Bagaimana perasaanmu selalu dituduh mandul dan selalu diselingkuhi bahkan sang suami terus membawa pulang wanita yang berbeda-beda setiap harinya.
Hingga saat sudah tidak kuat lagi akhirnya Rialina menggugat cerai suaminya, sang suami yang mendengar itu tentu senang bukan main dan tanpa pikir panjang langsung menandatangani surat cerai itu.
Ayo simak kelanjutan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Pipi Realina langsung memerah malu, dia lalu berdehem untuk menghilangkan rasa malunya itu. Realina juga makan dengan cepat dan menaruh piring ke wastafel agar Farel tidak sadar bahwa dia sedang blushing.
"Rea kok kamu cepat banget makannya padahal aku yang lebih dulu makan" ucap Farel setelah menyusul Realina ke wastafel.
"Ya cepatlah karena aku cuma ambil makan dikit aja, taruh sini saja piring kamu biar aku saja yang nyuci."
"Beneran?" Realina mengangguk.
Farel menaruh piring ke wastafel, karena terlalu dekat tangan Realina dan Farel bersentuhan. Dapat Realina rasakan suhu tangan Farel yang hangat.
"Mas tangan kamu kok hangat apa kamu demam?"
"Sepertinya iya" jawab Farel sedikit ragu.
Realina segera mengecek dahi Farel menggunakan punggung tangannya, "ini bukan sepertinya lagi ini memang kamu sedang demam, sudah sekarang kamu masuk ke kamar dan istirahat nanti aku akan nganterin obat buat kamu."
"Nanti saja lah aku istirahatnya."
"Kenapa nanti? ini juga sudah malam memang waktunya untuk istirahat, sudah sana istirahat" Realina mendorong pelan tubuh Farel agar meninggalkan dapur.
Setelah Realina bersikeras menyuruh Farel untuk masuk ke dalam kamar, akhirnya Farel menurut untuk masuk ke kamar. Segera Realina menyelesaikan membersihkan meja makan lalu menyusul Farel ke kamarnya untuk memberikan obat penurun demam.
Sampai di kamar Farel ternyata Farel masih belum terlelap, dia sedang menyandarkan tubuhnya di headboard sambil memainkan teleponnya.
"Mas kenapa kamu tidak membaringkan tubuhmu?"
"Aku nunggu kamu ada memberikan obat nanti kalau sudah minum obat baru aku tidur."
"Ini obatnya dan ini minumnya" Realina menyerahkan keduanya ke Farel.
Farel segera minum obatnya setelah obatnya tertelan sempurna, Farel memberikan gelasnya ke Realina. "Ini sudah."
"Sekarang tidur mas" Farel mengangguk lalu mulai merebahkan tubuhnya ke ranjang.
Sebelum pergi Realina sempat menyelimuti Farel hingga sebatas pinggang. Setelah itu Realina segera keluar karena tidak ingin mengganggu istirahat Farel. Setelah mengembalikan gelas ke dapur Realina masuk ke kamarnya dan mulai tertidur.
Sekitar jam dua dini hari ada yang mengetuk pintu kamar Realina dengan terus-menerus. Realina yang terganggu pun bangun tapi dia tidak langsung membukanya karena takut kalau yang mengetuk itu hantu atau maling.
"Siapa itu yang di luar?" tanya Realina di sebalik pintu.
Di luar hanya terdengar geraman rendah, Realina bertambah takut. Dia ingin menjerit tapi takut mengganggu semua orang yang ada di mansion ini yang pasti sudah tertidur semua.
"Rea tolong saya" ucap orang yang diluar pintu kamar Realina dengan geraman.
"Kamu siapa?" tanya Realina kembali.
"Ini aku Farel" jawabnya dengan pelan.
Mendengar Farel yang ada di depan kamarnya membuat mata Realina melotot kaget, segera Realina membukakan pintu kamarnya. Terpampang lah Farel yang tengah menyenderkan tubuhnya di tembok.
"Ya ampun mas kamu kenapa keluar dari kamar kamu dini hari begini? kamu kan saat ini masih sakit" tanya Realina yang ketara sekali khawatir.
"Badan aku tambah panas dan tenggorokanku rasanya tidak enak" keluh Farel dengan nada lemah dan serak.
"Astaga ayo kita antar kembali ke kamarmu mas terus nanti aku buatkan teh jahe buat kamu" Farel menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? kamu enggak mau aku buatkan teh jahe?"
"Bukan enggak mau teh jahe tapi aku enggak mau kembali ke kamarku sendiri."
"Lah terus kamu mau tidur dimana sekarang?" Farel hanya diam lalu berjalan masuk ke kamar Realina.
Realina menaikkan satu alisnya melihat Farel masuk ke dalam kamarnya lalu tidur di ranjang Realina dengan nyaman tanpa permisi sama sekali. Realina bingung melihat tingkah Farel yang seperti itu.
"Rea ayo ke sini" Farel memanggil Realina dengan lambaian tangan.
Realina menurut, dia berjalan mendekati Farel. "Kamu kenapa tidur di kamarku?"
"Aku ingin tidur di sini, di kamarmu ini suasananya enak tidak seperti di kamarku yang terasa suram."
Realina hanya menghela nafas pasrah, 'gimana enggak suram dalam kamarnya saja didominasi warna hitam dan abu-abu saja' gumam Realina dalam hati.
"Kenapa dengan mukamu itu? apa kamu enggak setuju aku tidur di sini?"
Realina memasang senyum manisnya, "siapa yang tidak setuju? lagian ini mansion kamu kan jadi ya terserah kamu mau tidur dimana saja."
"Hmm...kata-katamu ada benarnya juga, oh iya tadi kamu mau membuatkan aku teh jahe kan mana? kenapa kamu tidak membuatnya?"
"Iya ini aku mau membuatkan buat kamu" Realina membalikkan tubuhnya keluar dari kamar lalu menuju ke dapur.
Saat baru saja sampai di dapur ternyata ada Meeya juga di dapur. "Bi Meeya kenapa jam segini sudah ada di dapur?"
"Saya mengambil minum karena minum di kamar saya kebetulan habis, sedangkan anda ada perlu apa ke dapur?"
"Aku ingin membuat teh jahe untuk mas Farel."
"Tumben sekali jam segini tuan Farel ingin teh jahe?"
"Bukan mas Farel sih yang ingin tapi aku membuatkannya agar tenggorakan mas Farel lebih enakkan karena tadi dia mengeluh tenggorokannya tidak nyaman."
"Tuan Farel sakit nyonya?"
"Ya bisa dikatakan begitu, dimana ya bi tempat jahe, teh dan madu?"
"Biar saya saja nyonya yang buat anda duduk saja."
"Tidak usah, kamu tinggal memberitahu dimana tempat bahan-bahannya nanti aku yang akan membuatnya sendiri lagian sekarang kan belum memasuki jam kerja kamu."
"Ya sudah kalau begitu, bahan-bahannya ada di lemari atas bagian pojok kanan."
"Ok terima kasih ya bi."
"Sama-sama nyonya, apa perlu saya panggilkan dokter untuk memeriksa keadaan tuan Farel?"
"Tidak usah sekarang bi, bibi bisa panggilkan dokter pagi nanti saja kalau suhu tubuh mas Farel tidak segera turun untuk sekarang biar aku saja yang mengurus mas Farel."
"Baik nyonya nanti semisal nyonya butuh apa-apa bilang saja dengan saya nanti saya akan dengan cepat datang menghadap nyonya."
"Iya bi sudah sekarang bibi istirahat lagi aja lumayan beberapa jam untuk tidur kembali."
Bi Meeya mengangguk, "Saya permisi nyonya" Realina membalas dengan anggukan.
Setelah kepergian bi Meeya, Realina mulai fokus membuatkan teh jahe untuk Farel. Realina membakar lalu menggeprek jahenya dan dimasukkan ke dalam air teh yang mendidih, baru setelah agak dingin Realina memasukkan madu ke dalamnya.
Setelah selesai dibuat Realina kembali ke kamarnya. Sampai di kamar ternyata Farel sudah memejamkan matanya, saat Realina akan membangunkannya mata Farel terbuka.
"Aku kira kamu tadi tidur mas makanya mau aku bangunkan, sini kamu bangun dulu lalu diminum teh jahenya agar demam dan tenggorokanmu menjadi mendingan mas."
Farel menurut saja semua perkataan Realina, sesudah meminum tega jahe Farel merebahkan tubuhnya kembali ke ranjang. "Rea ayo tidur di sini, aku ingin tidur sambil memeluk kamu."
pikiran pun licik ..
walau akibatx nnt merugikan dri x
nama x keburukan gk mungkin
gk kecium ...