My Special Queen

Dua bulan berlalu….

Di suatu pagi, tepatnya di hari Minggu. Riska bersiap-siap untuk pergi ke hotel bersama suaminya. Reza senyum-senyum sendiri, ia membayangkan bagaimana reaksi istrinya melihat kamar yang akan mereka tempati nanti.

“Semoga istriku senang dan paling penting, rencananya lancar. Ya, semuanya harus berjalan sesuai rencana.” batinnya bertekad. Pria itu sudah menyiapkannya dari pekan lalu, pastinya dibantu sobatnya, Yoga.

“Nambahin kerjaan aja lu!” Gerutunya saat itu. Namun, karena di sodorkan segepok uang, asisten matre itu langsung diam dan mengerjakannya semua.

“Sudah siap, sayang?” Tanya Reza yang langsung direspon dengan senyuman manis sang istri. Riska beharap, hari minggunya tidak terganggu oleh siapapun. Wanita itu sangat ingin menenangkan hati dan pikirannya yang sedang dihantui oleh ancaman-ancaman dari ibu mertua.

“Aku harus nurut, tidak boleh bertingkah aneh. Pokoknya, liburan ini tidak boleh gagal!” Batinnya.

Sepanjang perjalanan menuju hotel, Reza mengajak ngobrol istrinya yang pendiam. Riska tidak akan berkata apapun kalau tidak ada yang mengajaknya bicara.

“Eh sayang, tau gak?”

“Apa, Mas?” Riska menoleh ke arah suaminya yang tersenyum lebar.

“Hotel tempat kita nginap adalah hotel yang ku desain.”

Riska membelalakkan matanya, terkejut.

“Beneran Mas?”

“Bukan aku sendiri pastinya. Tapi, sebagian besar, aku yang desain.”

Tidak henti-hentinya Riska memuji suaminya yang muda dan berbakat. Namun, di hatinya yang terdalam ia merasa insecure. Ia malah pesimis, karena levelnya tidak setara dengan suaminya.

“Aku harus belajar lebih giat lagi biar gak malu-maluin Mas Reza. Pasti perjuangannya tidak mudah untuk membuat hotel itu. Ah iya, gimana ya hotelnya? Pasti bagus banget.” Batinnya. Reza yang sadar akan perubahan dari sang istri, mengajaknya ngobrol lagi.

Tak terasa, perjalanan mereka menuju hotel berakhir. Butuh satu jam dan itu sangat menyenangkan. Reza dengan mesra menggandeng Riska masuk ke dalam hotel.

Baru saja masuk, Riska sudah terperangah melihat desain yang sederhana namun tidak ketinggalan kesan mewahnya. Siapapun akan betah berlama-lama di situ.

Saat menengadahkan kepalanya, Riska semakin terkagum-kagum. Lampu yang bergantung menghiasi ruangan tersebut sangat mewah. Seperti yang dilihatnya di kartun Disney.

“Luar biasa!” Gumamnya sambil berjalan-jalan keliling sendirian. Wanita itu tidak sadar telah berpisah dari suaminya.

“Permisi, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?” Tanya seorang cleaning service yang sedang membawa alat-alat kebersihan.

Riska tersadar, ia pun celingukan mencari suaminya. “Uuummm… saya…” wanita itu terlihat panik. Riska melangkah mundur lalu pergi karena ia merasa sulit untuk mengatakannya.

“Dimana ya Mas Reza? Aduuh, kenapa aku ceroboh begini sih?!” Riska berjalan pelan sambil terus mencari keberadaan suaminya.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Disisi lain, Reza berkumpul bersama teman-teman SMA nya dulu, begitu juga dengan Yoga. Ia memang sengaja melepas istrinya supaya bebas berkeliling menikmati hasil kerjanya. Namun, satu hal yang ia lupakan. Riska mudah panik dan sulit berkomunikasi dengan orang lain.

Wanita itu kini duduk di bangku lobi sambil menulis di buku kecilnya.

“Makin sukses si Reza, guys! Gila banget dah! Sekarang, dah punya hotel sendiri.” kata temannya sambil melihat sekeliling.

“Iya, nih. Makin kaya dong. Hahaha!”

“Tapi sayangnya… pasangan gak punya!”

“Hahahaha!”

Reza tidak tersinggung dengan ucapan teman-temannya. Semuanya hanya dianggap omong kosong baginya. Ia dengan santai menikmati segelas jus buahnya. Pria itu mengira kalau istrinya sedang berkeliling hotel sambil tersenyum bahagia. Tidak tau saja kalau Riska sedang terganggu oleh teman sekelas yang tak sengaja bertemu dengannya.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

“Lo Riska, kan?” Tanya wanita yang seusia Riska. Riska diam saja, pura-pura tidak mendengar. Karena Riska tidak merespon, wanita itu memotretnya lalu mengirim ke grup WA nya yang berisikan teman-teman SMA nya dulu.

“Guys, coba liat deh. Gue ketemu sama siapa?”

Beberapa temannya merespon. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengenalnya. Sampai ada satu orang yang membalasnya dengan balasan yang berbeda.

“Itu Riska, Guys! Masa lupa?”

Wanita itu tersenyum sinis, ia yakin bahwa dirinya tidak salah. Wanita yang sedang sibuk menulis itu adalah Riska, teman sekelasnya dulu yang terkenal galak dan ringan tangan.

“Gue tau Lo Riska. Ngapain Lo disini?” Tanyanya lagi dengan nada yang meremehkan. Namun, hatinya ada ketakutan sedikit karena khawatir Riska akan menghajarnya seperti dulu.

“Eh, gak mungkinlah…. Ini kan tempat rame. Dia bakal malu kalo mukul gue.” Batinnya.

“Kenapa bisa ketemu lagi sih?!” Batin Riska. Karena merasa di permalukan, wanita itupun mengambil pena yang Riska gunakan lalu menginjaknya sampai patah.

“Apa salah saya?! Saya dari tadi hanya menulis disini dan tiba-tiba, anda datang mengganggu saya!” Ucap Riska dengan dada yang naik turun. Riska sudah tidak bisa menahan dirinya karena wanita itu sudah sangat mengganggu ketenangannya.

“Heh! Gak usah sok cool, sok-sokan jadi cewek kalem padahal, Lo itu bar-bar. Pantes aja masih sendiri. Siapa juga yang mau sama cewek bar-bar dan cupu kayak Lo!” Ujarnya dengan suara keras. Tentunya itu hal yang disengaja supaya Riska terpojok dan merasa malu.

“Mampus! Novi dilawan.” Lirihnya sambil menatap sinis Riska. Betul saja, Riska mulai gelisah karena masa lalunya dibongkar. Itu berarti, orang-orang akan tau siapa dirinya yang sebenarnya. Wajahnya mulai pucat karena….

Ia melihat asisten suaminya berdiri tidak jauh dari wanita yang bernama Novi itu. Riska takut, Yoga mendengarnya lalu memberitahu suaminya.

“Dek, ternyata kamu disini.” Ujar Yoga pada Novi yang ternyata adalah calon istrinya. Riska terkejut sekaligus ketakutan.

“Jadi… Mereka berdua saling kenal?! Ba-bagaimana ini?! Kalau Novi membongkar masa laluku… tidak! Tidak boleh terjadi! Aku harus bagaimana sekarang?!”

Yoga melihat istri sahabatnya, Reza ketakutan sampai berkeringat dingin. Novi senang melihatnya karena telah menemukan hal baru dari seorang Riska.

Tiba-tiba Riska memegang perutnya karena kram. Ia pun segera merapikan barangnya lalu pergi dari tempat itu dengan perasaan takut. Reza yang baru saja selesai mengobrol dengan teman-temannya, menelepon sang istri untuk menanyakan keberadaannya.

“I-iya, Mas?” Balas Riska lewat telpon dengan nada gugup. Reza mengernyit heran, ia curiga ada yang salah dengan sang istri.

“Kamu kenapa, sayang? Kok kayak ketakutan begitu? Kamu lagi dimana?” Tanya Reza yang berusaha tenang.

“Aku di…. Luar.” Jawabnya. Reza pun segera keluar dari hotel untuk menemui istrinya. Saat ia sudah berada di luar, ia melihat ada dua orang perempuan yang sedang berbicara mengenai istrinya sambil menunjuk-nunjuk wajahnya.

“Apa-apaan ini!” Kata Reza dengan marah. Dua orang itu ternyata teman SMA Riska yang dulu pernah menjadi korban pukul.

Reza melihat istrinya menunduk sambil meremas tas kecilnya, dari samping terlihat bahwa Riska sedang menangis.

“Anda pacarnya ya?” Tanya salah satu dari mereka.

“Bukan! Saya suaminya.” Jawab Reza tegas.

“Ooh kasihan sekali. Pria tampan seperti anda, memiliki istri bar-bar yang tidak beretika seperti Riska ini.” Ujar perempuan satunya.

“Maksud kau apa ya? Sok tau saja soal–”

“Bukan, Tuan muda. Anda yang sok tau. Kami adalah teman sekelas Riska sekaligus KORBAN KEKERASAN dari dia.” kata perempuan itu sambil menunjuk wajah Riska yang pucat.