Aldan harus menuruti kemauan sang Ayah untuk menikahi musuh abadinya dimulai dari masa SMA. Menikahi Alya tidak pernah terbayang dalam benaknya, terlebih lagi umurnya yang masih terlalu muda untuk menjamah sebuah hubungan pernikahan.
•
"Yang benar saja, Ayah.. Aku harus menikahi gadis tantrum itu?" Tanya Aldan sembari menunjuk ke arah Alya yang menatap nya tajam.
"Yaelah, aku nggak akan tantrum kalau Lo nggak ganggu!" Lawan Alya tak mau kalah.
SEASON 2 Cerita ini=→Istri Dadakan Om Duda
~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PDAS~~~Chapter 22
Jantung Alya berdegup kencang saat tatapan mata Aldan tertuju pada bibir mungilnya. Alya teringat dengan permintaan Aldan kemarin malam, ia terbayang dengan adegan yang akan terjadi sebentar lagi.
“Kau cemburu kan?” Tanya Aldan sembari tersenyum misterius kepada Alya yang masih terkejut dengan hal yang ia lakukan.
“Tikus got, kau cemburu kan?” Ulang nya lagi, Aldan mungkin akan terus menanyakan hal itu sampai Alya mengakui suatu hal yang ia inginkan.
“Aku tidak cemburu! Aku hanya ingin kau lebih menghargai pernikahan kita, tidak semena-mena seperti itu.” Jelas Alya yang malah membuat Aldan terkekeh.
“Bahkan sampai detik ini kau tidak juga mengaku yaa? Ck, kau sungguh gengsi.” Cerca Aldan yang berhasil membuat Alya melotot sempurna.
“Aku emang nggak cemburu, Aldan!” Tegasnya, Aldan menatap penuh kepada bibir Alya yang mengerucut. Ada dorongan untuk melumat bibir itu sebenarnya, hanya saja Aldan takut melakukan hal itu.
Aldan berusaha menjernihkan pikirannya, ia kembali duduk disamping Alya yang masih terbaring. Alya kira jika Aldan akan melakukan hal yang biasa ia tonton diacara drama, tapi kenapa kali tidak. Aldan malah terlihat sedang gelisah, dan bahkan terlihat sekali jika sedang berusaha melupakan sesuatu.
“Sebenarnya kalau kau mau cium aku.. Hem, aku tidak keberatan kok.” Ucap Alya yang langsung membuat Aldan menatap kearahnya. Aldan terlihat terkejut sebenarnya, karna Alya terlihat se pasrah itu.
Alya bangkit dari berbaringnya, ia memegang tangan Aldan. “Aku bukannya cemburu soal kelakuan mu tadi pagi, hanya saja.. Sebagai pasangan yang sudah menikah, bukankah kita harus lebih menjaga perasaan satu sama lain.”
“Kenapa aku harus menjaga perasaan orang yang tidak aku sukai dan cintai?” Tanya Aldan yang berhasil membuat Alya terdiam. “Dengar, Alya.. Masuk akallah sedikit, jelaskan hal apa yang membuatku harus menjaga perasaan mu? Hal apa? Dari segi mana?” Cerca Aldan kepada Alya yang terdiam membeku.
“Setidaknya_”
“Sudahlah, kembali pada landasan pertama. Hal apa yang membuat kita mengambil langkah menikah, jadi jangan berpikir aneh-aneh.” Potong Aldan yang tidak mendapatkan respon apapun dari Alya.
Hanya larut dengan pikirannya sendiri itulah Alya sekarang, Alya hanya ingin sedikit dihargai. Tapi, Aldan tetaplah Aldan.
“Baiklah, kalau itu emang prinsipmu. Akan aku imbangi, siapa yang tidak bisa melakukan hal seperti yang kau lakukan tadi?” Alya mengalah saja.
Bahkan saat ini Alya langsung berbaring dengan membelakangi Aldan. Ia malas melihat wajah sok ketampanan dari sang suami. Bagi Alya, semua perkataan Aldan tadi seolah-olah Alya terlalu menyukai dan menganggap nyata atas pernikahan ini.
Dibalik selimut Alya terus mengumpat Aldan, ia tidak menyangka akan seperti itu yang Aldan katakan. “Ck, liat aja.. Aku imbangi semua tindakan mu kali ini.” Kata Alya di dalam hati.
Aldan ikut berbaring dengan membelakangi Alya, keduanya berperang dengan pikiran masing-masing. Tidak ada yang mau mengalah dan sedikit mengerti satu sama lain.
•
•
Alya berkunjung ke kediaman orang tuanya hanya seorang diri. Tanpa pamit kepada Aldan dan semua orang yang ada dikediaman mertuanya. Efek kesal Alya kepada Aldan berdampak pada semua orang. Bahkan Alya pergi pagi-pagi sekali, ia malas melihat Aldan yang sudah mengatakan hal se menyakitkan itu kepadanya.
Tentu saja Dara heran melihat Alya yang datang seorang diri dengan memakai seragam sekolahnya.
“Kamu sudah pamit sama Aldan?” Tanya Dara, sebenarnya Alya sudah menduga jika sang Ibu pasti akan menanyakan hal ini.
“Sudah, cuma dia lagi banyak kegiatan. Jadi, tidak bisa antar Alya.” Jawab Alya yang tentunya itu bohong. Alya duduk dimeja makan disebelah Dara yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.
“Ibu, ayah kemana?” Tanya Alya kepada Dara, karna sedari pertama kedatangannya tak melihat keberadaan Reygan.
“Ayah mu pergi ke Bandung, mungkin besok pulang.” Jawab Dara sembari memberikan sepiring nasi goreng dan segelas susu.
Alya senang sekali, sudah lama ia tidak makan masakkan sang ibu. Bahkan diurus seperti ini saat sebelum menikah adalah hal yang paling Alya dambakan.
“Ibu kira, kau berkelahi dengan Aldan makannya bisa datang kesini, pagi-pagi begini.” Ucapan Dara tidak digubris oleh Alya.
Karna Alya yakin, semakin dirinya banyak bicara maka Dara akan mencurigainya nanti. Alya fokus menikmati makanannya sambil mendengarkan semua wejangan dari sang Ibu.
~
Sementara itu disisi lain, ada Aldan yang baru saja bangun dari tidurnya. Aldan terbangun dari alarm yang terus saja berbunyi, benar-benar menganggu tidurnya. Perlahan Aldan bangkit dengan sedikit menggeliat kebiasaan orang-orang kala terbangun dari tidurnya.
Aldan terduduk dengan bersandar pada kepala ranjang, ia melihat kearah meja belajar. Sudah tidak ada tas Alya disana, tentu saja Aldan heran dengan itu.
“Bocah itu mungkin sudah berangkat, Ck. Apa salahnya kalau pergi bersamaku?” Aldan bermonolog sendiri sembari bangun dari tempat tidurnya.
Sepanjang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah Aldan terus mengumpat Alya yang lagi-lagi melakukan tindakan marah seperti anak kecil. Aldan melangkah keluar dari kamar untuk segera berangkat ke sekolah.
Kala menuruni tangga Aldan melihat Claudia yang sedang menyiapkan Zea yang terkenal dengan manjanya.
“Itu kak Aldan, Bun..” Ucap Zea kala Aldan turun dari anak tangga terakhir.
“Alya mana? Kok tumben anak itu bangun siang?” Tanya Claudia kepada Aldan yang masih bingung dengan pertanyaan sang Bunda. “Kok malah bengong, Aldan.. Kemana istri kamu?” Tanya Claudia lagi.
Aldan yakin jika Alya pergi tanpa pamit kepada satu orang pun. Aldan menghela napas panjang, ia benci dengan sikap Alya kali ini.
“Alya sudah berangkat terlebih dahulu tadi, Bun. Karna ada kegiatan penting pagi-pagi di sekolah, dia sudah bilang aku kemarin malam.” Jawab Aldan yang sudah pasti itu bohong, semua ini demi keamanan mereka kedepannya.
Claudia mempercayai sang putra, ia juga yakin jika Aldan dan Alya baik-baik saja. “Oh begitu, bunda kira Alya ntah kemana lagi..”
Aldan pamit kepada Claudia untuk segera pergi ke sekolah, ia harus mencari keberadaan Alya disana untuk meminta semua penjelasan atas semua yang telah Alya lakukan pagi ini.
Bagi Aldan akan lebih baik jika Alya benar-benar ada di sekolah, jangan sampai malah kejadian kemarin terulang kali. Sepanjang perjalanan Aldan tidak tenang, ia memikirkan keadaan Alya.
Bahkan hanya dalam beberapa menit Aldan menempuh perjalanan sampai ke sekolah. Aldan memarkirkan sepeda motornya di area parkir halaman belakang, menaiki pagar untuk mencari keberadaan Alya. Bahkan baru Aldan turun dari pagar, ia melihat kejauhan Alya yang turun dari mobil yang cukup asing baginya.
Pelan-pelan Aldan mendekat kearah Alya, dan benar Alya berangkat bersama dengan ketua OSIS sekolah. Aldan menggertak, ia tidak menyangka akan dengan cara seperti ini Alya membalas semuanya.
“Otak dangkal!” Umpat Aldan kala melihat Alya yang terus tertawa kepada pria asing itu.
tapi apapun itu makasih loh thor, karna buat cerita itu gak mudah
semangatt👍