Bertahan Sakit Berpisah Sulit

Di sebuah Apartemen, dua perempuan sedang bertemu. Mereka berdua sepakat untuk bersekongkol menghancurkan rumah tangga Alina dan Adrian.

"Kamu cinta ya sama Adrian?" tanya Sherin.

Calista tersenyum miring, "Lebih tepatnya bukan cinta, mana mau aku sama anak seorang Manajer. Suami ku harus anak pengusaha kaya raya, enggak kayak Adrian."

"Lalu, kenapa kamu memfitnah Adrian? Tujuannya jelas, kau ingin Adrian dan Alina berpisah."

"Asumsi mu benar, aku ingin Alina dan Adrian berpisah. Karena apa...? Cinta pada pria miskin itu? Big No!!!" Calista menggeleng. "Aku hanya nggak ingin Alina bahagia, semua miliknya harus menjadi milikku. Sejak kecil Mama ku selalu mengajariku untuk merebut apapun milik Alina, jadi saat dewasa aku juga harus memiliki semua miliknya termasuk Adrian."

Sherin mengepalkan tangan mendengar Calista menghina lelaki yang dia cintai dengan panggilan orang miskin.

Tunggu lah Calista! Setelah aku mendapatkan Adrian kembali, manusia angkuh seperti mu akan ku singkirkan...!!!

"Jadi, kenapa kamu nggak ambil Adrian dari Alina saat hubungan mereka renggang?"

"Itu karena kau!"

"Aku?" tanya Sherin tak mengerti.

"Ya, kamu. Aku berniat pergi ke Aussie saat tahu Adrian sedang bersedih dan berniat menggoda nya, tapi kabar dia sedang dekat dengan wanita lain mengurungkan niatku. Lagipula aku memang nggak berniat pada Adrian, selain ingin Alina sakit hati dan hancur."

"Emm, begitu rupanya. Kamu enggak benci aku, kan?" tanya Sherin.

"Hei, come on! Kita sekarang adalah sekutu, demi tujuan yang sama! Kau tahu kenapa aku semakin membenci Alina?"

"Kenapa?"

"Diam-diam Papa membuat perjanjian dengan Alina, aku tak sengaja membaca salinan perjanjian yang sudah di sah-kan notaris. Dan kau tau apa isi perjanjian itu?!"

Sherin penasaran tetapi dia cukup bersabar biar Calista bicara dengan semaunya.

"Dalam perjanjian itu Alina mendapatkan saham milik Papa, padahal sebagian adalah milik Mamaku. Dia minta sebesar 20 persen, gila kan!?"

Mata Sherin membelalak, "Untuk apa saham itu? Apa dia berusaha mengambil semua harta Papa mu?"

"Sepertinya begitu! Dasar serakah! Aku belum bilang pada Mama, bisa-bisa Mama langsung melabrak Papa dan mereka bertengkar. Itu kerugian buatku, karena Alina akan menertawakan Mama."

"Perjanjian itu sah secara hukum, jadi legal?"

"Ya." Calista mengangguk.

"Aku ada ide!" celetuk Sherin.

"Ide?"

"Untuk memisahkan kembali Adrian dan Alina, kau tau kan kepercayaan Adrian pada Alina itu tipis banget sampai dia terperdaya oleh trik permainan mu. Kita permainkan lagi pikiran Adrian, gimana?"

"Caranya."

Sherin mulai menjabarkan rencana jahatnya, dia yakin Adrian akan kembali tidak mempercayai Alina dan hubungan keduanya akan kembali hancur.

.

.

Rumah tangga Alina dan Adrian akhirnya ada kemajuan, Alina lebih menghargai usaha Adrian dalam memperbaiki hubungan.

Hampir dua minggu Adrian bekerja menjadi sebagai Chief Marketing Officer, beberapa projects sedang dikerjakan olehnya.

Alina pun mempercayai suaminya itu, bakat Adrian memang sudah terlihat sejak lama.

Malam ini, Alina akan mencoba meminta nafkah batin pada Adrian. Jika sudah hamil, saham nya akan aman dan nantinya akan dia berikan untuk Adrian. Setidaknya meski cinta nya sekarang berkurang atau mungkin sudah semakin hilang, baginya Adrian adalah salah satu dari segelintir orang yang selalu perduli padanya dan harus ia lindungi dari sang Papa.

Cinta? Sepertinya cintanya pada Adrian semakin menipis, mungkin kini Alina hanya ingin menghargai perjuangan Adrian dalam penyesalan lelaki itu.

Lalu perasaan nya pada Saddam? Jujur... Alina sudah berusaha menepis bahkan menghilangkan perasaan yang sebenarnya tidak boleh ada dalam hatinya untuk Saddam, namun itu sulit bagi Alina. Mungkin karena Adrian sudah pernah menyakiti hatinya, sementara Saddam tidak.

"Aku harus mengandung dulu, jangan pikirkan hal aneh-aneh." Alina memijit pelipisnya yang sedikit pusing, dia merasakan kehilangan karena Saddam tidak pernah lagi menghubungi secara pribadi.

"Sayang, lagi apa?" Adrian masuk ke dalam rumah, dia baru saja pulang bekerja. Alina sudah pulang lebih dulu, sebab ingin merencanakan menggoda suaminya.

"Mas, capek? Mandi dulu, baru makan malam ya." Ujar Alina seperti biasa.

"Oke, sayang. Makasih ya, udah siapin makan malam."

Selagi Adrian membersihkan tubuh di kamar terpisah, Alina gegas memakai lingerie yang dia beli tadi sore setelah pulang kerja.

Lingerie berwarna hitam, menyuguhkan setiap lekuk tubuh Alina yang sexy. Alina memasuki kamar yang ditempati oleh Adrian, dia menunggu suaminya keluar dari bathroom. Tubuh Alina sangat wangi, dia menyemprotkan parfum yang pernah diberikan Adrian saat pulang dari Aussie beberapa tahun lalu.

Alina duduk di tepian ranjang, dia berpose menggoda. Alina belajar dari salah satu sumber di aplikasi, berbagai gaya istri untuk merayu suaminya.

Adrian selesai mandi, dia keluar kamar mandi hanya dengan handuk kecil yang menutupi area intinya saja.

"Massssss...." Alina mulai menggoda, dia membuat suara mendesaah, menumpuk kedua kaki memperlihatkan keseksian kakinya.

Deg

Langkah Adrian terhenti, tubuhnya terpaku di tempat. Matanya melebar, wajah lelaki itu nampak tak percaya.

"Lin... a-apa__"

"Sstttt... jangan banyak bertanya atau bicara."

Alina bangkit dari tepian ranjang, melangkah dengan gaya gemulai dan sedikit melenggak-lenggokkan tubuhnya.

Malu banget! Tapi aku harus melakukan nya! Demi terlepas dari Papa...!

Alina tersenyum begitu cantik, dia pun sampai di hadapan suaminya. Jari-jari lentiknya mengelus wajah Adrian, turun ke dada lalu ke perut berotot. Alina mendengar Adrian mendesaahh, laki-laki itu memejamkan mata menikmati belaian jari-jari Alina. Tangan Alina semakin turun ke bawah, dia melepaskan handuk yang membelit tubuh bagian bawah Adrian yang ternyata senjatanya sudah on siap dimasukkan ke dalam milik Alina.

Pertahanan Adrian pun jebol, dia menarik pinggang Alina lalu mencium bibir istrinya dengan tak sabar. Tangan lelaki itu bergerilya kemana-mana, menyelusuri setiap inci tubuh istrinya. Tadinya dia mengira Alina sedang mempermainkan nya, namun seketika dia langsung tersadar jika Alina sedang dalam mode serius ketika istri nya itu membuka handuknya hingga tubuhnya kini polos tanpa memakai apapun.