nya ke depan.
"Terimakasih pak" ucap Tania.
David menoleh pada Tania, lalu ia tersenyum simpul.
"Panggil aku David, jika kalian membutuh bantuan ku selama berada di sini, aku siap membantu" ucap David.
Rania memutar bola matanya asal. Ia merasa jengah melihat pria itu. Ia yakin pria itu menyukai kakaknya.
"Baiklah!" sahut Tania.