NovelToon NovelToon
Alone

Alone

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: NurFitriAnisyah

Arkan Pratama, putra kedua dari pasangan Azel dan Renata. Dia adalah anak tengah yang keberadaannya seringkali di abaikan oleh mereka. Tidak seperti kakak dan adiknya yang mendapatkan kasih sayang dan perlakuan yang berbeda dari orang tuanya. Hingga....

Penasaran?
Akankah Arkan mendapatkan kasih sayang dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurFitriAnisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alone 30

Para Perawat di ruangan itu pun menangis, tak mampu menahan kesedihan mereka. Rangga menenggelamkan kepalanya di antara kedua lutut dan terus terisak tanpa sepatah katapun.

"Akhirnya aku gagal... maafkan Abang, Arkan. Kali ini Bang Rangga terlambat dan gagal menyelamatkan mu..."

Arkan mengerjapkan matanya, dirinya terbangun di bawah salah satu pohon. Arkan berpikir bahwa dirinya telah pergi meninggalkan semua orang, pasalnya hal terakhir yang ia ingat adalah dirinya tertidur di lantai setelah operasi pada Rafi sukses.

Arkan bangkit dari posisinya, dan melihat sekelilingnya. Arkan mulai menelusuri jalan yang ada didepannya, jalan yang di hiasi pepohonan musim gugur dengan laut di sisi kirinya serta pegunungan di ujung jalannya.

Arkan berhenti begitu melihat sosok anak kecil yang duduk di salah satu kursi, dirinya memperhatikan dan terus berjalan mendekati anak tersebut.

"Sedang apa Rafi disini?"

Tanyanya, sebab tak semestinya Rafi ada di sini. Karena dirinya telah berhasil menyelamatkan nyawa Rafi.

"Rafi nungguin Papa." Ujar Rafi.

"Ayo, antar Rafi ke sekolah, Pa." Ujar Rafi sembari meraih tangan Arkan.

"Maaf, Rafi. Papa harus pergi...."

"Papa sudah janji mau mengantar dan menjemput Rafi ke sekolah." Ujar Rafi.

"Maafkan Papa, Rafi. Papa tidak bisa menepati janji Papa."

"Papa jahat! Rafi benci Papa!" Ujar Rafi.

Mata bulat milik Rafi mulai berair dan menitikkan air mata.

"Maafkan Papa." Ujar Arkan yang hendak memeluk Rafi, yang tak lagi bisa menyentuhnya.

"Papa jahat...!"

Rafi berlari sambil menyeka air matanya.

Arkan mengejar Rafi yang berlari ke tengah jalan dan ada sebuah mobil melaju kencang dan menghantam tubuh mungil Rafi hingga terpental ke udara.

"Rafi...!" Teriak Arkan.

"Arkan....?"

Rangga segera beranjak dari duduknya begitu mendengar teriakan dari Arkan.

Rangga melihat Arkan membuka matanya dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Perawat pasangkan selang oksigen pada dokter David, cepat!" Teriak Rangga.

"Bang... dimana Rafi?" Tanya Arkan begitu membuka matanya.

"Di samping mu..." Jawab Rangga menunjuk brankar di samping Arkan.

"Bagaimana keadaannya, Bang...?"

"Dia masih belum sadar dari bius Arkan..."

Mendengar jawaban Rangga, Arkan menyadari jika dirinya hanya bermimpi saja.

"Syukurlah itu semua hanya mimpi." Ujar Arkan, yang membuat Rangga kebingungan.

"Bang Rangga menangis? Kenapa?" Tanya Arkan kemudian yang melihat netra sang kakak yang sembab dan masih berair.

"Kau... kau bertanya kenapa? Yak! Dasar anak nakal! Kau tadi membuat Abang sangat frustasi karena telah gagal menyelamatkan mu." Ujar Rangga masih terisak.

Arkan bingung dengan perkataan Rangga. Dirinya pun melayangkan pandangannya pada para Perawat yang juga terlihat sedih.

"Kenapa? Mengapa kalian juga terlihat sedih?"

"Kami... kami kira kami akan kehilangan Dokter untuk selamanya, nafas dan denyut jantung Dokter sudah tidak ada tadi." Jawab salah satu Perawat yang masih terisak.

"Begitu ya... maafkan saya...." Ujar Arkan lemah.

"Jangan banyak bicara, istirahatlah. Abang tidak mau sampai hal buruk terjadi padamu lagi!" Tutur Rangga.

"Abang sudah berusaha payah mencari donor untuk Arief agar Abang tidak kehilanganmu." Tambahnya.

"Bang Rangga... Abang memang benar-benar malaikat penyelamat untuk ku." Ujar Arkan tersenyum.

"Sudah jangan banyak bicara, istirahat saja, sana geseran dikit." Ujar Rangga sambil merebahkan tubuhnya di samping Arkan.

"Bang sempit..." Ujar Arkan.

"Yak! Pelit sekali kau pada malaikat penyelamat mu."

"Iya, iya, maaf jangan marah."

Ujar Arkan sambil memiringkan badannya memeluk tubuh Rangga dan meletakkan satu kakinya di atas kaki Rangga.

"Aku sangat, sangat, sangat mencintaimu, Bang." Ujar Arkan dan sengaja mengecup pipi Rangga.

"Ih, najis..." Desis Rangga sambil mengusap bekas ciuman Arkan.

"Hehehe." Arkan terkekeh.

"Abang senang masih bisa melihatmu tersenyum, Arkan." Bisik Rangga dalam hati.

...ℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱ...

Arhan mengintip kamar Arkan yang sedikit terbuka dan senyum-senyum sendiri.

"Apa kau sudah gila, tertawa sendiri saat mengintip kamar orang!" Ujar Arief sambil menarik telinga Arhan.

"Bang jangan tarik telinga orang sembarangan!" Dengus Arhan.

"Tuh Abang lihat saja sendiri, apa yang aku lihat!"

Arief jadi penasaran dengan apa yang sebenarnya Arhan lihat, dan ikut mengintip. Mereka melihat Rafi yang berputar-putar di depan cermin sambil berceloteh sendiri.

"Kamu sangat tampan... Oh! Kamu juga sangat manis. Kamu adalah anak paling menawan yang pernah aku lihat. Lihatlah kamu begitu sempurna Albert Rafidson Pratama." Celoteh Rafi di depan cermin.

"Bagaimana Bang, lucu kan." Ujar Arhan tersenyum.

"Ya, dia sangat menggemaskan."

Arief dan Arhan masuk kedalam kamar Arkan, karena tertarik dengan kelucuan yang Rafi lakukan.

"Rafi sudah siap pergi ke sekolah?" Tanya Arief.

"Ya, Rafi sudah siap, Paman." Sahut Rafi.

"Rafi, bukan Paman... tapi panggil Abang, Bang Arief." Ujar Arief memberitahu.

"Tidak mau!" Tolak Rafi.

"Abang sudah tua, memang lebih pantas di panggil Paman." Ujar Arhan terkekeh.

Arief segera memberikan tatapan mautnya pada Arhan.

"Rafi sayang, Bang Arief boleh cubit pipi Rafi yang gembul ini tidak?"

"Gak boleh!" Tolak Rafi cepat.

"Emm... sekali saja." Pinta Arief memohon.

"ENGGAK BOLEH!" Tolak Rafi dengan netranya mulai berembun.

"Jangan buat anak orang nangis, Bang. Entar bapaknya datang habis kita." Ujar Arhan mengingatkan.

"Sekali... saja, boleh ya." Ujar Arief sambil menggerak-gerakkan tangannya mendekati pipi gembul Rafi.

"Papa!" Teriak Rafi, mulai menangis.

"Nah loh... nangis kan."

"Yak! Siapa yang berani buat anakku menangis!" Teriak Arkan dari dalam kamar mandi.

"Si macan ngamuk, aku gak ikutan ya." Ujar Arhan berlari keluar.

"Papa, Rafi mau di cubit Paman Jelek... hiks... hiks...." Ujar Rafi di iringi isak tangis.

Ceklek! Suara pintu kamar mandi terbuka.

"Waduh... matilah aku... kabur ah!" Arief pun lari ketakutan begitu mendengar Arkan keluar dari kamar mandi.

Skip sore hari.

"Jangan lari-larian Rafi, nanti jatuh." Ujar Azel.

"Iya Grandpa. Papa gak bisa jemput Rafi lagi, ya?" Ujar Rafi dengan memonyongkan bibirnya.

"Kenapa? Rafi tidak suka di jemput Grandpa?"

"Tidak, Rafi sangat suka di jemput Grandpa. Soalnya Grandpa selalu ajak Rafi ke taman bermain dan beli eskrim sebelum pulang." Ujar Rafi tersenyum kembali.

"Kalau begitu, ayo kita pergi!" Ujar Azel sambil mengangkat tubuh mungil Rafi.

"Yey, ayo kita pergi main!" Teriak Rafi senang.

Rumah Sakit 🏥

"Dokter David cepatlah." Panggil Ara sambil membuka pintu ruangan Rangga.

"Tunggu sebentar lagi, kami bertiga sedang rapat." Jawab Arkan.

"Pergilah... Abang tidak mau mencari masalah." Bisik Rangga pada Arkan.

"Dokter Ara, Dokter David sedang sibuk. Pergi dengan ku saja, yuk!" Ujar Ikhsan.

"Eyy... enak saja main ngajak pacar orang jalan, aku jepret juga tuh mulut pake stetoskop ya!" Ujar Arkan tak terima.

"Ya sudah, sana pergi! Rapatnya bisa kita lanjutkan nanti." Usir Ikhsan.

"Iya!"

Sebenarnya Ara memanggil Arkan untuk melakukan kemoterapi padanya. Pasalnya Arkan selalu saja menghindar jika sudah waktunya untuk melakukan kemoterapi, jadinya Ara selalu memperhatikan waktu perawatan sang tunangan.

Yah, Ara dan Arkan telah resmi menjadi sepasang kekasih, sejak 4 bulan yang lalu. Hal itu juga bantuan dari Arhan yang selalu menjodohkan dirinya pada Arkan, dengan selalu memanggilnya kakak ipar. Hingga dirinya pun menyadari bahwa ia pun telah jatuh hati pada Arkan.

"Argh!" Ringis Arkan kesakitan.

"Sakit ya? Tahan ya, Sayang. Baru juga mau mulai kemonya." Ujar Ara sambil tersenyum.

"Sama sekali gak sakit kok. Kamu jangan khawatir." Gombal Arkan.

Pletak! Ara menyentil jidat Arkan dengan keras.

"Kalau tidak sakit, mengapa kamu selalu menghindar saat waktunya kemoterapi, hah?" Dengus Ara.

"Aku gak menghindar cuma lupa saja." Sanggah Arkan.

"Benarkah? Penyakit lupanya kambuh saat jadwalnya kemo aja gitu?"

"Maaf...." Ujar Akan tertunduk.

Ara segera memeluk Arkan.

"Sayang, aku ingin kamu cepat sembuh."

"Setelah aku sembuh, mau kan kamu menikah dengan ku?" Tanya Arkan.

"Mengapa harus menunggu kamu sembuh? Mau menikah sekarang juga ayo." Ujar Ara dan langsung mendorong tubuh Arkan ke atas brankar dan mulai mendekati Arkan.

"Sayang... apa yang akan kau lakukan?" Tanya Arkan bingung dengan tindakan tiba-tiba dari Ara.

"Apa lagi? Coba kamu tebak." Ujar Ara membelai lembut wajah Arkan yang ada di hadapannya.

"A-a-apa?" Ujar Arkan panik.

"Jangan takut, Sayang. Aku akan melakukannya secara perlahan. Tutup matamu!" Titah Ara.

"Haruskah sekarang?" Tanya Arkan.

"Kenapa, kamu tidak mau?"

"Bukan begitu, hanya saja kita belum menikah, Sayang."

"Memangnya apa yang kamu pikirkan, yang akan kulakukan?"

"Yah... hehehe, apalagi kamu pasti mau melakukan apa yang pasangan dewasa lakukan, kan?" Ujar Arkan.

Pletak! Ara menyentil jidat Arkan lagi.

"Sembarangan! Aku hanya ingin membantumu menganti pakaian, tidak lebih!"

"Hehehe gitu yah, kalau begitu maaf. Cup!' Ujar Arkan dan segera mendaratkan kecupan di bibir ranum Ara.

"Yak!"

"Hehehe, DP dikit nggak apa kali, Sayang."

Season 1 End.

Thanks all readers☺️🙏

...ℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱℱ...

1
bbip20
Banyakkk banyak banget yg kamu dan keluarga g tau tentang Arkan
bbip20
Tapi emng selalu menjadi pertanyaan buat aku, kenapa? kenapa anak tengah/kedua tuh di gituin? di beda2in. rasanya tuh kit heart bangettt, punya keluarga tpi kyk sendirian 😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Arkan jangan meninggal dulu, kamu harus kuat ayo bangun lah Arkan ada Rafi yang menunggu mu😭😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Tidak mungkin.... ini hanya mimpi kan😭😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Semoga berubah beneran ayahnya
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Shalwa oh Shalwa lupakan perasaan mu sudah ada Arhan lho
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Arhan tidak peka ini Shalwa itu masih mencintai mantannya
Syah Wardi
ok bro lanzud
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Padahal sakit yang kamu derita lebih parah tapi kenapa tidak ada yang perduli dengan mu Arhan😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Arkan kamu juga harus sembuh, jangan buat dokter Ara om kamu dan pamanmu sedih melihat keadaan mu
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Sekarang kamu tau kan Dokter Ara gimana keluarga dokter Arkan
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Arkan kamu memang hebat, tapi sayangnya keluarga mu tak pernah menyayangimu😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Tak sanggup aku melihatnya😭😭😭
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Untung Tangga tau Arkan pingsan
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Asal kalian tau ya Arkan juga sakit kenapa selalu menyalahkan Arkan ini
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Semoga kamu bisa sembuh ya Rafi
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Ada apa ini kok kayak ada yang terjadi sesuatu
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Eh dasar anak somplak😁
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Ciyeee mengakuinya dokter Ara
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Wah ibu tiri nya Rafi ini😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!