Novel ini terinspirasi dari kisah Mayor yang saat ini sedang viral di mana-mana. Ini hanya kisah fiktif belaka tidak ada sangkut pautnya dengan kisah nyata ataupun yang saat ini sedang viral. Nama tokoh dan nama negara Author samarkan ya🙏
*
*
*
Bagaimana jika seorang Presiden di sebuah Negara mempunyai ajudan para pria-pria tampan? Para Ajudan itu harus bekerja selama 24 jam tanpa henti untuk menjaga keamanan Sang Presiden.
Terlebih Mayor Rendi, Ajudan pribadi itu harus mengikuti sang Presiden ke mana pun tanpa ada waktu sedikit pun. Lalu, bagaimanakah takdir cinta sang Mayor?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Kekocakan Noy
Keesokan harinya...
Sama seperti hari minggu sebelumnya, setelah selesai sarapan semuanya berkumpul di ruangan favorit bagi penghuni rumah Palapa.
"Dek, mana cowok ingusan itu? katanya mau ke sini?" tanya Rafka.
Chika yang dari tadi berusaha mengalihkan ingatan semuanya kepada Noy, langsung menginjak kaki Rafka membuat Rafka berteriak kesakitan.
"Astaga, kenapa kamu injak kaki Mas sih?" kesal Rafka.
"Mamas memang nyebelin, sudah tahu aku berusaha membuat kalian lupa sama hal itu, malah Mamas ingetin lagi," kesal Chika.
"Lah, kita gak lupa ya, Dek. Buruan telepon dia dan suruh datang ke sini, lihat tuh tangan abang sudah gatal ingin latihan boxing," ledek Agam.
"Bang, sudah ya, lupakan saja kasihan Noy, dia sama sekali tidak bisa berkelahi dan aku gak mau sampai Noy kenapa-napa," bujuk Chika.
"Justru karena dia tidak bisa berkelahi makanya abang mau ajarin dia berkelahi. Kalau dia tidak bisa berkelahi, bagaimana dia bisa jagain kamu sedangkan buat jaga diri sendiri saja dia tidak bisa. Pilih saja, suruh dia datang ke sini atau abang akan menyuruh dia untuk tidak boleh dekat-dekat lagi dengan kamu," ancam Mayor Rendi.
"Ih, kok pilihannya gak ada yang benar," kesal Chika.
"Sudahlah Dek, tinggal telepon saja dan suruh datang ke sini apa susahnya. Nanti kamu bakalan tahu sifat dia, kalau dia berani datang ke sini berarti dia gentle tapi kalau dia gak berani datang ke sini, itu artinya dia cowok ingusan yang lemah," ucap Rezki.
Chika tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti apa yang diperintahkan oleh kakak-kakaknya. Dengan ragu-ragu, Chika menghubungi Noy tapi di luar ekpektasi, ternyata Noy menerima tantangan dari kakak-kakak Chika membuat Chika merasa bangga dan terharu.
"Ya Allah, Noy gentle sekali," gumam Chika bahagia.
"Kita lihat saja nanti, bagaimana reaksi dia saat bertemu dengan abang," sahut Rezki.
Chika mondar-mandir di depan pintu gerbang di temani oleh Sasa. "Ya Allah Chika, kamu bisa duduk saja gak sih? aku pusing lihat kamu mondar-mandir seperti itu," ucap Sasa.
"Aku gugup Kak, aku takut Noy diapa-apain sama mereka," sahut Chika cemas.
"Tidak usah cemas, Mas dan abang kamu juga tidak akan sejahat itu menyakiti pacar kamu," sahut Sasa menenangkan Chika.
Tidak lama kemudian, terdengar suara motor Noy membuat Chika langsung menoleh. "Pagi, baby!" sapa Noy dengan membuka helmnya.
"Pagi, juga," sahut Chika dengan wajah yang malu-malu.
"Dih, dasar abg," ledek Sasa.
Chika mempersilakan Noy untuk masuk, Noy terlihat sangat tegang namun dia pura-pura santai supaya Chika tidak khawatir. "Pokoknya kalau kamu gak kuat, kamu bilang saja jangan memaksakan diri," ucap Chika khawatir.
"Tenang saja baby, aku kan cowok jadi aku harus kuat," sahut Noy percaya diri.
Chika dan Sasa membawa Noy ke tempat latihan Mayor Rendi dan yang lainnya. Dari kejauhan Noy melihat kakak-kakak Chika sedang berlatih dengan serius membuat lutut Noy lemas seketika. "Astaga, bagaimana aku bisa melawan kakak-kakak Chika, badan mereka tinggi besar seperti itu," batin Noy dengan tubuh yang bergetar.
"Mas, abang, ini Noy sudah datang," ucap Chika.
Semuanya langsung menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah Noy. Noy semakin bergetar ditatap oleh kakak-kakak Chika. Rezki dan yang lainnya mengulurkan tangan kepada Noy, dan Noy membalas uluran tangan mereka dengan sedikit bergetar.
"Yaelah, baru jabatan tangan saja sudah gemetar apalagi kalau diajak sparing," ledek Rafka.
Agam merangkul Noy dan diajak duduk terlebih dahulu. "Ini minum dulu." Agam memberikan satu botol air mineral kepada Noy.
Noy langsung meminum air mineral itu sampai tandas membuat Chika terkejut. "Mas, jangan buat Noy ketakutan," rengek Chika.
"Lah, siapa yang menakuti dia, justru Mas baik loh memberikan dia minum supaya tidak tegang," sahut Agam.
"Sejak kapan kamu pacaran dengan Chika?" tanya Mayor Rendi tanpa basa-basi.
"Ba-ru dua bu-lan, Bang," sahut Noy terbata.
"Kamu tahu kan kalau Chika itu siapa?" ucap Mayor Rendi kembali.
Noy mengangguk dengan cepat. "Tahu, anak Presiden," sahut Noy.
"Chika itu tidak boleh sembarangan jalan dengan siapa pun, ke mana-mana harus pakai pengawal karena ditakutkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Terus, kalau fisik dan mental kamu lembek seperti ini, bagaimana kamu bisa jagain Chika!" tegas Mayor Rendi.
Noy langsung menundukkan kepalanya karena merasa takut dengan tatapan Mayor Rendi. "Kamu suka bawa Chika ke mana? jangan sampai kamu macam-macam kepada adik kami," ancam Rezki.
"Tidak Mas, aku tidak pernah bawa Chika ke mana-mana, kita hanya jalan sebatas di kampus saja selebihnya aku suka langsung ajak Chika pulang karena aku selalu ingat dengan apa yang sering Mama ucapkan kepadaku saat hendak berangkat ke kampus," sahut Noy.
"Memangnya apa yang Mama kamu ucapkan?" tanya Agam.
"Mama selalu bilang, jangan lupa beribadah, belajar yang rajin, kalau nyebrang jalan lihat kiri kanan dulu, kalau bepergian harus ada teman jangan sendirian, jangan bermain di tempat sepi dan gelap, jangan bermain di tempat yang terlalu rame, jangan banyak minum air es, jangan banyak makan mie instan, dan terakhir kalau masalah jodoh terserah aku saja asalkan jangan terlalu cantik!" jelas Noy panjang lebar.
"Busyet, itu nasehat buat anak TK," ucap Rafka.
Seketika Sasa tertawa terbahak-bahak sembari memegang perutnya. Mayor Rendi melempar handuk kecil ke arah wajah Sasa membuat Sasa seketika menghentikan tawanya.
"Ih, jadi menurut kamu, aku itu tidak cantik," kesal Chika dengan memukul tubuh Noy.
"Loh, siapa bilang kamu tidak cantik? malahan kamu cantik banget," sahut Noy.
"Itu di akhir nasehat mama kamu, bilang kalau jodoh terserah asalkan jangan yang cantik. Berarti kamu pacaran sama aku karena menurutmu aku ini tidak cantik," geram Chika.
"Astaga, bukan begitu maksudnya, baby," ucap Noy menenangkan Chika sembari mengusap kepala Chika dengan lembut.
"Turunkan tanganmu atau tanganmu akan patah," ancam Rezki.
"Ah iya, maaf Mas," sahut Noy.
"Jadi sekarang kita mau mulai dari mana Bang? kayanya abang sentil sedikit saja, dia sudah terhempas sama laut itu," ucap Rafka.
"Kamu bisanya apa? apa keahlian olahraga yang kamu kuasai?" tanya Mayor Rendi.
"Aku jago badminton Bang, bagaimana kalau kita adu badminton saja," ucap Noy.
Tawa Sasa kembali pecah. "Anjir, sumpah kamu kocak banget, bocil," ucap Sasa dengan tawanya.
Sementara itu Rezki, Rafka, Agam, dan Chika sama-sama menepuk jidatnya masing-masing. Berbeda dengan Mayor Rendi, dia hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar.