NovelToon NovelToon
Kognisi Pembunuh Tersembunyi

Kognisi Pembunuh Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Gangster
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Caca adalah seorang gadis pemalu dan penakut. Sehari-hari, ia hidup dalam ketakutan yang tak beralasan, seakan-akan bayang-bayang gelap selalu mengintai di sudut-sudut pikirannya. Di balik sikapnya yang lemah lembut dan tersenyum sopan, Caca menyembunyikan rahasia kelam yang bahkan tak berani ia akui pada dirinya sendiri. Ia sering kali merangkai skenario pembunuhan di dalam otaknya, seperti sebuah film horor yang diputar terus-menerus. Namun, tak ada yang menyangka bahwa skenario-skenario ini tidak hanya sekadar bayangan menakutkan di dalam pikirannya.

Marica adalah sisi gelap Caca. Ia bukan hanya sekadar alter ego, tetapi sebuah entitas yang terbangun dari kegelapan terdalam jiwa Caca. Marica muncul begitu saja, mengambil alih tubuh Caca tanpa peringatan, seakan-akan jiwa asli Caca hanya boneka tak berdaya yang ditarik ke pinggir panggung. Saat Marica muncul, kepribadian Caca yang pemalu dan penakut lenyap, digantikan oleh seseorang yang sama sekali berbeda: seorang pembunuh tanpa p

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 20

Di ruang operasi yang steril, suasana tegang terasa di udara. Lampu-lampu yang terang memancarkan cahaya yang terfokus pada meja operasi di tengah ruangan. Marica terbaring di atas meja itu, tubuhnya tertutup selimut hijau steril, wajahnya pucat karena kehilangan darah dan oksigen yang cukup.

Dokter dan tim medisnya bergerak dengan cermat di sekitar Marica, siap untuk memulai operasi yang mendesak. Mereka mengenakan pakaian operasi yang steril dan menutupi wajah mereka dengan masker, sementara peralatan medis terpampang dengan rapi di sekitar meja operasi.

Dokter utama memimpin operasi, memerintahkan asisten untuk mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan. Dia memberikan instruksi kepada anestesiologis untuk memastikan Marica dalam keadaan tidur yang dalam dan nyaman sepanjang prosedur.

"Mulai," ucap dokter utama dengan suara yang tenang namun penuh otoritas. Segera, tim medis mulai bekerja dengan cermat, mempersiapkan area operasi dan membersihkan luka tembak di kaki Marica dengan solusi antiseptik.

Mereka menggunakan peralatan medis yang canggih untuk memperbesar luka tembak dan mengeluarkan peluru yang masih tersisa di dalam daging. Scalpel dan pisau bedah digunakan dengan hati-hati untuk memastikan tidak ada kerusakan tambahan yang terjadi di sekitar area luka.

Sementara itu, monitor yang terpasang di sekitar ruangan terus memantau kondisi vital Marica. Kekurangan darah dan oksigen yang dialaminya membuat detak jantungnya menjadi tidak stabil, dan suhu tubuhnya turun secara signifikan.

Dokter dan tim medisnya berusaha keras untuk menjaga tekanan darah dan kadar oksigen Marica tetap stabil selama proses operasi. Mereka memberikan transfusi darah dan oksigen tambahan untuk mengatasi kekurangan yang dialami oleh Marica.

"Dokter, tekanan darahnya turun lagi. Apa yang harus kita lakukan?" tanya salah satu perawat dengan khawatir.

Dokter utama menatap monitor dengan serius, sebelum mengambil keputusan cepat. "Berikan lebih banyak cairan intravena dan tingkatkan dosis oksigen. Saya butuh bantuan untuk mengontrol tekanan darahnya kembali ke level yang aman," instruksinya tegas.

Sementara itu, dokter utama terus bekerja dengan cepat dan hati-hati untuk mengeluarkan peluru dari kaki Marica. Setelah prosedur yang panjang dan rumit, mereka akhirnya berhasil mengeluarkan peluru dan membersihkan luka dengan teliti.

\~\~\~

Kalvaro merasa seolah-olah berada di tengah-tengah hiburan yang paling seru, meskipun itu adalah adegan kekerasan yang menegangkan. Dia duduk dengan santainya di ruang istirahat penthouse-nya, masih bisa merasakan getaran kegembiraan yang mengalir melalui dirinya.

"Caca," panggilannya menggema di ruangan yang sepi, diselingi dengan senyuman kecil yang sulit untuk ditahan.

Bayangan Marica yang menyerang secara liar di benaknya membuatnya terkikik sendiri, menggambarkan ekspresi psikopat yang memang sudah menjadi ciri khasnya.

"Dia psikopat," ucap Kalvaro sambil menutup mata sejenak, membiarkan imajinasinya mengisahkan kembali aksi brutal Marica.

Tapi anehnya, tidak ada rasa takut dalam pikirannya; sebaliknya, ada kekaguman yang dalam terhadap ketangguhan dan keberaniannya.

Dalam bayangannya, dia melihat Marica duduk di atas tubuh salah satu anak buahnya, menyerang dengan penuh nafsu dan keganasan.

Tusukan demi tusukan ditujukan ke tubuh yang lemah, dan pemandangan itu seolah menjadi pertunjukan pribadi yang dinikmati oleh Kalvaro dengan penuh kepuasan.

Dia menutupi tawanya dengan tangannya, berusaha untuk tidak terlalu keras tertawa, tapi kegembiraan yang meluap-luap sulit untuk ditahan.

\~\~\~

Suasana di sekolah menjadi tegang dan gelisah seiring dengan berita tentang hilangnya Marica dan dugaan bahwa Kelvin adalah tersangka utamanya mulai menyebar seperti api di tengah siswa-siswi yang berkumpul di lorong-lorong dan ruang kelas.

Dalam setiap percakapan yang berlangsung, nama Kelvin dan Emil disebut-sebut dengan nada kecurigaan.

"Kelvin dan Emil enggak masuk sekolah hari ini," bisik-bisik seorang siswa kepada temannya, suara mereka penuh dengan kekhawatiran.

"Kayaknya mereka deh yang culik Caca," sahut yang lain dengan suara gemetar, mengisyaratkan ketegangan yang melanda hati banyak orang di sekolah.

Desas-desus dan spekulasi mulai menyebar dengan cepat di antara siswa-siswa yang berkumpul. Ada yang berani berspekulasi bahwa Marica telah menjadi korban penculikan, sementara yang lain masih bertahan dengan harapan bahwa Marica masih hidup.

"Caca masih hidup kan?" tanya seorang siswi dengan suara gemetar, mencerminkan kegelisahan yang mendalam.

\~\~\~

Kelvin duduk di samping tempat tidur Marica, menatap Marica yang terbaring lemah dengan jarum infus yang menyisip di tangannya. Ruangan rawat yang mereka tempati terasa mewah dengan fasilitas VVIP, memberikan suasana yang tenang meskipun kegelisahan masih menghantui hati Kelvin.

Di sebelahnya, Emil, duduk dengan ekspresi heran yang terpahat di wajahnya. "Sebenarnya kenapa sih?" tanyanya, mencoba mencari jawaban atas kejadian yang menggelisahkan ini.

Namun, Kelvin hanya diam, membiarkan pertanyaan Emil tergantung di udara.

"Kenapa dia ada di sini? Apa hubungan dia sama kakak lo?" tanya Emil dengan curiga, mencoba memahami keterkaitan antara Marica dan keluarga Kelvin.

"Kalau lo diem aja biar gue sendiri yang cari tahu," lanjut Emil, mulai merasa frustrasi dengan kebingungan yang menghantuinya.

"Kak Kalvaro enggak suka kalau gue masih berhubungan sama Caca," jawab Kelvin dengan suara yang rendah, mengungkapkan ketegangan yang ada.

"Aneh banget. Masak sampe segitunya," komentar Emil, masih tidak bisa memahami secara sepenuhnya.

"Lo kan tahu sendiri gimana keluarga gue. Senggol bacok," tambah Kelvin dengan nada sinis, mencoba mengalihkan perhatian dari ketidaknyamanan yang muncul.

Tapi di balik candaannya, terdengar getaran kekhawatiran yang menghantui hatinya, karena dia menyadari bahwa hubungannya dengan Marica bisa membawa risiko besar bagi Marica.

\~\~\~

Ketika nama-nama penerima beasiswa telah diumumkan dan nama-nama itu terpampang dengan jelas di papan pengumuman, suasana hati Devano sudah mulai membara. Rendra memanggil namanya dengan harapan menyampaikan kabar baik, tetapi Devano menahan amarahnya dengan dingin.

"Dev?" panggil Rendra dengan suara rendah, mencoba mendekatinya dengan penuh kehati-hatian.

"Jangan ganggu gue," balas Devano dengan suara yang tegas dan dingin. Tanpa berkata lebih banyak, dia meninggalkan kerumunan dengan langkah-langkah yang mantap, meninggalkan suasana yang kacau di belakangnya.

Di dalam dirinya, Devano merasa kecewa dan kehilangan. Tahun lalu, dia adalah salah satu yang beruntung mendapatkan beasiswa itu, sebuah prestasi yang dia raih dengan kerja keras dan dedikasi. Namun, kali ini, namanya telah digeser oleh Marica, dan itu membuatnya merasa seperti kehilangan pijakan di bawah kakinya.

Di setiap angkatan, hanya dua puluh orang yang beruntung mendapatkan beasiswa, dan hanya satu orang yang mendapatkan gelar beasiswa pebuh, penghargaan tertinggi yang bisa dicapai. Tapi kali ini, tempat yang seharusnya menjadi miliknya telah direbut oleh Marica.

Langkah-langkahnya menuju kelas terasa berat, hatinya dipenuhi dengan kekecewaan dan ketidakpastian akan masa depannya. Bahkan sapaan dari Yura, temannya yang biasanya selalu hangat, tak mampu menembus dinding emosinya yang kokoh.

Devano memasuki kelas dengan langkah yang cepat, mencoba menyembunyikan kekecewaannya di balik tirai keteguhan dan ketegasan. Namun, di dalam hatinya, pertanyaan-pertanyaan tentang keadilan dan nasibnya yang tak adil terus bergema, membuatnya merasa seperti terjebak dalam labirin yang gelap dan tak berujung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!